Turki Anggap Pengucilan Terhadap Qatar Sebagai Hukuman Mati
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengecam pengucilan terhadap Qatar oleh sejumlah negara tetangga di kawasan Teluk seperti pelanggaran terhadap nilai Islam. Pengucilan ini juga diartikan sebagai hukuman mati untuk Doha.
Dilansir dari Reuters, Rabu, 14 Juni 2017, pernyataan Erdogan menekankan Turki selaku sekutu Qatar. Pengucilan yang dilakukan Arab Saudi, Mesir, Bahrain, sampai Uni Emirat Arab dianggap tak manusiawi.
"Kesalahan sangat serius terhadap Qatar. Mengisolasi sebuah negara di wilayah seperti tidak manusiawi dan bertentangan dengan Islam. Keputusan hukuman mati diambil untuk Qatar," ujar Erdogan di Ankara.
Erdogan merasa geram dengan kebijakan pengucilan terhadap Qatar. Pasalnya, negara dengan populasi sekitar 2,7 juta jiwa itu selama ini masih lebih banyak mengimpor dari negara tetangganya. Bahkan, impor sektor pangan Qatar dari negara tetangganya mencapai 80 persen.
Namun, untuk mengantisipasi rakyat Qatar terisolasi, Turki sudah berkoordinasi dengan Iran untuk menyiapkan stok makanan.
Erdogan menyatakan dukungannya terhadap Qatar. Ia meyakini pengucilan terhadap Qatar tak akan bermanfaat bagi negara-negara sekitar. Bersama Qatar, Turki dianggap sebagai negara yang komitmen terhadap kelompok teroris.
"Qatar menunjukkan sikap paling menentukan terhadap organisasi teroris di samping Turki. Mengucilkan Qatar yang sebagai korban adalah tujuan kotor yang tidak bertujuan," tuturnya.
Turki dan Qatar memang memiliki hubungan yang dekat. Kedua negara dinilai sudah memberikan dukungan terhadap Ikhwanul Muslimin di Mesir. Kemudian, mendukung pemberontak yang berjuang untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Boikot Qatar
Negara-negara Teluk yang memutuskan hubungan diplomatik terhadap Qatar punya beberapa alasan penyebabnya. Kedekatan Qatar terhadap Hamas Palestina dan Ikhwanul Muslimin menjadi salah satu tuduhan yang berujung pengucilan.
Qatar sudah dianggap membahayakan keamanan kasawan Teluk. Tudingan melebar karena Qatar disebut mendukung kelompok teroris seperti ISIS dan Al Qaeda. Maka, ada beberapa negara tetangga yang menginginkan agar saluran satelit milik Qatar atau Al Jazeera ditutup.
Sebelumnya, perwakilan negara yang mengucilkan Qatar seperti misalnya Arab Saudi mengatakan, pihaknya siap memberikan bantuan makanan dan obat-obatan ke Qatar. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al Jubeir saat memberikan keterangan pers bersama Sekretaris Negara AS Rex Tillerson di Washington.
Dalam keterangannya, Adel al-Jubeir, membela upaya Arab yang mengucilkan Qatar adalah bentuk boikot, bukan blokade.
Begitupun perwakilan UEA saat ke Washington, yang diwakili Menteri Luar Negeri Yousef al Otaiba. Yousef menuding bahwa Qatar mendukung terorisme. Menurut dia, Ibukota Qatar yaitu Doha sudah menjadi pusat ideologi pergerakan ekstremisme.
"Doha telah menjadi pusat ideologi untuk ekstremisme. Lalu kami harus mengambil tindakan tegas untuk menangani satu sama lain dan semua masalah ekstremisnya.” (mus)
Komentar
Posting Komentar