Orang-Orang Yang Paling Merugi Amalnya



KHUTBAH JUM’AT PERTAMA TENTANG ORANG-ORANG YANG PALING MERUGI AMALNYA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
Hasil gambar untuk gambar khutbahقال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,
Sesuatu yang kita khawatirkan, ketika amalan yang kita anggap benar itu ternyata sesuatu yang merugi di sisi Allah. Akibat karena kita tidak melihat kebenaran dengan dalil. Tapi hanya sebatas dengan dugaan-dugaan semata. Sebatas dengan perasaan dan ra’yu serta akal semata. Atau sebatas karena ikut-ikutan terhadap nenek-moyang. Lalu kemudian kita menganggap itu amalan yang benar. Padahal itu disisi Allah tidak benar.

Oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa orang yang seperti ini adalah orang yang paling merugi amalannya. Allah ta’ala berfirman dalam surat Al-Kahfi:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤﴾

“Katakanlah: “Maukah Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amalnya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi[18]: 103-104)

Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan tentang orang yang paling merugi amalnya. Yaitu mereka yang melakukan kesesatan dimuka bumi tapi mereka mengira bahwasannya yang mereka lakukan itu sebagai sebuah kebaikan. Saudara-saudaraku sekalian, disitu Allah menyebutkan dalam firmanNya, “وَهُمْ يَحْسَبُونَ” (sementara mereka mengira). Itu menunjukkan bahwasannya mereka memahami agama dan mereka beramal hanya berdasarkan pada perkiraan saja. Tidak berdasarkan kepada dalil yang berasal dari Allah dan RasulNya, tidak berasalkan dari penjelasan para ulama yang ditopang dengan dalil yang kuat dari Allah dan RasulNya. Demikian pula dari pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Abu Bakar Ibnul ‘Arabi dalam kitab Al-Itqan Fi ‘Ulumil Qur’an menyebutkan bahwasannya masuk dalam ayat ini tiga kelompok.

Baca Juga:  Berdo'a kepada Allah, Menjauhi Syubhat dan Berlemah Lembut
Pertama, orang-orang yang kafir kepada Allah. Yang mereka tidak beriman kepada Allah, yang mereka mempersekutukan Allah dan mereka menyangka bahwa perbuatan mereka adalah perbuatan yang baik. Karena mereka beragama hanya sebatas dengan pendapat belaka atau mengikuti nenek moyang mereka atau pembesar-pembesar mereka, oleh karena itulah Allah mengecam orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menjadikan pendeta-pendeta mereka sebagai tandingan selain Allah. Allah ta’ala menyebutkan demikian didalam surat At-Taubah. Dimana Allah menyebutkan tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani itu bahwasanya mereka mengambil:

…أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّـهِ…

“…Pendeta-pendeta dan ulama-ulama mereka sebagai tandingan selain Allah...” (QS. At-Taubah[9]: 31)

Mereka menjadikan pendeta dan ulama mereka seakan-akan sebanding dengan Allah dalam menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan. Sebagaimana Allah mengecam orang-orang musyrikin yang mereka lebih ridha mengikuti nenek moyang mereka, bapak-bapak mereka daripada mengikuti Allah dan RasulNya Allah berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنزَلَ اللَّـهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ …

Mereka tidak mau mengikuti apa yang Allah turunkan berupa kebenaran. Padahal kebenaran mutlak itu yang berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala, kebenaran yang hakiki itu yang berasal dari Allah dan RasulNya. Adapun dari selain itu adalah merupakan kebatilan saudara-saudaraku sekalian. Kecuali yang sesuai dengan apa yang dibawa oleh Allah dan RasulNya.

Maka dari situlah, setiap orang yang mengira bahwasannya sesuatu itu benar padahal tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits, berarti dia sudah mengira-ngira. Maka dari itulah, orang-orang kafir itu mengira mereka di atas kebenaran. Padahal mereka tidak mempunyai bukti sama sekali dari pencipta langit dan bumi berupa wahyu yang Allah wahyukan kepada RasulNya.

Kedua, kelompok yang berbuat bid’ah seperti kaum Khawarij, Murji’ah, demikian pula orang-orang Mu’tazilah, Jahmiyah, yang mereka menjadikan dalil hanya sebatas sebagai perisai. Akan tetapi sebetulnya mereka bertopengkan kepada hawa nafsu. Mereka menafsirkan Al-Qur’an, mereka menafsirkan hadits sesuai dengan ra’yunya, dengan pendapnya tanpa merujuk bagaimana pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan mereka mengira bahwa perbuatan itu perkara yang benar. Padahal tidak dibenarkan demikian.

Kewajiban kita mengikuti pemahaman yang benar, pemahaman yang dibawa oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itulah para sahabat tidak ada satupun yang ikut-ikutan Khawarij, tidak ada satupun sahabat yang mempunyai pemahaman Murji’ah, tidak ada satupun sahabat yang mempunyai pemahaman Mu’tazilah, semua para sahabat selamat dari hawa nafsu. Munculnya kebid’ahan akibat tidak mau mengikuti pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketiga, yaitu orang-orang yang beramal shalih namun sayang ai riya’. Dia ingin dipuji manusia, dia ingin didengar oleh manusia, sehingga amalannya dihapuskan oleh Allah, dibatalkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Demikian pula orang-orang yang ujub (merasa bangga dengan amalannya yang banyak). Maka Allah pun batalkan amalannya. Dan kelompok ini pun masuk ke dalam ayat tersebut kata Abu Bakar Ibnul ‘Arabi.

Maka saudara-saudaraku sekalian, ayat ini memberikan kepada kita sebuah pelajaran yang agung. Bahwa didalam beragama tidak boleh hanya sebatas perkiraan semata, tidak boleh dalam agama hanya sebatas ikut-ikutan tanpa melihat dalil, karena agama ini milik Allah. Allah berfirman:

أَلَا لِلَّـهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ …

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)…” (QS. Az-Zumar[39]: 3)

Maka saudaraku, sesungguhnya orang-orang yang tersesat jalan itu mengira mereka diatas kebenaran karena mereka hanya menggunakan akal dan dengan perkiraan saja.

Lihat Firaun, Firaun merasa dirinya diatas kebenaran. Allah berfirman:

…قَالَ فِرْعَوْنُ مَا أُرِيكُمْ إِلَّا مَا أَرَىٰ وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ الرَّشَادِ ﴿٢٩﴾

“…Fir’aun berkata: “Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar”.” (QS. Ghafir[40]: 29)

Bayangkan, Firaun menganggap dirinya diatas kebenaran, membimbing kepada kebenaran, Firaun menyatakan bahwa apa yang ia pandang itu sebagai sebuah kebaikan. Padahal itu tidak memiliki dalil sama sekali. Hanya sebatas perkiraan dan pendapat ia saja tanpa melihat apakah sesuai dengan wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala atau tidak. Demikianlah setiap orang yang hanya mengandalkan ra’yunya, perkiraan-perkiraan atau mengikuti nenek moyang, pasti akan tersesat jalan dalam keadaan yang menganggap bahwa ia diatas kebenaran.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

KHUTBAH KEDUA TENTANG ORANG YANG MENGINGINKAN KEBAHAGIAAN AKHIRAT DAN KEBAHAGIAAN DUNIA

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Kita sangat khawatir apabila kita termasuk orang-orang yang paling merugi amalnya. Akibat kita tidak mau menuntut ilmu Allah, tidak berusaha mengkaji Al-Qur’an dan hadits sesuai dengan pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita lebih bangga dengan akal-akal kita dan kecerdasan kita, kita lebih bangga dengan nenek moyang kita, kita lebih bangga dengan organisasi yang kita nisbatkan diri kita kepadanya kita, lebih bangga dengan kelompok kita tanpa melihat apakah diatas kebenaran atau tidak, semua perkara ini adalah hanyalah mengira-ngira dan bukan kebenaran yang Allah inginkan. Karena kebenaran itu hakikatnya yang berasal dari Allah rabbul ‘azzati wal jalalah.

Maka saudaraku sekalian,
Apabila kita ingin berpegang kepada kebenaran, pastikanlah bahwa kita telah memiliki dalil dari Allah dan RasulNya. Pastikanlah pemahaman kita sesuai dengan pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena merekalah sebaik-baik pemahaman.

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengabarkan umat Islam terpecah menjadi 73 golongan, satu di surga 72 di neraka, Rasulullah menyebutkan siapa yang di surga. Rasulullah bersabda:

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Yang aku dan para sahabatku diatasnya”

Berarti, siapa yang tidak mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya dipastikan ia tidak di atas kebenaran.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللهُمَّ تَقَبَّل دُعَاءَ نَ يَارَبَّ العَالَمِين
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah TSUNAMI ACEH 2004

Makalah Tentang Permainan Tradisional "Bola Bekel"

MAKALAH KHALAF: AHLUSSUNNAH (AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI)