Tantawi, Peserta MTQ Tunanetra yang Ingin Bahagiakan Orangtua

Tantawi, Peserta MTQ Tunanetra yang Ingin Bahagiakan Orangtua

Sabtu, 18 November 2017 11:53
Tantawi, Peserta MTQ Tunanetra yang Ingin Bahagiakan Orangtua
Bupati Pidie, Roni Ahmad merangkul, Tantawi, peserta tunanetra cabang Tilawah saat pelepasan kafilah MTQ Pidie Di Pendopo Bupati Pidie menuju ke IDi, Aceh Timur, Kamis (17/11). FOTO Ist 

Tantawi, Peserta MTQ Tunanetra yang Ingin Bahagiakan OrangtuaTANTAWI (15), warga Gampong Bi Buloh, Kecamatan Grong-grong, Pidie, adalah satu dari 55 peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-33 tingkat provinsi yang akan berlangsung di Idi, Aceh Timur, dan dilepas Bupati Pidie, Kamis (16/11). Pada seremonial pelepasan, Tantawi berkesempatan membacakan ayat Alquran di acara pembukaan itu. Dia Dituntun pendamping yang merupakan ayah kandungnya saat menuju mimbar membacakan kalam Ilahi.
Meskipun kedua matanya tak bisa melihat, tapi suara emas bernada tinggi milik Tantawi membuat merinding tamu yang hadir pada penglepasan pemberangkatan kafilah MTQ tingkat provinsi itu.
Beberapa baris ayat dibacakan oleh lelaki itu dengan suara tinggi dan membuat hadirin terkagum-

kagum. “Allah... Allah...Allah... Subhanallah. Luara biasa suaranya,” ucap seorang tamu di pendapa Bupati Pidie. “Tantawi adalah peserta MTQ cabang tunanetra yang pernah jadi juara kedua pada MTQ ke-32 di Nagan Raya,” ujar pembawa acara.

Saat pemberangkatan menuju bus, Bupati Pidie Roni Ahmad pun ikut terkesima dan haru melepas Tantawi. Terlihat Roni Ahmad yang akrab disapa Abusyik itu memeluk dan mencium Tantawi sambil beberapa kali mengusap kepalanya.
“Beu jroh, beu meutuwah (semoga lancar dan baik-baik),” ucap Abusyik saat memeluk Tantawi dengan pelukan erat dan haru.

Bahagiakan orang tua

Beberapa saat sebelum berangkat, Serambi secara singkat mendengarkan kisah Tantawi yang diceritakan ayahnya. “Tantawi sangat ingin membahagiakan orang tuanya dari hasil MTQ ini,” ujar Tantawi yang didampingi Ayahnya, Abubakar (45). Tantawi adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Abubakar (45) dan Juriah. Dia tidak bisa melihat sejak dilahirkan 15 tahun silam.

Sehari-hari Tantawi mengaji di Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Tijue, hanya sebagai santri mengaji. Sedangkan ilmu pendidikan formal tidak ada, karena di sana tidak ada Sekolah Luar Biasa (SLB). “Sebetulnya saya ingin sekolahkah Tantawi di SLB Bambi, tetapi saya tidak sanggup karena biaya mahal. Rumah kami di Grong-grong,” ujar Abubakar. Alhasil, pernah juga Tantawi ikut adiknya bersekolah di SD dekat rumah. Tapi, upaya itu tidak maksimal, karena Tantawi tidak bisa melihat. Dia hanya bisa mendengar saja suara guru.

Pertama kali mengikuti MTQ tingkat Kecamatan Grong-grong langsung meraih juara satu, cabang tilawah tunanetra. Dia kemudian dapat kesempatan mondok di MUQ untuk belajar Alquran.

Karena keterbatasannya, Tantawi belajar mengaji dengan cara merekam bacaan guru mengajinya dengan menggunakan tape recorder miliknya. Lalu, Tantawi menghafal bacaan ustaz sesuai yang didengar. Berkat kegigihannya, kini Tantawi sudah hafal sekira 5 juz.

Selama ikut MTQ, Tantawi telah meraih beragam prestasi. Dia telah meraih juara kedua pada MTQ tingkat provinsi di Nagan Raya beberapa tahun lalu. Dan prestasi kedua Tantawi pada MTQ tingkat nasional di Mataram, dengan raihan juara harapan kedua.(aya)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah TSUNAMI ACEH 2004

Makalah Tentang Permainan Tradisional "Bola Bekel"

MAKALAH KHALAF: AHLUSSUNNAH (AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI)