Istana Wali Nanggroe Seharga Rp 97,6 M Diresmikan
Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, meresmikan Istana Wali Nanggroe di Jalan Soekarno Hatta, Kompleks Islamic Center, Desa Lam Balang Manyang, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Rabu (13/4). Peresmian gedung yang dibangun dengan APBA Rp 97,6 miliar itu dilakukan gubernur bersama Wakil Ketua DPRA, Sulaiman Abda dan Irwan Djohan, Kapolda Aceh, Irjen Pol Husein Hamidi, Pangdam IM, Mayjen TNI Luczisman Rudy Polandi, serta Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al Haitar.
Peresmian Istana Wali yang dibangun 2010-2015 ini diawali penyambutan secara adat Aceh kedatangan Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al Haitar yang juga dilanjtkan peusijuek (menepung tawari) wali. Kemudian, lima bagian gedung yang sudah rampung di dalam kompleks itu diserahkan Kepala Dinas Cipta Karya Aceh, Ir Zulkifli kepada Sekretariat Wali Nanggroe.
Begitu pun, ada satu bangunan lagi yang belum diserahterimakan, yaitu gedung Sekretariat Wali Nanggroe karena sedang dibangun. Gedung Sekretariat Wali Nanggroe itu dibangun di bekas bangunan Islamic Center yang penggunaan bangunannya sudah dialihkan untuk Kantor Katibul Wali atau Kantor Sekretariat Wali Nanggroe. Target rampung Kantor Katibul Wali itu pada 2017.
Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah saat peresmian tersebut, antara lain mengatakan wali akan segera bisa menempati gedung itu setelah nantinya semua perabotan istana tersebut disiapkan. Menurut gubernur, wali akan menjalankan tugasnya sesuai Pasal 3 Qanun Nomor 9 tahun 2013 tentang Tujuan Pembentukan Lembaga Wali Nanggroe.
“Tugas wali, mempersatukan rakyat Aceh, meninggikan dinul Islam, mewujudkan kemakmuran rakyat, menegakkan keadilan, menjaga perdamaian, kehormatan, adat istiadat, tradisi sejarah, dan tamadun Aceh, serta mewujudkan Pemerintah Aceh sejahtera dan bermartabat,” sebut Gubernur.
Acara seremonial ini diakhiri makan siang bersama dan makan apam Aceh yang dibuat puluhan ibu-ibu. Mereka diundang ke istana tersebut untuk membuat apam khas Pidie itu menggunakan cetakan kuali kecil terbuat dari tanah liat.
Masih dalam sambutannya saat peresmian Istana Wali, kepada Sekretariat atau Katibul Wali, gubernur berpesan agar bangunan yang sudah diserahkan itu untuk dipelihara, sekaligus merapikan bagian bangunan yang belum rapi dikerjakan kontraktor. Adapun anggarannya bisa diusul kembali dengan harga yang rasional dan tidak digelembungkan.
Menurut Gubernur, hasil tinjauan mereka, pembangunan itu ada yang tidak sempurna, seperti dinding dan tiang musalla. Pengerjaannya ia nilai sangat kasar. Dinding atas musalla meski sudah dicat, masih kelihatan plasteran kasar atau tidak rapi. Penyambungan dindin beton dan tiang betonnya kelihatan jelas dan patah.
Bagian tiang dindingnya juga ada yang sudah bolong, belum diperbaiki, termasuk atap dan plafon musalla bocor. Hal ini bisa dilihat dari bekas tetesan air yang mengalir dari atap ke lantai keramiknya.
Peresmian Istana Wali yang dibangun 2010-2015 ini diawali penyambutan secara adat Aceh kedatangan Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al Haitar yang juga dilanjtkan peusijuek (menepung tawari) wali. Kemudian, lima bagian gedung yang sudah rampung di dalam kompleks itu diserahkan Kepala Dinas Cipta Karya Aceh, Ir Zulkifli kepada Sekretariat Wali Nanggroe.
Begitu pun, ada satu bangunan lagi yang belum diserahterimakan, yaitu gedung Sekretariat Wali Nanggroe karena sedang dibangun. Gedung Sekretariat Wali Nanggroe itu dibangun di bekas bangunan Islamic Center yang penggunaan bangunannya sudah dialihkan untuk Kantor Katibul Wali atau Kantor Sekretariat Wali Nanggroe. Target rampung Kantor Katibul Wali itu pada 2017.
Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah saat peresmian tersebut, antara lain mengatakan wali akan segera bisa menempati gedung itu setelah nantinya semua perabotan istana tersebut disiapkan. Menurut gubernur, wali akan menjalankan tugasnya sesuai Pasal 3 Qanun Nomor 9 tahun 2013 tentang Tujuan Pembentukan Lembaga Wali Nanggroe.
“Tugas wali, mempersatukan rakyat Aceh, meninggikan dinul Islam, mewujudkan kemakmuran rakyat, menegakkan keadilan, menjaga perdamaian, kehormatan, adat istiadat, tradisi sejarah, dan tamadun Aceh, serta mewujudkan Pemerintah Aceh sejahtera dan bermartabat,” sebut Gubernur.
Acara seremonial ini diakhiri makan siang bersama dan makan apam Aceh yang dibuat puluhan ibu-ibu. Mereka diundang ke istana tersebut untuk membuat apam khas Pidie itu menggunakan cetakan kuali kecil terbuat dari tanah liat.
Masih dalam sambutannya saat peresmian Istana Wali, kepada Sekretariat atau Katibul Wali, gubernur berpesan agar bangunan yang sudah diserahkan itu untuk dipelihara, sekaligus merapikan bagian bangunan yang belum rapi dikerjakan kontraktor. Adapun anggarannya bisa diusul kembali dengan harga yang rasional dan tidak digelembungkan.
Menurut Gubernur, hasil tinjauan mereka, pembangunan itu ada yang tidak sempurna, seperti dinding dan tiang musalla. Pengerjaannya ia nilai sangat kasar. Dinding atas musalla meski sudah dicat, masih kelihatan plasteran kasar atau tidak rapi. Penyambungan dindin beton dan tiang betonnya kelihatan jelas dan patah.
Bagian tiang dindingnya juga ada yang sudah bolong, belum diperbaiki, termasuk atap dan plafon musalla bocor. Hal ini bisa dilihat dari bekas tetesan air yang mengalir dari atap ke lantai keramiknya.
Komentar
Posting Komentar