MACAM-MACAM HATI DAN KRITERIANYA
MACAM-MACAM HATI
DAN KRITERIANYAOleh : SAIFULLAH, S.Pd
Hubungan hati dengan organ-organ
tubuh lainnya, laksana raja yang bertahta diatas singgasana yang dikelilingi
para punggawanya. Seluruh anggota punggawa bergerak atas perintahnya. Dengan
kata lain, bahwa hati itu adalah pengendali dan sekaligus sebagai pemberi
komando terdepan yang setiap anggota tubuh berada di bawah kekuasaannya. Di
hati inilah anggota badan lainnya mengambil keteladanannya, baik dalam ketaatan
atau penyimpangan. Organ-organ tubuh lainnya selalu mengikuti dan patuh dalam
setiap keputusan.
Nabi saw bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.”[HR. Bukhari-Muslim].
Pengelompokan Hati
Manusia
Hati manusia terbagi menjadi tiga klasifikasi: Qalbun
Shahih (hati yang suci), Qalbun Mayyit (hati yang mati), dan Qalbun
Maridl (hati yang sakit).
Pertama, Qalbun Shahih
yaitu hati yang sehat dan bersih (hati yang
sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan
dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat dari
pengabdian kepada selain Allah, dan mencari penyelesaian hukum pada selain
rasul-Nya. Karenanya, hati ini murni pengabdiannya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah
(cinta), tawakkal (berserah diri), takut atas siksa-Nya dan mengharapkan
karunia-Nya. Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala
semata. Jika mencintai maka cintanya itu karena Allah, dan jika membenci maka
kebenciannya itupun karena Allah, jika memberi atau bersedekah, hal itu
karena-Nya dan jika tidak memberi, juga karena Allah. Dan tidak hanya itu saja,
tapi diiringi dengan kepatuhan hati dan bertahkim kepada syari’at-Nya. ia
mempunyai landasan yang kuat dan prinsip tersendiri dalam menjadikan Muhammad
saw sebagai suri tauladan dalam segala hal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya,
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”[QS. Al-Hujurat:1].
Ciri-ciri Qalbun Shahih
1. Apabila hati pergi meninggalkan
dunia menuju dan berdomisili di alam akhirat, sehingga seakan ia termasuk
penduduknya. Ia datang ke dunia fana ini bagaikan seorang asing yang kebetulan
singgah sebentar sebelum meneruskan perjalanan menuju alam akhirat. Sebagaimana
telah diwasiatkan Nabi saw kepada Abdullah bin Umar : “Jadikanlah dirimu di
dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang sedang menyeberangi
suatu jalan.” [HR. Bukhari].
2. Jika ia tertinggal wirid, atau
sesuatu bentuk peribatan lainnya, maka ia merasakan sakit yang tiada terperi
,melebihi sakitnya orang yang tamak dan kikir saat kehilangan barang
kesayangannya.
3. Ia senantiasa rindu untuk dapat
mengabdikan diri di jalan Allah, melebihi keinginan orang yang lapar kepada
makanan dan minuman. Yahya bin Mu’adz berkata: “Barangsiapa yang merasa
berkhidmat kepada Allah, maka segala sesuatupun akan senang berkhidmat
kepadanya, dan barang siapa tentram dan puas dengan Allah maka orang lain
tentram pula ketika melihat dirinya.
4. Apabila tujuan hidupnya hanya untuk
taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Bila sedang melakukan sholat, maka
sirnalah semua kegundahannya dan kesusahan kaena urusan dunia. Sebab di dalam
sholat telah ia temukan kenikmatan dan kesejukan jiwa yang suci.
6. Sangat menghargai waktu dan tidak
menyia-nyiakanya, melebihi rasa kekhawatiran orang bakhil dalam menjaga
hartanya.
7. Tidak pernah terputus dan futur (malas)
untuk mengingat Allah Idan berdzikir kepada-Nya.
8. Lebih mengutamakan pada pencapaian
kualitas dari suatu amal perbuatan daripada kuantitas. ia lebih condong pada
keikhlasan dalam beramal, mengikuti petunjuk syari’at rasulullah saw di samping
ia selalu merenungi segala bentuk karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan
mengakui tentang kelalaian dan keteledorannya dalam memenuhi hak-hak Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Kedua, Qalbun Mayyit
Qalbun Mayyit (hati yang mati) adalah kebalikan
dari hati yang sehat, hati yang mati tidak pernah mengenal Tuhannya, tidak
mencintai atau ridha kepada-Nya. dan ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya
dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini menjadikan Allah
Subhanahu wa Ta’ala marah dan murka akan perbuatannya. Ia tidak peduli lagi
apakah Allah ridha atau murka terhadap apa yang dikerjakannya, sebab ia memang
telah mengabdi kepada selain Allah. Jika mencintai didasarkan atas hawa nafsu,
begitu pula dengan membenci, memberi. Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada
rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hati jenis ini adalah hati yang jika diseru
kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun, karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menutup hati mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman: ” Dan diantara mereka ada orang yang mendengar (bacaanmu),
padahal kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak
memahaminya) dan kami letakkan sumbatan di telinganya dan jikalaupun mereka
melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak mau beriman kepadanya.
Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir
itu berkata: Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu‘.”[QS. Al-An’am:25].
Ketiga, Qalbun Maridl
Qalbun Maridl (hati yang sakit) adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang di cekam sakit akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati dengan hikmah dan maud’izah. Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya.”[QS. Al-Hajj:53].
Karena sesungguhnya apa yang disisipkan oleh
setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat (sesuatu
yang meragukan), seperti penyakit ragu dan sesat. Begitu hati menjadi lemah
karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk kedalam hati lalu
menghidupkan fitnah dalam hati tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman: Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafiq, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di madinah (dari menyakitimu) niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.”[Al-Ahzab:60].
Namun demikian hati orang-orang yang seperti itu
belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, akan
tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati orang-orang yang beriman.
Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat. Sebagaimana
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang
ada penyakit di dalam hatinya.“[QS.
Al-Ahzab:32].
Komentar
Posting Komentar