Postingan

Menampilkan postingan dengan label berita amirika

Berita Amirika Es Seukuran Dua Kali California di Antartika Barat Mencair

Gambar
Es Seukuran Dua Kali California di Antartika Barat Mencair Salah satu peristiwa El Nino terbesar dalam 50 tahun terakhir telah mencairkan lapisan es seluas 300.000 mil persegi di Antartika Barat. Luas lapisan es yang mencair ini setara dengan dua kali luas wilayah California, Amerika Serikat (AS). Bukan hanya es laut Antartika yang mencair di petak. Es yang menutupi daratan Antartika Barat juga mengalami pemanasan. Pada bulan Januari tahun lalu—puncak musim panas Antartika—peristiwa El Nino telah mendorong air hangat ke Antartika Barat untuk mencairkan es. Temuan ini dipublikasikan dalam sebuah studi di jurnal Nature Communications. ”Apa yang mungkin terjadi adalah bahwa snowpack permukaan bisa mengandung air lelehan, bertindak sebagai penyangga dan mencegah pembentukan kolam dan aliran lelehan yang bisa umum terjadi di beberapa lapisan es di Antartika,” kata Julien Nicolas, penulis utama makalah tersebut.  Nicolas adalah peneliti di Byrd Polar and Climate Researc

Mahasiswa AS yang Dibebaskan Korut Alami Cedera Otak Parah

Gambar
Mahasiswa AS yang Dibebaskan Korut Alami Cedera Otak Parah Mahasiswa asal Amerika Serikat (AS) yang dibebaskan Korea Utara (Korut) setelah sempat di penjara selama 17 bulan mengalami cedera otak yang parah. Pihak dokter mengatakan saat ini ia tengah dalam keadaan "tidak responsif tetapi tetap terjaga". "Otto Warmbier dalam kondisi stabil namun tidak menunjukkan tanda-tanda memahami bahasa, menanggapi perintah lisan atau menyadari situasi disekitarnya," kata Dr. Daniel Kanter, direktur medis unit perawatan intensif neuroscience di University of Cincinnati Medical Center. "Dia belum berbicara. Dia tidak melakukan gerakan atau tindakan," imbuh Kanter pada sebuah konferensi pers seperti dikutip dari Reuters, Jumat (16/6/2017). Dokter mengatakan tidak ada tanda-tanda botulisme dalam sistem saraf Otto Warmbier. Kanter mengatakan bahwa Warmbier telah menderita kehilangan jaringan otak di seluruh wilayah otak. Namun dia menolak untuk mendiskusika

AS Akui Tak Menang Perang Lawan Taliban di Afghanistan

Gambar
AS Akui Tak Menang Perang Lawan Taliban di Afghanistan Amerika Serikat (AS) tidak memenangkan perang melawan gerilyawan Taliban di Afghanistan. Pengakuan ini disampaikan Menteri Pertahanan AS James Norman Mattis kepada Senat. Mattis berjanji akan memberi tahu anggota parlemen mengenai strategi perang yang baru pada pertengahan Juli nanti. Strategi ini diperkirakan akan melibatkan ribuan pasukan AS lagi untuk beperang. Militer AS yang mendukung pasukan pemerintah Afghanistan secara tidak langsung terlibat perang Taliban. Perang tersebut sudah berlangsung selama 16 tahun terakhir dan belum ada titik penyelesaian atau mengalami jalan buntu. ”Kami tidak menang di Afghanistan saat ini dan kami akan memperbaikinya sesegera mungkin,” kata Mattis dalam kesaksian kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat AS. Beberapa pejabat AS mempertanyakan manfaat pengiriman lebih banyak tentara ke Afghanistan karena jumlah yang sesuai secara politis tidak akan cukup untuk mengubah situas

Pentagon Kantongi Izin Kirim Pasukan Tambahan ke Afghanistan

Gambar
Pentagon Kantongi Izin Kirim Pasukan Tambahan ke Afghanistan Gedung Putih telah memberi Pentagon wewenang untuk mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan. Hal ini tidak terlepas dari laporan yang menyatakan pasukan pemerintah yang didukung Amerika Serikat (AS) mengalami kebuntuan berhadapan dengan Taliban. Pentagon belum mengatakan berapa banyak kekuatan tambahan yang mungkin mereka kirim. Namun komandan tertinggi di Afghanistan, Jenderal John Nicholson, mengatakan beberapa ribu pasukan akan diminta dikirim untuk mengubah arus peperangan terhadap militan. Memberikan Pentagon wewenang untuk membuat keputusan tentang jumlah pasukan sesuai dengan keseluruhan kebijakan Trump untuk memberi lebih banyak wewenang kepada komandan lapangan membuat keputusan. Pada masa lalu, Pemerintahan Obama dengan hati-hati memeriksa jumlah pasukan di Afghanistan dan Irak. Pentagon mungkin tidak membuat keputusan tentang berapa banyak tentara tambahan yang dikirim ke Afghanistan selama bebera

AS Akui Tak Menang Perang Lawan Taliban di Afghanistan

Gambar
AS Akui Tak Menang Perang Lawan Taliban di Afghanistan Amerika Serikat (AS) tidak memenangkan perang melawan gerilyawan Taliban di Afghanistan. Pengakuan ini disampaikan Menteri Pertahanan AS James Norman Mattis kepada Senat. Mattis berjanji akan memberi tahu anggota parlemen mengenai strategi perang yang baru pada pertengahan Juli nanti. Strategi ini diperkirakan akan melibatkan ribuan pasukan AS lagi untuk beperang. Militer AS yang mendukung pasukan pemerintah Afghanistan secara tidak langsung terlibat perang Taliban. Perang tersebut sudah berlangsung selama 16 tahun terakhir dan belum ada titik penyelesaian atau mengalami jalan buntu. ”Kami tidak menang di Afghanistan saat ini dan kami akan memperbaikinya sesegera mungkin,” kata Mattis dalam kesaksian kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat AS. Beberapa pejabat AS mempertanyakan manfaat pengiriman lebih banyak tentara ke Afghanistan karena jumlah yang sesuai secara politis tidak akan cukup untuk mengubah situas

Korsel Sebut Jong-un Bersembunyi Takut Dihabisi Pasukan Elit AS

Gambar
Korsel Sebut Jong-un Bersembunyi Takut Dihabisi Pasukan Elit AS Badan intelijen Korea Selatan (Korsel), NIS, mengatakan Washington dan Seoul sedang mencoba membentuk tim pasukan khusus untuk mengambil alih kepemimpinan Pyongyang. Hal ini membuat pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, bersembunyi ketahukan dengan operasi pembunuhan oleh pasukan elit itu. NIS menyatakan diktator muda itu disebut lebih senang bergerak saat fajar dan menolak menggunakan mobil Mercedes-Benz 600-nya. Jong-un disebut bersembunyi di dalam kendaraan bawahannya. Anggota parlemen Korsel, Lee Cheol-woo, yakin jika Jong-un sangat gugup mengenai rencana yang akan melumpuhkan pemerintahannya. "Jong-un sangat asyik dengan mengumpulkan informasi tentang 'operasi pemenggalan kepala' melalui agen intelijennya," katanya seperti dikutip dari Express, Jumat (16/6/2017). Diktator muda itu bahkan telah mengurangi penampilan propagandanya dengan jumlah yang signifikan. "Jumlah aktiv
Gambar
Trump Berulah Lagi, Pecat Direktur FBI Presiden Donald Trump kembali melakukan kebijakan kontroversial, dengan memecat Direktur FBI James Comey. Keputusan ini seolah mengakhiri kontroversi yang terus menaungi kinerja FBI di bawah kepemimpinan Comey. Mulai dari kampanye Trump yang ditengarai berhubungan dengan Rusia sampai masalah e-mail Hillary Clinton. Trump menyebutkan kalau keputusan pemecatan itu juga mendapat rekomendari dari Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein dan Jaksa Agung Jeff Sessions. ”FBI adalah salah satu institusi negara yang dihormati dan dibanggakan. Hari ini akan menandai awal baru dari lembaga hukum kita,” kata Trump dalam pernyataannya. Dipaparkan Gedung Putih, mereka segera mencari pengganti Comey. Dalam surat pemecatan yang dirilis Gedung Putih, Trump menyebutkan kalau Comey tidak efektif memimpin biro. Berbagai alasan mencuat di balik keputusan Trump itu. Sebagian besar merujuk pada kinerja FBI yang dianggap tidak becus di bawah kepemimpina

PANASS!!! Tidak Takut, Rusia Ancam Amerika Serikat

Gambar
PANASS!!! Tidak Takut, Rusia Ancam Amerika Serikat RUSIA sepertinya tidak gentar dengan ancaman Amerika Serikat yang mengatakan jika upaya perdamaian di Suriah gagal maka, jumlah pasukan asing yang terlibat konflik akan bertambah. Pernyataan itu pun langsung direspons Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev dengan ‘ancaman’ balik. Dmitry memperingatkan Amerika Serikat bahwa pengerahan pasukan di Suriah hanya akan memicu ‘perang besar yang akan berlangsung lama’. “Jangan coba untuk menakut-nakuti siapa pun. Jangan katakan kalau seandainya gagal maka negara-negara di Arab lainnya dan Amerika akan melancarkan operasi darat,” kata Medvedev dalam wawancara dengan TV Euronews, Minggu (14/2) menanggapi ancaman dari Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry itu. Dia juga menegaskan tak semestinya Washington mengeluarkan ancaman seperti itu. “Saya ingin kembali menegaskan bahwa tidak ada satu negara pun yang ingin terlibat perang baru. Operasi darat hanya akan memicu pera

Setelah Qatar, Giliran Iran Tuding AS Ciptakan ISIS

Gambar
Setelah Qatar, Giliran Iran Tuding AS Ciptakan ISIS Setelah Qatar mengaku bahwa pihaknya mengakomodir Taliban atas permintaan Amerika Serikat, giliran Iran yang juga menuding AS sebagai pencipta para militan bersenjata yang kemudian menjadi organisasi teroris. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyalahkan AS atas keberadaan ISIS. Dia juga mengatakan bahwa AS yang membuat suasana di Timur Tengah semakin memanas. "Senjata-senjata AS yang justru dipakai oleh kelompok teroris untuk mengganggu stabilitas," kata Khamenei melalui akun Twitter resminya @khameini_ir, sebagaimana dilansir CNN Amerika Serikat. Dia menyesalkan jika Presiden AS Donald Trump selama ini menyebut Iran sebagai negara pendukung terorisme. Pula menyayangkan negara-negara Teluk dengan dukungan AS mengisolasi Qatar yang dianggap memiliki hubungan baik dengan Iran. "Terorisme di wilayah ini punya akar yang dimulai oleh AS," lanjut Khamenei. Diketahui bahwa pekan lal

Turki Anggap Pengucilan Terhadap Qatar Sebagai Hukuman Mati

Gambar
Turki Anggap Pengucilan Terhadap Qatar Sebagai Hukuman Mati Presiden Turki Tayyip Erdogan mengecam pengucilan terhadap Qatar oleh sejumlah negara tetangga di kawasan Teluk seperti pelanggaran terhadap nilai Islam. Pengucilan ini juga diartikan sebagai hukuman mati untuk Doha. Dilansir dari Reuters, Rabu, 14 Juni 2017, pernyataan Erdogan menekankan Turki selaku sekutu Qatar. Pengucilan yang dilakukan Arab Saudi, Mesir, Bahrain, sampai Uni Emirat Arab dianggap tak manusiawi. "Kesalahan sangat serius terhadap Qatar. Mengisolasi sebuah negara di wilayah seperti tidak manusiawi dan bertentangan dengan Islam. Keputusan hukuman mati diambil untuk Qatar," ujar Erdogan di Ankara. Erdogan merasa geram dengan kebijakan pengucilan terhadap Qatar. Pasalnya, negara dengan populasi sekitar 2,7 juta jiwa itu selama ini masih lebih banyak mengimpor dari negara tetangganya. Bahkan, impor sektor pangan Qatar dari negara tetangganya mencapai 80 persen. Namun, untuk mengantisi

Para Wisudawan 'Walk Out' saat Wapres AS Berpidato

Gambar
Para Wisudawan 'Walk Out' saat Wapres AS Berpidato Puluhan mahasiswa melakukan walk out alias keluar ruangan sebagai bentuk protes pada saat upacara wisuda mereka di University of Notre Dame in South Bend, Indiana, Amerika Serikat. Dikutip dari laman BBC.com, pada Senin, 22 Mei 2017, para mahasiswa walk out tak lama setelah Wakil Presiden AS Mike Pence naik ke podium dan memberikan kata sambutan. Puluhan mahasiswa dan hadirin yang hadir tersebut disebutkan tak setuju dengan Pence dan hal yang dia sampaikan dalam upacara wisuda itu. Bahkan sebagian audiens yang tak lain adalah anggota keluarga wisudawan, juga ikut meninggalkan tempat. Dalam pidatonya, Pence mengemukakan tema meningkatnya intoleransi dan tekanan atas kebebasan berbicara. Bahkan hal itu menurutnya terjadi dalam dunia kampus. Namun, meskipun sejumlah audiens walk out pada saat Pence berpidato, Wapres AS itu tetap melanjutkan pidatonya. Pasca Pemilu AS tahun 2014, pro dan kontra atas figur Pres

FBI Selidiki Menantu Donald Trump

Gambar
FBI Selidiki Menantu Donald Trump Menantu Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jared Kushner, yang juga penasihat utama Trump kini sedang dalam penyelidikan FBI. Hal tersebut diberitakan sejumlah media di AS, sebagaimana dikutip dari laman Reuters, Jumat, 26 Mei 2017. Kushner yang tak lain adalah suami Ivanka Trump itu disebut mengetahui informasi penting soal skandal Trump dan Rusia yang kini memang sedang diselidiki. Namun disebutkan, penyelidikan mengenai Kushner bukan terkait dengan dugaan tindak pidana. FBI pada saat ini sedang menyelidiki dugaan peran Rusia di Pemilu AS 2016 yang pada akhirnya memenangkan Donald Trump. Pada saat itu, Trump berhadapan dengan calon Presiden AS dari Partai Demokrat Hillary Rodham Clinton. Sementara itu, pengacara Jared Kushner mengatakan bahwa kliennya akan kooperatif dengan penyelidikan yang dilakukan FBI. Diketahui, Kushner turut serta dengan Trump dalam kunjungan luar negerinya. Intelijen AS sebelumnya disebutkan memiliki

PANASS!!! Tidak Takut, Rusia Ancam Amerika Serikat

Gambar
PANASS!!! Tidak Takut, Rusia Ancam Amerika Serikat RUSIA sepertinya tidak gentar dengan ancaman Amerika Serikat yang mengatakan jika upaya perdamaian di Suriah gagal maka, jumlah pasukan asing yang terlibat konflik akan bertambah. Pernyataan itu pun langsung direspons Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev dengan ‘ancaman’ balik. Dmitry memperingatkan Amerika Serikat bahwa pengerahan pasukan di Suriah hanya akan memicu ‘perang besar yang akan berlangsung lama’. “Jangan coba untuk menakut-nakuti siapa pun. Jangan katakan kalau seandainya gagal maka negara-negara di Arab lainnya dan Amerika akan melancarkan operasi darat,” kata Medvedev dalam wawancara dengan TV Euronews, Minggu (14/2) menanggapi ancaman dari Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry itu. Dia juga menegaskan tak semestinya Washington mengeluarkan ancaman seperti itu. “Saya ingin kembali menegaskan bahwa tidak ada satu negara pun yang ingin terlibat perang baru. Operasi darat hanya akan memicu perang besar

Protes Langka, Parlemen Korut Surati DPR AS soal Sanksi Keras

Gambar
  Protes Langka, Parlemen Korut Surati DPR AS soal Sanksi Keras PYONGYANG - Parlemen Korea Utara (Korut) mengirim surat protes yang langka kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) atas penjatuhan paket sanksi baru yang lebih keras terhadap pemerintah Pyongyang. Pengiriman surat protes itu dipublikasikan kantor berita KCNA. Komiter Urusan Luar Negeri Majelis Rakyat Agung (parlemen) Korut mengutuk sanksi baru AS itu sebagai “tindakan kejam terhadap kemanusiaan”.   Bukan hal yang aneh bagi Pyongyang untuk mengutuk tindakan untuk mengecam Washington, tapi sebuah protes resmi dan langsung kepada Kongres AS jarang terjadi.   Belum jelas mekanisme penyampaian surat protes itu, mengingat AS dan Korut tidak memiliki hubungan diplomatik dan nyaris tidak memiliki saluran komunikasi resmi. Namun, KCNA mengklaim surat protes dikirim hari Jumat (12/5/2017).   Parlemen AS telah mengeluarkan paket sanksi yang lebih keras terhadap rezim Pyongyang pimpinan Kim Jong-un

Polisi Inggris Amankan 3 Wanita Terduga Pelaku Terorisme

Gambar
  Polisi Inggris Amankan 3 Wanita Terduga Pelaku Terorisme LONDON - Komando Terorisme Polisi Metropolitan Inggris dilaporkan telah menangkap tiga orang wanita karena diduga pelaku terorisme. Ketiga diduga kuat tengah merencanakan serangan teror di timur Inggris. Kepolisian Inggris, seperti dilansir Sputnik pada Senin (1/5), mengatakan penangkapan ini dilakukan sebagai bagian dari operasi yang dipimpin oleh badan intelijen Negeri Tiga Singa itu.   "Tiga wanita berusia 18, 18, dan 19 tahun telah ditangkap atas dugaan komisi, persiapan dan dorongan tindakan teroris berdasarkan pasal 41 Undang-Undang Terorisme. Mereka sekarang berada dalam tahanan di sebuah kantor polisi di luar London," kata Komando Terorisme Polisi Metropolitan Inggris dalam sebuah pernyataan.   Pasukan Keamanan Inggris telah mengambil tindakan untuk memerangi ancaman teror di negara tersebut menyusul insiden mematikan di pusat kota London pada 22 Maret, ketika seorang penyerang diidentifikasi se

Demi Bahagiakan Istri, Pria Mesir Depak Ibu Kandung Berusia 80 Tahun

Gambar
  Demi Bahagiakan Istri, Pria Mesir Depak Ibu Kandung Berusia 80 Tahun KAIRO - Pemerintah Mesir mengeluarkan perintah kepada otoritas terkait untuk merawat seorang wanita berusia 80 tahun yang diusir paksa putra kandungnya dari rumah. Pria tersebut mendepak ibunya dengan alasan demi membahagikan istrinya.   Sejak diusir dari rumah, wanita usia lanjut itu hidup di jalanan. Seorang warga yang melihatnya kemudian mengajukan keluhan kepada Dewan Menteri pada Kamis malam pekan lalu agar menempatkan ibu tua itu ke sebuah panti jompo.   Begitu laporan tersebut diterima, Ghada Wali, Menteri Solidaritas Sosial, mengirim tim di Qalyubia untuk mengambil tindakan yang diperlukan dan memberikan tempat berlindung kepada wanita tua tersebut.   Pemerintah setempat mengatakan bahwa wanita itu bernama Zaynab Sayed Ghoneim Slim. Dia diusir oleh anaknya dan pergi ke Jalan Thalathini di Kota Qalyubia.   Dalam penyelidikan, pihak berwenang menyatakan bahwa Zaynab semula tinggal dengan a

Pakistan Bantah Tentaranya Mutilasi Tentara India

Gambar
  Pakistan Bantah Tentaranya Mutilasi Tentara India ISLAMABAD - Pemerintah Pakistan akhirnya angkat bicara mengenai tudingan yang disampaikan oleh negara tetangga mereka, India. India menuding tentara Pakistan telah memutilasi dua tentara mereka di wilayah Kashmir. Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Pakistan menegaskan tentara mereka tidak melakukan pelanggaran senjata di Garis Kontrol, dan tidak membunuh, terlebih memutilasi tentara India.   "Tentara Pakistan tidak melakukan pelanggaran gencatan senjata di Garis Kontrol seperti yang dituduhkan oleh India. Tundingan India mengenai dua tentaranya yang dimutilasi juga salah," kata juru bicara Kemlu Pakistan, M. Nafees Zakaria, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (2/5).   Sebelumnya diwartakan, militer India menyatakan, tentara Pakistan melakukan serangan terhadap pos penjaga India di Garis Kontrol. Dua orang tentara India tewas dalam serangan itu, yang kemudian jenazah keduanya dimutilasi oleh tent

Berita Amirika Trump: Saya Siap Bertemu Dengan Kim Jong-un

Gambar
  Trump: Saya Siap Bertemu Dengan Kim Jong-un WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan kesiapan untuk melakukan pertemuan dengan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un. Trump menyebut dia siap bertemu dengan Jong-un dalam situasi yang tepat.   Berbicara saat melakukan wawancara dengan Bloomberg, Trump mengatakan jika memang bisa, maka dia akan sangat siap untuk bertemu dengan Jong-un. Dia bahkan menyatakan sangat terhormat untuk bisa bertemu dengan Jong-un.   "Jika sesuai dengan saya untuk bertemu dengannya, saya akan benar-benar merasa terhormat untuk melakukannya. Dalam situasi yang tepat saya akan bertemu dengannya," ucap Trump, seperti dilansir Reuters pada Selasa (2/5).   Dibalik ketegangan antara AS dan Korut, Trump ternyata cukup mengagumi sosok Jong-un, dan kerap melemparkan pujian terhadap Jong-un. Terbaru Trump menyebut Jong-un sebagai "smart cookies", sebutan untuk orang yang cerdas.    Dalam catatan Trump

Sistem Pertahanan Rudal AS Mulai Beroperasi di Korsel

Gambar
  Sistem Pertahanan Rudal AS Mulai Beroperasi di Korsel WASHINGTON - Media di Amerika Serikat (AS) menyatakan sistem pertahanan udara Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) telah mulai beroperasi di Korea Selatan (Korsel). THAAD ditempatkan di Korsel untuk mencegah ancaman nuklir Korea Utara (Korut). Menurut laporan NBC, yang mengutip sejumlah sumber militer AS, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (2/5), sistem THAAD sudah beroperasi, meskipun belum beroperasi secara maksimal. Saat ini, sistem pertahanan udara itu sudah mampu untuk mencegat rudal-rudal yang ditembakan dari Korut.   Seperti diketahui AS mulai menempatkan sistem pertahanan udara THAAD pada pekan lalu. THAAD ditempatkan di sebuah lapangan golf yang berada di selatan Korsel, dekat dengan kawasan Semenanjung Korea.   Penempatan THAAD sendiri mendapat protes keras dari sejumlah pihak di Korsel. Bahkan, penduduk di lokasi di tempatnya sistem pertahanan udara tersebut menggelar unjuk rasa, dan mengecam k

352 Warga Sipil Tewas Akibat Serangan Koalisi AS

Gambar
  352 Warga Sipil Tewas Akibat Serangan Koalisi AS WASHINGTON - Sedikitnya 352 warga sipil terbunuh dalam serangan terhadap ISIS yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) di Irak dan Suriah sejak operasi tersebut dimulai pada 2014. Demikian militer AS dalam sebuah pernyataan.   Gabungan Joint Task Force, dalam penilaian bulanan korban sipil dari operasi koalisi AS melawan kelompok militan tersebut, mengatakan bahwa pihaknya masih menilai 42 laporan kematian warga sipil.   Ditambahkan bahwa 45 warga sipil terbunuh antara November 2016 dan Maret 2017. Laporan tersebut melaporkan 80 kematian warga sipil dari Agustus 2014 sampai sekarang yang sebelumnya tidak diumumkan. Laporan tersebut mencakup 26 kematian dari tiga pemogokan terpisah di bulan Maret seperti dikutip dari Reuters, Senin (1/5/2017).   Penghitungan resmi militer jauh di bawah kelompok lainnya. Kelompok pemantau Airwars mengatakan lebih dari 3.000 warga sipil terbunuh oleh serangan udara koalisi AS.   Termas