Makalah TSUNAMI ACEH 2004



Bab 1
Pendahuluan
A.  latar belakang

Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh.  Gempa terjadi pada waktu 6:58:50 WIB. Pusat gempa terletak pada koordinat 3,298° LU dan 95,779° BT, kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh dengan kedalaman 20 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9.2 Mw dan merupakan salah satu gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Asia.  Gempa bumi ini juga mengakibatkan terjadinya tsunami (gelombang pasang) yang menelan sangat banyak korban jiwa.
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang terjadi pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi akibat dari adanya proses pergeseran secara tiba-tiba (sudden slip) pada kerak bumi.  Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya (force) sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia (artificial earthquakes).   Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi juga bisa disebabkan oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran kecil-kecil yang sulit dirasakan manusia. Getaran tersebut misalnya yang disebabkan oleh lalu-lintas, mobil, kereta api, tiupan angin pada pohon dan lain-lain. Getaran seperti ini dikelompokan sebagai mikroseismisitas (getaran sangat kecil).




Bab II pengertian tsunami
a.   Pengertian tsunami secara umum

Tsunami (bahasa Jepang : 津波; secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
b.   Penyebab tsunami

Gempa merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gelombang tsunami. Gempa ini biasanya terjadi karena adanya pergeseran lempeng yang terdapat di dasar laut. Gempa tersebut disebut juga dengan gempa bumi. Selain itu, penyebab lainnya adalah meletusnya gunung berapi yang menyebabkan pergerakan air di laut/perairan sekitarnya menjadi sangat tinggi.
c.   Peristiwa tsunami di Indonesia dan daerah lainnya
Sejak 1990 di Indonesia sedikitnya terjadi 15 kali gelombang Tsunami. Pada 19 Agustus 1997 terjadi di Sumba dengan korban 189 orang, 12 Desember 1992 di Flores dengan korban 2.100 orang dan 1994 di Banyuwangi dengan korban 209 orang, sepanjang sejarah gempa Tsunami terbesar adalah pada tahun 1883 yang ditimbulkan meletusnya Gunung Krakatau dengan korban jiwa 36.000 orang meninggal.
Di antara gelombang tsunami yang pernah tercatat selain di Indonesia adalah:
26 Desember 2004, gempa bumi paling kuat dalam masa 40 tahun telah menimbulkan gelombang besar yang bergulir ribuan kilometer dan menghempas ke kawasan pantai sekurang-kurangnya lima negara Asia, yang menewaskan sekurang-kurangnya 3.700 jiwa dan menimbulkan kesengsaraan bagi jutaan warga lainnya.
17 Juli 1998, gempa bumi di lepas pantai menyebabkan gelombang besar yang menghantam kawasan utara pantai Papua Nugini, menewaskan kira-kira 2.000 orang dan menyebabkan ribuan warga lainnya kehilangan tempat tinggal.
16 Agustus 1976, tsunami membunuh lebih dari 5.000 orang di Teluk Moro , Filipina.
28 Maret 1964, gempa bumi pada Hari Paskah di Alaska menyebabkan tsunami di sebagian besar pantai Alaska dan menghancurkan sejumlah tiga. Gelombang itu menewaskan 107 orang di Alaska, empat di Oregon dan 11 di California ketika gelombang tsunami itu bergulung di Pantai Barat AS.
22 Mei 1960, gelombang besar dilaporkan setinggi 11 meter menewaskan 1.000 orang di China dan menyebabkan kerusakan besar di Hawaii, di mana 61 orang tewas di Filipina, Okinawa dan Jepang ketika gelombang itu bergulung menyeberangi Pasifik.
1 April 1946, gempa bumi di Alaska menimbulkan tsunami yang menghancurkan North Cape Lighthouse, menewaskan lima orang. Beberapa jam kemudian gelombang tsunami berikutnya melanda Hilo, Hawaii, yang menewaskan 159 orang dan mengakibatkan kerusakan jutaan dolar AS.
31 Januari 1906, satu gempa bumi kuat terjadi di lepas pantai yang menenggelamkan sebagian Tumaco, Kolombia, dan menyapu setiap rumah yang ada di pantai antara Rioverde, Ekuador, dan Micay, Kolombia. Angka kematian diperkirakan kira-kira 500 sampai 1.500.
17 Desember 1896, tsunami menyapu bagian pantai dan boulevard utama di Santa Barbara, California, AS.
15 Juni 1896, tsunami Sanriku menghantam Jepang tanpa peringatan. Gelombang diperkirakan setinggi lebih 23 meter (70 kaki) menggulung kerumunan masyarakat yang berkumpul untuk merayakan suatu festival keagamaan, yang menewaskan lebih dari 26.000 orang.
27 Agustus 1883, ledakan gunung berapi Krakatau menimbulkan gelombang tsunami besar yang menyapu kawasan pantai di ujung pulau Jawa dan Sumatera, yang menewaskan kira-kira 36.000 orang.
1 November 1775, gempa bumi besar Lisbon menimbulkan gelombang tsunami setinggi 6 meter (sekitar 20 kaki) melanda pantai Portugal, Spanyol dan Moroko


d.   MEKANISME TSUNAMI
Tsunami adalah satu rangkaian ombak/gelombang yang dihasilkan manakala serombongan air, seperti suatu samudra atau danau dengan cepat dipindahkan pada suatu skala yang sangat besar / raksasa. Gempabumi, tanah longsor, letusan vulkanik dan bintang jatuh/meteor yang besar berpotensi untuk menghasilkan suatu tsunami. Efek dari suatu tsunami dapat terbentang dari yang kecil tidak terasa sampai yang sangat berbahaya dan membinasakan segalanya, seperti yang baru-baru ini terjadi di Aceh Desember ,2004.
Terminologi tsunami berasal dari bahasa Jepang (tsu= pelabuhan) dan (nami = gelombang).Terminologi “Tsunami” diciptakan oleh nelayan yang kembali ke pelabuhan dan menemukan area melingkupi pelabuhan sudah rusak dilanda gelombang besar, walaupun mereka belum sadar akan adanya gelombang dari laut lepas. Suatu tsunami bukanlah kejadian dari laut dalam, tapi lebih sederhana dari itu yaitu mempunyai amplitude yang kecil, dan mempunyai panjang gelombang yang sangat panjang bahkan sampai ratusan kilometer. Oleh karena itu keberadaan gelombang tsunami tidak berapa terasa di laut lepas/laut dalam yang hanya membentuk gelombang kecil di samudera.
Tsunami juga dikenal sebagai gelombang pasang surut sebab ketika mendekati daratan yang menerima karakteristik dari suatu gelombang pasang bergerak maju dengan sangat cepat dibandingkan jambul ombak yang dibentuk oleh angin di samudra, orang kebanyakan lebih mengenal jenis ombak ini dibandingkan gelombang yang dapat menghasilkan tsunami.
Tsunami merupakan sederetan gelombang laut yang mempuanyai energi sangat besar, yang dibangkitkan oleh pergerakan bumi khususnya pergerakan/perubahan dasar samudera secara tiba-tiba. Secara umum tsunami terdiri dari 3 – 5 gelombang, di mana gelombang pertama tidak selalu paling besar. Di dalam laut, tsunami mempunyai karakter sebagai berikut :

1 Amplitudo gelombangnya antara beberapa puluh centimeter sampai dengan 1 meter.
2 Periode gelombangnya antara 10 menit sampai dengan 20 menit.
3 Panjang gelombangnya antara 100 kilometer sampai dengan 200 kilometer.

Jika dibandingkan dengan karakter gelombang laut akibat pengaruh angin, perbedaannya sangat jauh. Karakater gelombang laut akibat pengaruh angin adalah :

4 Amplitudo gelombangnya kurang lebih 10 meter.
5 Periode gelombangnya antara 6 – 12detik (60 kali lebih rendah dari tsunami).
6 Panjang gelombangnya 10 meter sampai dengan 200 meter (1000 kali lebih rendah dari tsunami)

Dari karakteristik gelombang laut akibat tsunami dapat ditentukan bahwa penjalaran gelombang tsunami di laut dalam tidak terlalu berbahaya untuk kapal-kapal/benda-benda yang dilaluinya. Akan tetapi akan sangat fatal akibatnya untuk daerah disekitar pantai yang dilalui gelombang tsunami.
e.   PROSES TERJADINYA TSUNAMI
Ada 3 (tiga) kejadian di laut yang mengakibatkan timbulnya tsunami yaitu :

1. Gempabumi

Secara umum gempabumi yang bisa menimbulkan tsunami adalah gempabumi tektonik yang terjadi di laut dan mempunayai karakteristik sebagai berikut :
1 Sumber gempabumi berada di laut
2 Kedalaman gempabumi dangkal, yakni kurang dari 60 km
3 Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR
4 Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault)
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami


Gambar 3.2.
Proses pergerakan di dasar laut yang menimbulkan Tsunami
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.

2. Land Slide (Tanah Longsor)
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/turun cukup besar dan terjadi di dasar Samudera, dapat mengakibatkan timbulnya Tsunami. Biasanya tsunami yang terjadi tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akaibat gempabumi.

3. Gunung Berapi aktif yang berada di tengah laut, ketika meletus akan dapat menimbulkan tsunami. Tsunami yang terjadi bisa kecil, bisa juga sangat besar, tergantung dari besar kecilnya letusan gunung api tersebut. Ada banyak gunung api yang berada ditengah laut di seluruh dunia. Untuk di Indonesia , yang paling terkenal adalah letusan gunung Krakatau yang terletak di tengah laut sekitar Selat Sunda, yang terjadi pada tahun 1883. Letusannya sangat dashyat, sehingga menimbulkna tsunami yang sangat besar dan korban yang banyak, baik jiwa maupun harta benda. Dampak dari bencana ini juga dirasakan kedashyatannya di negara lain.
Tanah longsor di dalam laut dalam , kadang-kadang dicetuskan oleh gempabumi yang besar; seperti halnya bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat mengganggu kolom air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudera. Jika terjadi letusan gunungapi dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu tsunami. Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau.Gelombang terbentuk akibat perpindahan massa air yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi untuk mencapai keseimbangan dan bergerak di lautan, seperti jika kita menjatuhkan batu di tengah kolam akan terbentuk gelombang melingkar.
Sekitar era tahun 1950 an ditemukan tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya percaya atau tidak mungkin ini disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas vulkanik dan peristiwa lainnya. Gejala ini dengan cepat memindahkan volume air yang besar, sebagai energi dari material yang terbawa atau melakukan ekspansi energi yang ditransfer ke air sehingga terjadi gerakan tanah. Tsunami disebabkan oleh mekanisme ini, tidak sama dengan tsunami di lautan lepas yang disebabkan oleh beberapa gempabumi, biasanya menghilang dengan cepat dan jarang sekali berpengaruh sampai ke pantai karena area yang terpengaruh sangat kecil.Peristiwa ini dapat memberi kenaikan pada gelombang kejut lokal yang bergerak cepat dan lebih besar (solitons), Seperti gerakan tanah yang terjadi di Teluk Lituya memproduksi suatu gelombang dengan tinggi 50- 150 m dan mencapai area pegunungan yang jaraknya 524 m. Bagaimanapun juga , suatu tanah longsor yang besar dapat menghasilkan megatsunami yang mungkin berdampak pada samudera.

f.     KARAKTERISTIK TSUNAMI

(a)  Kecepatan Tsunami
Secara empiris, kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam, kecepatan tsunami bisa setara dengan kecepatan pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya, kecepatan tsunami semakin berkurang, yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.

(b) Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding terbalik dengan kecepatanya. Artinya, jika kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh centimeter saja. Sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil, sedangkan ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa mencapai puluhan meter.
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah bentuk pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
1 Pantainya terjal
Bentuk pantai seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami dipantulkan oleh slope (pembatas). Sehingga pemantulannya secara utuh mengikuti periode tsunami, tanpa pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang dihasilkan antara 1 – 2 meter.


2 Pantainya Landai
Bentuk pantai ini mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini berlaku prinsip dasar energi, yakni energi selalu konstan. Sehingga jika kecepatannya berkurang maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya berkurang dan mengakibatkan pecahnya gelombang. Hal inilah yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan meter.

g.   DAERAH POTENSI TSUNAMI
Dari sejarah kegempaan dan tsunami yang tercatat di BMG, hampir seluruh pantai di Indonesia rawan terhadap tsunami. Hal ini dapat dilihat dari peta potensi tsunami di bawah ini (Gambar 3.4).


Gambar 3.4. Peta Kejadian Gempa dan Tsunami di Indonesia 1991 - 2005

a. Gempabumi _ Tsunami aceh 2004

Gempabumi yang disertai tsunami terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 dengan parameter gempabumi sebagai berikut :

Waktu kejadian : 07:58:50,26 WIB
Epicenter : 2,90 LU – 95,6 BT
Kedalaman : 20 km
Magnitudo (Mb) : 6,8 SR
Magnitudo (Mw) : 9,0 SR
Sesar : Sesar turun (Normal Fault)

Tsunami yang terjadi tidak hanya melanda wilatah Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara (Sumatera Bagian Utara), tetapi juga melanda negara-negara lain speerti Bangladesh, India, Malaysia, Maldives, Myanmar, Singapura, Srilanka dan Thailand. Tetapi dampak yang paling parah melanda wilayah kita di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Seperti kita ketahui menelan korban yang sangat besar dan kerusakan infrastruktur yang juga besar.

h.   MITIGASI GEMPA BUMI DAN TSUNAMI
MITIGASI GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

Bencana Tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 disebutkan sebagai bencana alam terbesar abad ini, karena besarnya kekuatan gempabuminya serta luasnya dampak yang diakibatkan oleh tsunami. Pengalaman pahit ini membuka mata semua orang akan bahaya tsunami yang sangat dahsyat ini, sehingga banyak upaya yang dilakukan agar resiko tsunami bisa dikurangi.

Informasi gempabumi yang disampaikan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) bersifat informasi darurat, yang berarti informasi ini dikeluarkan BMG setelah gempabumi terjadi. Sampai saat ini belum ada ilmu dan tehnologi yang dapat memprediksi gempabumi, meskipun secara global pusat gempabumi serta kekuatan maksimumnya telah diketahui. Dampak yang diitmbulkan oelh gempabumi selain kerusakan infrastruktur juga dapat menimbulkan tsunami. Dampak/akibat dari kejadian dari kejadian gemapbumi dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Dampak Langsung
Dampak langsung seperti : adanya getaran, bangunan rusak/roboh,liquifaction (berubah seperti cairan), gerakan tanah/terbelah/bergeser, tanah longsor dan tsunami.
2. Dampak Tidak Langsung
Dampak tidak langsung dari gempabumi adalah : terjadinya gejolak sosial, kelumpuhan ekonomi, wabah penyakit, gangguan ekonomi, kebakaran dan lain-lain.

Untuk itu, agar dampak akibat dari gemapbumi dan tsunami dapat diperkecil/dikurangi sangat diperlukan dilaksanakan mitigasi bencana. Mitigasi adalah merupakan proses untuk meminimalkan dampak negatif bencana alam yang diantisipasi akan terjadi di masa datang di suatu daerah tertentu, yang merupakan investasi jangka panjang bagi kesejahteraan semua lapisan masyarakat.

TAHAPAN MITIGASI

Dalam mitigasi bencana gempabumi dan tsunami, perlu dilaksanakan tindakan berikut, yaitu :

(a) Hazard Assessment (Mengadakan analisis bahaya yang akan ditimbulkan)

Gempa bumi berakibat langsung dan tak langsung. Akibat langsung adalah getaran, bangunan rusak/roboh, gerakan tanah (tanah terbelah, bergeser), longsor, liquification (berubah sifat menjadi cairan), tsunami dan lain-lain. Sedangkan akibat tidak langsung adalah gejolak sosial, kelumpuhan ekonomi, wabah penyakit, gangguan ekonomi, kebakaran dan lain-lain. Sebenarnya akibat gempa ini tergantung dari kekuatan gempa dan lokasi kejadian. Lokasi kejadian apakah di kota , di desa atau di hutan, tentunya tingkat bahaya akan lebih tinggi bila terjadi di kota.




(b) Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Untuk melaksanakan mitigasi bencana , salah satu tindakan adalah membuat suatu sistem peringatan dini. Seperti kita ketahui bahwa gempabumi dan tsunami yang terjadi di Aceh tangal 26 Desember 2004 yang lalu telah menalan banyak korban dan keruskan di berbagai negara dan Indonesia mengalami dampak paling parah. Ratusan ribu orang meninggal dunia, sebagian besar infrastruktur (bangunan) di Aceh terutama yang berada di pinggir pantai rata dengan tanah dan ekonomi di Aceh mengalami kelumpuhan. Korban dan kerusakan itu terjadi terutama dampak/akibat dari terjangan tsunami.

Prinsip dasar pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah bahwa ada selang/jeda waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami. Jeda waktu antara kejadian gempabumi dengan tsunami yang tiba dipantai terjadi karena dalam pembentukan tsunami perlu proses dan adanya perbedaan kecepataan antara gelombang gempaumi dengan tsunami. Kecepatan gelombang gempabumi jauh lebih cepat dibandingkan dengan gelombang tsunami. Sehingga gelombang gempabumi akan lebih dahulu sampai di pantai dibandingkan gelombang tsunami.

Saat ini BMG telah mengoperasikan system TREMORS (Tsunami Risk Evaluation Through Seismic Moment from a Real-time System) untuk mendeteksi gempa bumi yang menimbulkan tsunami . Namun belum efektif, karena informasi yang keluar lebih dari 30 menit setelah gempabumi terjadi. Hal ini karena TREMORS bekerja berdasarkan pembacaan waktu tiba gelombang primer, gelombang sekunder, gelombang permukaan dan amplitudo. Hal ini menyebabkan sistem ini tidak efektif sebagai peringatan dini tsunami lokal.

Berdasarkan perbedaan waktu dan tempat kejadian, tsunami dibagi 3 tipe, yaitu :

1 Tsunami lokal, waktu tsunami antara 0 – 30 menit setelah gempabumi
2 Tsunami regional, waktu tsunami 30 menit – 2 jam setelah gempabumi
3 Tsunami jauh, waktu tsunami 2 jam atau lebih setelah gempabumi.

Tsunami lokal yang sering terjadi di wilayah Indonesia memerlukan waktu hanya beberapa menit untuk sampai di pantai. Untuk itu diperlukan konsep peringatan dini yang cepat, kurang dari 5 menit agar ada waktu untuk memberikan informasi dan melakukan evakuasi.

Untuk itu BMG telah mengajukan usulan ke pemerintah guna membangun peringatan dini tsunami yang terdiri atas :
1 Sensor gempabumi 160 stasiun yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang terbagi dlam 10 wilayah (10 region).
2 Sensor Accelerograph 500 stasiun
3 DART 15 unit
4 Tide Gauges 50 stasiun
5 Pusat regional 10 lokasi
5 Pusat Nasioal 1 lokasi
6 Sistem komunikasi
Untuk menerbitkan peringatan dini tsunami, harus memenuhi beberapa kristeria yang sudah dijelaskan di atas, serta diproses melalui beberapa tahap seperti :
1. Menerima data dari seismograph dan langsung diproses secara otomatis dalam waktu kurang dari 3 menit.
2. Menerima data strongmotion dari stasiun accelerograph yang terdekat dalam waktu kurang dari 1 menit.
3. Menerima data pressure gauge dari DART buoy terdekat dalam waktu 1 menit atau lebih.
4. Operator melakukan verifikasi dalam waktu 2 menitsetelah proses otomatis selesai dengan mencocokan data dari gauge dan DART buoy.
5. Operator melakukan verifikasi dengan koordinator atau pihak berwenang untuk menerbitkan jenis peringatan.
6. Peringatan disebarluaskan ke daerah yang terancam tsunami dan jaringan komunikasi internasional.

(c) Educational Program (Program Pendidikan)

Pengetahuan dan pemahaman mengenai bencana alam sangat penting untuk semua lapisan masyarakat, sehingga perlu dimasukan dalam program pendidikan sejak usia dini atau sejak pendidikan dasar. Sebelum resmi masuk di dalam kurikulum pendidikan maka BMG Wilayah I telah melakuakn sosialisasi tentang peningkatan pemahaman masyarakat ini ke sekolah-sekolah di Sumatera Utara, tujuannya adalah agar siswa paham bahwa di wilayah Indonesia khususnya Sumatera Utara ini merupakan daerah yang rawan bencana alam. Sejak dini para siswa diharapakan mampu mengantisipasi bila bencana datang agar dampak bencana dapat diminimalkan.

Selain itu, Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah I Medan bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sejak dua tahun terakhir melaksanakan program sosialisasi dengan kelompok target yang lebih luas antara lain : para tokoh masyarakat, instansi terkait, aparat satuan pelaksana penanggulangan bencana alam dan pengungsi, pelajar dan para kelompok msyarakat lainnya. Program ini dimaksudkan agar setiap anggota masyarakat mampu dan sanggup menghadapi berbagai bencana alam dalam rangka mengurangi dampak.

(d) Land Use

Dalam penggunaan lahan juga sangat perlu diperhatikan kemungkinan terjadi bencana. Misalnya : untuk mengurangi laju arus tsunami di pinggir pantai perlu dipelihara/ditanam tanaman yang mampu mengurangi laju gelombanga tsunami, mislanya mangrove harus tetap dipertahankan, menanam pohon-pohon dengan skala luas di sekitar pantai dsb.

(e) Building Code

Building Code pada prinsipnya membangun bangunan tahan gempa, berdasarkan zonasi tingkat kerawanan gempa atau percepatan tanah. Dari zona-zona kerawanan gempa tersebut bangunan akan dirancang bangunan bagaimana yang harus tahan gempa.

i. Tindakan dalam  menghadapi gempa bumi dan stunami

1 Sebelum gempabumi terjadi
2 Mengetahui dengan jelas gempabumi dan akibatnya
3 Mengenali lingkungan sekitar
4 Membangun gedung yang tahan gempa
5 Memilih dan menata interior
6 Menyiapkan fasilitas untuk menghadapi keadaan darurat
7 Mempersiapkan fisik dan mental tiap individu

8 Saat terjadi gempa bumi
Jika berada di dalam ruangan
9 Menjauh dari jendela, barang yang bergantung, tertempel, lemari dan barang-barang yang membahayakan dan lain-lain.
10 Tetap tenang bertahan di lantai yang sama jangan panik atau turun
12 Jangan gunakan lift dan jangan keluar berebutan

Jika berada di luar ruangan
1 Segeralah menuju areal yang bebas dari gedung dan bangunan, tiang listrik, pohon, rambu dan kendaraan.

Jika berada di dalam kendaraan
1 Tepikan kendaraan di tempat yang aman
2 Hindari perempatan, jembatan, pohon, tiang listrik, rambu dan lampu lalulintas, kemacetan.
3 Tetap bertahan dalam kendaraan samapi goncangan berhenti.

Jika berada di pinggir pantai
? Menjauh dari pantai, waspadai kemungkinan tsunami
? Jika berada di keramaian jangan panik, cari tempat berlindung yang paling aman dan berusaha menenangkan orang-orang sekitar.
Jika berada di pegunungan
1 Hindari daerah yang kemungkinan longsor
2 Sesudah terjadi gempa
3 Keluar dengan tertib cari tempat yang aman.
4 Hindari benda-benda yang berbahaya
5 Periksa jika ada yang terluka
5 Periksa jika ada yang terluka
6 Periksa lingkungan sekitar
7 Waspada terhadap kebakaran dan retakan tanah
8 Dengarkan instruksi dari terkait
9 Waspada terhadap gempa susulan
10 Jangan menggunakan telepon berlebihan


Bab III Pembahasan tsunami di aceh
a.   Letak bencana tsunami aceh
Yang terjadi tsunami aceh itu terletak di geografis kabupaten bereuen terletak di antara 960
19 ‘BT-960  54’BT dan 90 53’LU-50 16’LU. Luas wilayah kabupaten Bireuen seluas 190.120 Ha.
Dengan pemanfaatan lahan terbesar 37.994 oleh perkebunan rakyat dan lahan kering seluas 34.013 Ha. Pola pemukiman mengikuti jaringan jalan nasional sekitar pemukiman di dominasi oleh sawah yang menjadi sector andalan selain peternakan dan perdagangan .

Kota berueun dan pusat pemukiman di kabupaten bereuen hampir 80% berada di pasir pantai timur bereuen, jaringan jalan Nasional yang menghubungkan kabupaten  bereuen  dengan kabupaten yang ada di provinsi  Nanggroe Aceh Darussalam berada di pesisir pantai timur Sumatra.
Kota bereuen dan pusat pemukiman di kabupaten bereuen tidak dilengkapi perlindungan (butter) dan tidak ada instruman pengelolaan bencana
Aksesibilitas yang tersedia diantaranya yaitu:
·         Jalan negara sepanjang 111,66 km
·         Jalan provinsi sepanjang 116,87 Km
·         Jalan kabupaten sepanjang 1498,73 Km
Lihat gambar pada 1.1

Gambar 1.1


b. Penyebab terjadinya bencana tsunami aceh
Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh.  Gempa terjadi pada waktu 6:58:50 WIB. Pusat gempa terletak pada koordinat 3,298° LU dan 95,779° BT, kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh dengan kedalaman 20 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9.2 Mw dan merupakan salah satu gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Asia.  Gempa bumi ini juga mengakibatkan terjadinya tsunami (gelombang pasang) yang menelan sangat banyak korban jiwa.
       
Tsunami memporak-porandakan sebagian wilayah Pantai Aceh, Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Dipastikan sekitar 300.000 jiwa kehilangan nyawanya. Korban paling banyak terdapat di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara)
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang terjadi pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi akibat dari adanya proses pergeseran secara tiba-tiba (sudden slip) pada kerak bumi.  Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya (force) sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia (artificial earthquakes).   Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi juga bisa disebabkan oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran kecil-kecil yang sulit dirasakan manusia. Getaran tersebut misalnya yang disebabkan oleh lalu-lintas, mobil, kereta api, tiupan angin pada pohon dan lain-lain. Getaran seperti ini dikelompokan sebagai mikroseismisitas (getaran sangat kecil).
Dimana tempat biasa terjadinya gempa bumi alamiah yang cukup besar, berdasarkan hasil penelitian, para peneliti kebumian menyimpulkan bahwa hampir 95 persen lebih gempa bumi terjadi di daerah batas pertemuan antar lempeng yang menyusun kerak bumi  dan di daerah sesar atau fault.
      
Para peneliti kebumian berkesimpulan bahwa penyebab utama terjadinya gempa bumi berawal dari adanya gaya pergerakan di dalam interior bumi (gaya konveksi mantel) yang menekan kerak bumi (outer layer) yang bersifat rapuh, sehingga ketika kerak bumi tidak lagi kuat dalam merespon gaya gerak dari dalam bumi tersebut maka akan membuat sesar dan menghasilkan gempa bumi. Akibat gaya gerak dari dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi menjadi beberapa fragmen yang di sebut lempeng (Plate). Gaya gerak penyebab gempa bumi ini selanjutnya disebut gaya sumber tektonik (tectonic source).
Selain sumber tektonik yang menjadi faktor penyebab terjadinya gempa bumi, terdapat beberapa sumber lainnya yang dikategorikan sebagai penyebab terjadinya gempa bumi, yaitu sumber non-tektonik (non-tectonic source) dan gempa buatan (artificial earthquake).

c. Tata ruang sebelum terjadi bencana tsunami a
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatra yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.442,00 km².
-Masa kesultanan Aceh
Wilayah bagian barat Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun pada abad ke-16 atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara tahun 1588-1604), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan Aceh yang hidup tahun 1607-1636) dengan mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie.
Daerah ramai pertama adalah di teluk Meulaboh (Pasi Karam) yang diperintah oleh seorang raja yang bergelar Teuku Keujruen Meulaboh, dan Negeri Daya (Kecamatan Jaya) yang pada akhir abad ke-15 telah berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya adalah Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya.
Dari perkembangan selanjutnya, wilayah Aceh Barat diakhir abad ke-17 telah berkembang menjadi beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh Uleebalang, yaitu : Kluang; Lamno; Kuala Lambeusoe; Kuala Daya; Kuala Unga; Babah Awe; Krueng No; Cara' Mon; Lhok Kruet; Babah Nipah; Lageun; Lhok Geulumpang; Rameue; Lhok Rigaih; Krueng Sabee; Teunom; Panga; Woyla; Bubon; Lhok Bubon; Meulaboh; Seunagan; Tripa; Seuneu'am; Tungkop; Beutong; Pameue; Teupah (Tapah); Simeulue; Salang; Leukon; Sigulai.

-Penjajahan Belanda
Dimasa penjajahan Belanda, melalui suatu perjanjian (Korte Verklaring), diakui bahwa masing-masing Uleebalang dapat menjalankan pemerintahan sendiri (Zelfsbestuur) atau swaparaja (landschap). Oleh Belanda Kerajaan Aceh dibentuk menjadi Gouvernement Atjeh en Onderhorigheden (Gubernemen Aceh dan Daerah Taklukannya) dan selanjutnya dengan dibentuknya Gouvernement Sumatera, Aceh dijadikan Keresidenan yang dibagi atas beberapa wilayah yang disebut afdeeling (propinsi) dan afdeeling dibagi lagi atas beberapa onderafdeeling (kabupaten) dan onderafdeeling dibagi menjadi beberapa landschap (kecamatan).
-Karesidenan Aceh
Seluruh wilayah Keresidenan Aceh dibagi menjadi 4 (empat) afdeeling yang salah satunya adalah Afdeeling Westkust van Atjeh atau Aceh Barat dengan ibukotanya Meulaboh. Afdeeling Westkust van Atjeh (Aceh Barat) merupakan suatu daerah administratif yang meliputi wilayah sepanjang pantai barat Aceh, dari gunung Geurutee sampai daerah Singkil dan kepulauan Simeulue serta dibagi menjadi 6 (enam) onderafdeeling, yaitu :
Meulaboh dengan ibukota Meulaboh dengan Landschappennya Kaway XVI, Woyla, Bubon, Lhok Bubon, Seunagan, Seuneu'am, Beutong, Tungkop dan Pameue;
Tjalang dengan ibukota Tjalang (dan sebelum tahun 1910 ibukotanya adalah Lhok Kruet) dengan Landschappennya Keluang, Kuala Daya, Lambeusoi, Kuala Unga, Lhok Kruet, Patek, Lageun, Rigaih, Krueng Sabee dan Teunom;
Tapaktuan dengan ibukota Tapak Tuan;
Simeulue dengan ibukota Sinabang dengan Landschappennya Teupah, Simalur, Salang, Leukon dan Sigulai;
Zuid Atjeh dengan ibukota Bakongan;
Singkil dengan ibukota Singkil.
- Pemekaran 1996
Pada Tahun 1996 Kabupaten Aceh Barat dimekarkan lagi menjadi 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Barat meliputi kecamatan Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya dengan ibukotanya Meulaboh dan Kabupaten Adminstrtif Simeulue meliputi kecamatan Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang dengan ibukotanya Sinabang.


Pemekaran 2000
Kemudian pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5, Kabupaten Aceh Barat dimekarkan dengan menambah 6 (enam) kecamatan baru yaitu Kecamatan Panga; Arongan Lambalek; Bubon; Pantee Ceureumen; Meureubo dan Seunagan Timur. Dengan pemekaran ini Kabupaten Aceh Barat memiliki 20 (dua puluh) Kecamatan, 7 (tujuh) Kelurahan dan 207 Desa.
-Pemekaran 2002
Selanjutnya pada tahun 2002 kabupaten Aceh Barat daratan yang luasnya 1.010.466 Ha, kini telah dimekarkan menjadi tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat dengan dikeluarkannya Undang-undang N0.4 Tahun 2002

-Program Strategis Pembangunan Daerah
Pembangunan Aceh Barat mencakup semua kegiatan pembangunan daerah dan sektoral yang dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat.
Titik berat pembangunan diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan pertanian dalam arti luas sebagai pengerak utama pembangunan yang saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu kebijakan pembangunan. maka ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut :
Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam, peran ulama dan adat istiadat.
Peningkatan Sumber Daya Manusia.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Meningkatakan aksesibilitas daerah.
Meningkatkan pendapatan daerah.
Sebagai lencana yang digunakan oleh pegawai pemerintah Kabupaten Aceh Barat yang sedang menjalankan tugasnya.
Sebagai panji atau bendera digunakan oleh suatu rombongan yang mewakili atau atas nama pemerintah Kabupaten Aceh Baratdan dapat dipergunakan pada tempat tempat upacara resmi, pintu gerbang dan lain sebagainya.
Lambang Daerah Kabupaten Aceh Barat ini dilarang digunakan apabila bertentangan dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1976 dan barang siapa yang melanggarnya dapat dikenakan hukuman selama-lamanya 1 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 10.000.- (sepuluh ribu rupiah).

Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 2000 - 2003 terbagi menjadi 3 Daerah Tingkat II, yakni:
Aceh Barat dengan ibu kota Meulaboh
Aceh Jaya dengan ibu kota Calang
Nagan Raya dengan ibu kota Sukamakmue
Simeulue dengan ibu kota Sinabang
-Sejak pemekaran 2003
Semenjak pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat berkurang lebih dari separuh wilayahnya dan kecamatan yang tersisa adalah sebagai berikut:
Arongan Lambalek (27 desa/kelurahan)
Bubon (17 desa/kelurahan)
Johan Pahlawan (21 desa/kelurahan)
Kaway XVI (62 desa/kelurahan)
Meureubo (26 desa/kelurahan)
Pante Ceureumen (25 desa/kelurahan)
Panton Reu (?)
Samatiga (32 desa/kelurahan)
Sungai Mas (18 desa/kelurahan)
Woyla (43 desa/kelurahan)
Woyla Barat (24 desa/kelurahan)
Woyla Timur (26 desa/kelurahan)
Geografi
-Sebelum pemekaran
Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 Km² atau 1.010.466 Ha dan secara astronomi terletak pada 2° - 5°,16 Lintang Utara dan 95°,10° Bujur Timur dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatra yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 Km.
-Sesudah pemekaran
Sesudah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara agronomi terletak pada 04°61 - 04°47 Lintang utara dan 95° - 86°30 Bujur Timur dengan luas wilayah 2.442,00 km² bujur sangkar dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara
Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie
Selatan
Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya
Barat
Samudera Indonesia
Timur
Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya
d.penata ruang pasca bencana stunami   
Pembangunan kembali Aceh pasca bencana tsunami pada 26 Desember 2004, dengan pembentukan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD – Nias (BRR NAD – Nias) sebagai suatu badan yang ditugasi untuk membangun kembali Aceh – Nias pasca bencana tsunami, memberi pengalaman berharga bagi Aceh, Indonesia dan Dunia, untuk model penanganan bencana dan konflik di dunia. Aceh yang luluh lantak pasca bencana tsunami dan diperkirakan akan dapat dibangun kembali dengan waktu yang cukup lama, telah terperbaiki dengan cukup baik dalam waktu kurang dari 4 tahun. Keterlibatan banyak pihak (Nasional, Internasional dan masyarakat) terkoordinasi dalam semangat percepatan pembangunan dan membangun dengan lebih baik. Hampir seluruh komitmen donors (mendekati angka 90%) terealisasi dengan baik, bahkan sebagian lembaga donors yang masih memiliki agenda pembangunan dan kemanusiaannya berkomitmen untuk menyelesaikan agendanya sampai tahun 2012. Namun demikian, prose’s pembangunan kembali Aceh harus terus berkelanjutan sampai dengan terbangunnya tatanan kehidupan yang lebih berkeadilan dan sejahtera sebagai wujud Aceh Baru.
Untuk melaksanakan rekonstruksi NAD dirasakan perlunya dibentuk suatu badan yang dapat mengkoordinir semua kegiatan, dan mempunyai payung hukum yang kuat. Badan ini harus diberi kdudukan setara dengan kementerian, dan mempunyai hubungan langsung dengan Presiden. Badan ini berrsifat ad hoc (misalnya untuk 5 tahun), dan berkedudukan di Banda Aceh. Badan ini dapat dinamakan Badan Pelaksana Rehabilitasi & Rekonstruksi Aceh (BPR2A).
Dalam membentuk BPR2A ini beberapa hal harus diperhatikan, yaitu:
• Kondisi riil Aceh saat: (a) PEMDA dengan OTSUS; (b) TNI/Polri dengan Darurat Sipil (mempersempit ruang gerak suatu daerah; (c) Satkorlak yang melakukan penanggulangan bencana. Selain itu, Aceh saat ini menjadi sangat terbuka dengan adanya bencana gempa/tsunami.
• Perlunya pemerintahan yang legitimate. Saat ini di NAD terdapat 17 kepala daerah yang merupakan Pejabat Pelaksana Tugas. Oleh karenanya pelaksanaan PILKADA tidak boleh ditunda lagi, apalagi untuk daerah yang tidak terkena bencana gempa dan tsunami.
• BPR2A harus mempertimbangkan UU/Kebijakan yang berlaku di NAD, misalnya: UU No.44 tahun 1999, No.37 tahun 2000, UU No.18 tahun 2001 serta peraturan yang berkaitan lainnya. UU No.18 tahun 2001 perlu direvisi, khususnya untuk memperjelas tentang Kewenangan.
• Diperlukan pula pengawasan independen terhadap BPR2A.


Akibat erosi dan gerusan gelombang tsunami, terjadi pengurangan kawasan daratan sekitar 100 – 300 m, karena masuknya air laut ke arah daratan. Bekas jalan raya dan beberapa sisa pohon kelapa yang sebelumnya didaratan (tepi pantai), kini tertutup air laut. Genangan air membentuk rawa pada dataran pantai ini. Tingkat kerawanan daerah ini meningkat akibat abrasi pantai dan angin yang sangat kencang, karena kawasan pantai kini terbuka, bebas dari pohon penghalang.




e.  Peta/gambar sebelum  dan sesudah terjadi bencana tsunami aceh




f. sumber pembiayaan untuk rekrontruksi kerusakan pascabencana tsunami aceh
  Gempa bumi dan tsunami di Aceh merupakan musibah skala internasional yang besar sekali. Setiap hari CNN dan BBC masih menayangkan dampaknya dan dunia internasional pun menyadari masalah belumlah selesai setelah usaha penyelamatan (relief efforts). 
Rekonstruksi masyarakat di Aceh tetap akan memerlukan bantuan dunia yang tidak boleh berhenti walaupun liputan-liputan CNN dan BBC itu sudah usang. Bahkan dari komentar di BBC sudah ada yang mengingatkan bahwa pada musibah-musibah besar yang lalu realisasi bantuan tidak sebesar jumlah yang dijanjikan ketika peristiwanya masih panas. Banda Aceh dan Aceh Barat mungkin akan mengalami nasib yang sama. Maka, setiap kali perlu diingatkan, siapa saja yang wajib menolong masyarakat Aceh, sekarang dan beberapa tahun yang akan datang. 
Bagi perekonomian Indonesia sebagai keseluruhan, kerusakan-kerusakan di Aceh itu tidak punya arti yang besar kalau diukur dampaknya terhadap produksi nasional. Seluruh Provinsi Aceh hanya berpenduduk 4,2 juta, yakni 2 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Karena pendapatan per kapita Aceh ada di bawah rata-rata nasional, lebih-lebih daerah antara Banda Aceh dan Aceh Selatan sepanjang pantai Samudra Hindia, kemunduran pada produk domestik bruto kiranya kurang dari 1 persen. Maklumlah, daerah yang terkena itu bukan merupakan daerah industri (kecuali satu pabrik semen), daerah perkebunan untuk ekspor, dan bukan pula daerah pertambangan. 
Namun, kalau sekitar 100 ribu jiwa musnah dan setengah juta orang terpaksa mengungsi karena kota dan tempat tinggalnya hancur lebur, kerugiannya cukup besar. Taksiran pemerintah berkisar pada Rp 20-30 triliun.
Bantuan sumbangan yang di dapatkan sebagai berikut :
-      APBN
-      adanya uluran internasional yang sangat besar
-      APBD
-      sumbangan berbagai wilayah maupun daerah
-      pinjaman dari luar negri
Table 1
Sumber pembiayaan pembangunan pasca bencana
Jenis infrastruktur yang di biayai
Sumber pembiayaan
Biaya yang di anggarkan
keterangan
terealisasi
belum terealisasi
Air bersih
APBN
Sudah
-
terlaksanah
Kesejahteraan
APBN dan APBD
-
belum
Cukup lambat
Perumahan
 pemerintah
Sudah
-
Sangat lambat
Pendidikan
APBN dan APBD
Sudah
-
Belum cukup baik
Jalan
APBD
Sudah
-
Terganjal pembebasan
Jembatan
APBD
Sudah
-
Cukup lambat
Perdagangan
APBN
Sudah

Belum memadai
Pemerintahan
Nasional
Sudah
-
Bantuan





g. Peran serta masyarakat dalam upaya bencana tsunami aceh

Dalam terjadinya bencana sunami itu banyak sekali masyarakat bergotong royong dalam berbagai menbantu masyarakat misal nya menyubang, baik itu berupa uang maupun tenaga. Adapun masyarakat memberikan bantuan secara tidak langsung yaitu dengan menyubang dan bagi mahasiswa menggelar/menggalang dana terjun langsung ke jalan-jalan. Sebagian juga banyak juga menyubang obat-obatan, makanan, pakaian,dan keperluan masyrakat lainnya. Dan ada pun pihak-pihak seperti partai-partai itu sangat memmanfaatkan situasi seperti itu dengan menyubang dia bisa menarik perhatian masyarakat dan boleh di bilang bisa mengharumkan nama partai nya sendiri.


h.kondisi sebelum dan sesudah pasca tsunami aceh
Tabel 2
Kondisi sebelum dan sesudah terjadi nya gempa
NO
ASPEK
SEBELUM
SESUDAH
A
Fisik dasar dan lingkungan



JenisTanah
Tanah biasa
Tanah yang bercampur dengan pasir

Penurunan / naiknya permukaan tanah
Rata
Bergelombang
B
Sarana



Pendidikan
Baik
Cukup baik.tetapi ada pula dalam perbaikan

Kesehatan
Baik
Baik

Peribadatan
Baik
Baik

Perdagangan
Baik
Di alikan ke tempat lain

Perumahan
Baik
Dalam proses perbaikan

Pemerintahan
Baik
Baik
C
Prasarana



Jaringan jalan
Baik
Baik. Masih ada dalam proses

Jaringan air bersih
baik
Cukup baik

Jaringan air kotor



Listrik
Baik
Baik. Tetapi belum total

Telephone
Baik
Baik. Tetapi belum total
D
Tata ruang



Pusat pelayanan wilayah
Baik
Baik. Tetapi belum total

Perubahan pola guna lahan
Baik
Baik tetapi belum total

Bab IV penutup
a.       kesimpulan

       Jadi dari hasil dari presentasi,  bahwa  tidak setiap bencana terjadi akibat alam. Bahwa talah tarjadi banyak bencana yang terjadi di Indonesia yang terjadi akibat ulah manusia itu sendiri, salah satunya bencana tsunami aceh pada tahun 2004 yang telah memberikan pelajaran kepada kita semua.
           Oleh kerena itu, kita sebagai manusia harus menjaga dan melindungi seluruh alam dilingkungan kita agar tidak terjadi suatu bencana yang tidak di inginkan. 

b.  penutup

        Demikianlah hasil presentasi kelompok kami mengenai bencana Stunami Aceh, atas segala kesalahan yang telah kami perbuat baik di sengaja walaupun tidak disengaja, kami mohon di bukakan pintu maaf yang sebesar besarnya.
Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Tentang Permainan Tradisional "Bola Bekel"

MAKALAH KHALAF: AHLUSSUNNAH (AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI)