Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

RENUNGANSIKAPHIDUP MUSLIM

Gambar
RENUNGANSIKAPHIDUP MUSLIM Dalam rangka meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt, marilah kita merenung sejenak dengan mengkaji kembali firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Qashash/28 : 77 yang berbunyi : Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. Pada firman Allah ini, Allah menegaskan bahwa sikap hidup seorang muslim dalam menghadapi kehidupan duniawi itu ada 3 (tiga) hal, yaitu : 1)   Keseimbangan; Melakukan keseimbangan antara amal perbuatan untuk kebahagiaan duniawi dengan amal perbuatan untuk kebahagiaan ukhrawi. Artinya kekayaan, pekerjaan dan sebagainya yang merupakan nikmat yang diperolehnya, haruslah dipergunakannya untuk kehidupan u

ISTIQAMAH DALAM KEHIDUPAN

Gambar
ISTIQAMAH DALAM KEHIDUPAN Oleh : MUHAMMAD NAZAR, S.Ag Setiap muslim yang telah berikrar bahwa Allah Rabbnya, Islam agamanya dan Muhammad Rasul-Nya, maka ia harus senantiasa memahami arti ikrar takwa dan mampu merealisasikan nilai-nilainya dalam realitas kehidupannya. Setiap dimensi kehidupannya harus terwarnai dengan nilai-nilai takwa baik dalam kondisi aman maupun terancam. Namun dalam realitas kehidupan dan fenomena umat, kita menyadari bahwa tidak setiap orang yang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam mampu meimplementasikan dalam seluruh kisi-kisi kehidupannya. Dan orang yang mampu mengimplementasikannya belum tentu bisa bertahan sesuai yang diharapkan Islam, yaitu komitmen dan istiqamah dalam memegang ajarannya dalam sepanjang perjalanan hidupnya. Istiqamah adalah anonim dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqamah dari kata “qaama” (berdiri). Maka secara eti