Kelapa Sawit, Komoditas Primadona dengan Harga Menyedihkan
Dapat disimpulkan, kini pendapatan utama masyarakat di Subulussalam mayoritas berasal dari hasil perkebunan kelapa sawit. Seiring dengan itu, pemerintah turut memberi andil untuk mempromosikan pembangunan perkebunan kelapa sawit sebagai salah satu upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Pemerintah mengalokasikan dana untuk pengembangan perkebunan rakyat berupa kelapa sawit seluas puluhan ribu hektare.
Kilauan investasi perkebunan di Subulussalam, menurut Umar, salah seorang petani sawit di daerah itu, selaras dengan potensi sumber daya alam di sana. Selain lahan yang luas, curah hujan, sinar matahari, dan topografi daerah itu juga sangat mendukung tumbuhnya tanaman perkebunan seperti kelapa sawit. Sunguh pun demikian, lanjut Umar, sebagian besar warga Subulussalam merupakan petani turun temurun dengan pola tanam yang masih sangat tradisional, sehingga pertumbuhan ekonomi rakyatnya juga berjalan lamban.
Sayangnya, kilauan investasi kelapa sawit kini tak selaras dengan harga yang kerap membuat petani ‘megap-megap’. Betapa tidak, harga aman TBS kelapa sawit di level petani sejatinya berada antara Rp 1.200-Rp 1.600 per kilogram. Namun, fakta di lapangan harga ini nyaris jarang diperoleh.
Menurut pengurus Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulusalam, Subangun, anjloknya harga TBS ini sangat memukul perekonomian masyarakat setempat. Petani sudah mulai tidak tahan dengan situasi ini sehingga mereka pun tidak sungkan lagi menyampaikan keluhannya akibat harga TBS yang hancur-hancuran.
Atas kondisi itu, Subangun mengingatkan pihak pabrik agar mematuhi Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) RI Nomor 01/Permentan/KB.120/1/2018 tentang pedoman penetapan harga pembelian
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kelapa Sawit, Komoditas Primadona dengan Harga Menyedihkan, http://aceh.tribunnews.com/2019/01/20/kelapa-sawit-komoditas-primadona-dengan-harga-menyedihkan.
Komentar
Posting Komentar