MAKALAH TARIKH ISLAM TENTANG PERKEMBANGAN EKONOMI SOSIAL PADA MASA DAULAT ABBASIYAH
PERKEMBANGAN EKONOMI SOSIAL PADA MASA DAULAT ABBASIYAH
a. Perdagangan
Perniagaan tetap menjadi perhatian yang besar, baik dari penguasa Umawiyah maupun Abbasiyah lebih menggondol bangsa Arab dalam memegang sentral kekuatan ekonomi negara, termasuk dalam perdagangan.
Sementara pemerintah Abbasiyah lebih egaliter dan equal sifatnya, sehingga golongan muslim manapun bisa ikut andil dalam memegang kendali perdagangan, tanpa mengalami kesulitan dalam hal birokrasi tetapi bagaimanapun satu hal yang patut dibanggakan pada kekuasaan dinasti Abbasiyah Penyebaran yang efektif dari agama Islam bukanlah akibat perlakuan atau espansi militer kewilayahan-kewilayahan tertentu, melainkan melalui kegiatan secara damai oleh pihak-pihak saudagar muslim dan oleh misi-misi golongan sampai di sisi lain. Orang tertarik memeluk agama Islam berkat suri tauladan yang mereka perlihatkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sumur-sumur dan terminal tempat peristirahatan para kapilah dagang yang Menempuh rute daratan, kian diperbanyak jumlahnya, demikian juga menara-menara pengontrol. Bagi yang menggunakan rute laut penguasa Abbasiyah menambah jumlah armada lautnya. Kecuali untuk pengamanan pelabuhan-pelabuhan dagang juga untuk mengawal dan mengamankan kapal-kapal yang mengarungi lautan dari gangguan para perampok. Perhatian ini sangat memberi pengaruh besar bagi perkembangan perniagaan muslim yang berskala lokal maupun Internasional. Tidak heran jika masyarakat Eropa pada saat itu menjuluki para pedagang muslim dengan “raja-raja dari timur”
Dari Baghdad dan pusat-pusat perdagangan Islam lainnya para pedagang muslim mengirim barang-barang melalui samudera ke timur jauh. Eropa dan Afrika, seperti hasil-hasil industri perhiasan, kaca logam, Mutiara dan rempah-rempah. Mata uang arab (Daulah Abbasiyah) yang beberapa dasa warsa terakhir ini ditemukan para arkeologi di daerah utara sampai Rusia, Finlandia, Jerman dan Swedia, membuktikan bahwa kegiatan kaum muslimin dari zaman ini dan zaman berikutnya meliputi seluruh dunia.
b. Rute Dan Pusat Penting Perdagangan
Luas wilayah kerajaan yang tingginya tingkat peradaban yang dicapai baik dalam bidang industri maupun pertanian memaksa diadakan suatu perdagangan Internasional yang lebih luas. Berikut rute-rute penting yang dilalui para saudagar pada kegiatan niaga pada masa dinasti Abbasiyah.
1. Dari barat ke timur via Mesir, memakai rute ini Kebanyakan para pedagang Yahudi yang menjadi mitra usaha saudagar muslim dan Irak. Di istahan mereka mempunyai perkampungan dagang yang disebut Havi Yahudi (lorong Yahudi)
2. Dari Eropa ke Timur Via Antiokh terus ke Baghdad melalui sungai efrat, kemudian teluk Persi, Yaman, India dan China
3. Dari utara Rusia ke timur melalui laut Kaspia kemudian ke Marx, Balk, Bukhara, Samarkhand, Transoxiana, dan China
4. Jalur darat dari Eropa ke timur dimulai dari Andalusia, melalui Jabal Tarik ke Maroko, Tunisia, Mesir, Damaskus, Irak (Baghdad, Basrah, dan Kuffah) lalu ke Iran, Kirman, India dan berakhir di China. Para saudagar muslim yang berniaga lewat jalur ini sekarang disebut silk road (jalur sutra). Disebut demikian karena salah satu barang dagangan yang diangkut berupa sutra.
5. Jalur laut dan Teluk Persi, Gujarat, Selat Malaka, Jawa, Laut China ke Kanton (China)
Sebuah karya maha penting tentang rute-rute dan pusat perdagangan dan pemerintahan ditulis pada masa ini (abad ke 3 H/ 9 masehi) oleh seorang ahli geografi Abu Al–Qosim bin Khurdadhbeh dari Persia dalam buku yang dinamakannya Al-Musalik wa al Mamalik, berikut pusat-pusat penting perdagangan pada masa dinasti Abbasiyah.
1. Antiokh yang terletak di pesisir timur laut tengah pelabuhan yang diperlebar pada masa khalifah mu’tasim ini merupakan pusat perdagangan Syam yang menjadi transit (perhentian) para saudagar timur dan barat.
2. Pelabuhan Iskandaria dan varma, juga menjadi penghubung antara pedagang yang dagang dari Eropa dan laut merah.
3. Ailot, Qolzam, dan Jeddah, adalah pusat-pusat perdagangan laut merah, Jeddah bahkan setiap tahun menjadi terminal jamaah haji yang datang dari pelosok dunia.
4. Aden pintu gerbang kapal-kapal yang akan memasuki laut merah
5. Basrah pintu gerbang kota Baghdad dan muara sungai Tigris didatangi oleh pedagang dari timur dan barat
6. Baghdad merupakan kota dagang terbesar di Asia, sebagaimana Iskandaria sebagai pusat perdagangan di Afrika, kesemarakan kota ini tidak saja disebabkan kedudukannya sebagai ibu kota daulat Abbasiyah dan pusat pertemuan jalur-jalur niaga dari seluruh penjuru.
7. Damaskus menjadi kota dagang penting karena dilewati oleh kapilah-kapilah jamaah haji yang berangkat dan pulang dari Mekkah.
8. Tushat, kota dagang Mesir di zaman dinasti Fatimah, merupakan kota terbersih dan aman tentram
9. Tes (Maroko) dan lain-lain
Satu kebiasaan bangsa Arab sebelum Islam dan diteruskan kaum muslim, yakni dilangsungkannya pekan-pekan dagang dan bazaar raya pada waktu-waktu tertentu do kota-kota penting perdagangan.
c. Pertanian
Kegiatan perdagangan tidak mungkin mencapai kepesatan yang luar biasa jika tidak ditopang oleh kegiatan pertanian dan Perindustrian yang mapan. Hal ini yang sangat menjadi perhatian para penguasa dinasti Abbasiyah. Pada masa Abbasiyah lah bidang pertanian mengalami perkembangan pesat, karena di samping ibu kota terletak di daerah sangat subur (diapit oleh sungai Efrat dan Tigris), para penguasa memberi kekebasan kepada penduduk setempat untuk mengolah lahan pertanian mereka, tanpa tekanan-tekanan yang bersifat diskriminatif (membeda-bedakan)
Sekolah-sekolah pertanian dibuka untuk menganalisis sifat-sifat tanah dan tanaman yang cocok untuk ditanam di atas jenis tanah dan iklim yang beraneka, sebuah karya penting tentang ilmu pengolahan tanah dan tanaman ditulis di Irak oleh seorang insinyur, Ibn Washiyyah dalam buku yang dinamakan kitab Al-Filalah al Nabatiyyah (291 H/904 M) yang isinya merupakan hasil riset dan perpaduan antara ilmu tradisional dengan ajaran-ajaran yang termaktub dalam filsafat-filsafat kuno. Wilayah Spanyol yang sangat subur tidak disia-siakan kaum muslimin. Gandum merupakan makanan pokok hampir seluruh kaum muslimin saat itu diperkebunan sayur-mayur, tumbuhan polong dan beraneka ragam makanan rambat serta rempah-rempah melimpah ruah. Di wilayah-wilayah selain sayuran, kaum muslimin menanam seluruh jenis buah-buahan yang terdapat di Mediterania, sementara di daerah pinggiran gurun, ditanami pohon kurma yang menjadi makanan pokok penduduk miskin saat itu.
Pertanian merupakan sumber terpenting kerajaan Abbasiyah dan petani merupakan mayoritas penduduk yang mendiami seluruh wilayah kekuasaan di antara mereka yang hanya menjadi buruh tani, praktek pengolahan tanah pertanian tidak jauh berbeda dengan praktek masa khulafaur rasyidin.
d. Industri
Di bidang industri terdapat pemisah antara sektor pemerintah dan swasta, tetapi bagaimana bebasnya pihak swasta bergerak dalam suatu industri kerajinan tangan misalnya ia Tetap di bawah aturan dan pengawasan negara. Hampir seluruh Perindustrian yang berskala besar ditangani oleh negara, seperti pabrik senjata, galangan kapal laut, armada perdagangan pabrik kertas dan pabrik barang-barang lux lainnya. Termasuk brukat emas untuk pakaian para khalifah dan hadiah raja-raja. Demikian juga percetakan mata uang emas dan perak.
Kerajinan tangan yang di tangani oleh pihak swasta sangat banyak dan bervariasi. Secara umum para produsen bertindak pula sebagai penjual barang-barang yang diproduksinya. Bahkan, mereka yang bergerak di bidang tekstil, terhimpun dalam sebuah unit koperasi yang disebut bazzaz (produsen dan penjual kain) yang pekerjanya penenun, pemintal dan binatu, kekuatan mereka yang begitu besar dan sangat dominan, terutama di kota-kota besar, melahirkan kelompok baru dalam masyarakat, aristokrat kaum pedagang.
Beberapa bidang industri dan kerajinan rakyat yang terkenal pada masa ini antara lain.
1. Industri gelas dan tembikar
2. Industri tekstil dan tenun terdapat di Myat, Kabul, Transoxiana, Maroko Andalus, Merx dan Mesir mosul sejak awal terkenal dengan pembuatan permadani yang khas, sedangkan kain kepala dari sutra yang hingga kini dikenal dengan sebutan kufiah, Damaskus terkenal dengan pembuatan kain Dumas yang disulami dengan benang emas dan kain-kain tirai yang dibuat dari pintalan sutra.
3. Kertas telah lama dikenal orang di Cina. Ketika Samarkhand ditaklukkan kaum muslimin (704 M), di kota ini terdapat pabrik kertas tulis yang diproduksinya sangat halus dan bagus, pada akhir ke 8 M. Baghdad telah memiliki pabrik kertas tersendiri. Dari kaum muslimin di Spanyol bangsa Eropa mengenal kertas abad ke 12 dan 13 M.
4. Industri pertimbangan, penggalian perak, kuningan, timah, dan besi terdapat di daerah Afrika dan Andalus.
5. Penggilingan gula tebu menyebar di sebelah barat daya Persia, Basrah, dan Tusthat, begitu juga pengolahan minyak jaitun yang menjadi pelezat makanan terdapat di Andalus Maroko dan Mesir.
6. Selain jenis industri yang tercantum di muka dinasti Abbasiyah menggalakan industri pembuatan lilin, sabun kerajinan kulit, galangan kapal perang dan lain-lain.
e. Penggunaan Mata Uang (Sikka)
Sejak masa Rasulullah, mata uang telah digunakan kaum muslimin sebagai salah satu bentuk pembayaran pajak, tetapi mereka masih menggunakan mata uang romawi dan Persia, dinar dan dirham, Umar bin Khatab ketika menjabat khalifah mulai mencetak uang yang berciri khas Islam tetapi bentuknya masih seperti mata uang Kisra (Persia). Di dalam koin tersebut hanya ditambah lafadz Alhamdulillah, bahkan tercantum namanya sendiri Umar di Mekkah. Abdullah bin Zubair mencetak uang sendiri uang dirham bulat dengan lafadz Abdullah Muhammad Rasulullah dan Amarallah biladli wal wafa.
Barulah pada masa dinasti Abbasiyah tepat pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-96) dicetak pada masa daulat Islam. Mata uang dicetak dengan bahan perak (disebut dirham) dan bahan emas (dinar) bertuliskan la ilaha illahau wahdah la syarikalah, atau surat al-ikhlas dan ayat-ayat tertentu dari al-Qur'an. Di sisi lain tertulis tempat dan tahun percetakan.
Mata uang Islam segera disebarkan ke wilayah–wilayah Islam diberbagai pelosok. Sejak itu mata uang Persia atau romawi tidak lagi dipergunakan, khalifah Abdul Malik sangat ketat dalam penggunaan mata uang, ia mengancam dengan hukuman mati bagi seseorang muslim yang tidak menggunakan mata uang Islam sebagai sarana jual beli
f. Kehidupan Sosial
Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa persamaan. Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan mengadopsi sistim Administrasi dari tradisi setempat (Persia) mengambil beberapa pegawai dan Menteri dari bangsa Persia dan meletakan ibu kota kerajaannya, Baghdad di wilayah yang dikelilingi oleh bangsa dan agama yang berlainan seperti bangsa Aria dan Sumit dan agama Islam, Kristen, dan Majusi.
Pembagian kelas dalam masyarakat Daulat Abbasiyah tidak lagi berdasarkan ras atau kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan seseorang seperti menurut jarzid Zaidan, masyarakat Abbasiyah terbagi dalam 2 kelompok besar, kelas khusus dan kelas umum. Kelas khusus terdiri dari khalifah, keluarga khalifah (Bani Hasyim) para pembesar negara (Menteri, gubernur dan panglima). Kaum bangsawan non Bani Hasyim (Quraisy) pada umumnya. Dan pra petugas khusus, tentara dan pembantu Istana. Sedangkan kelas umum terdiri dari para seniman, ulama, pujangga fukoha, saudagar dan penguasa buruh dan petani.
KESIMPULAN
1. Untuk memajukan usaha perdagangan nasional maupun Internasional, para khalifah Menempuh beberapa usaha antara lain: memperbanyak jumlah sumur-sumur dan tempat peristirahatan para khalifah dagang yang Menempuh rute daratan dan kemudian mendirikan menara-menara, pengontrol armada laut dan membentuk pasukan pengamanan untuk kebutuhan perdagangan jalur laut.
2. Para saudagar, terutama yang berniaga melalui jalur darat dan Asia barat dan tengah hingga ke daratan Cina dan India sangat besar jasanya dalam menyebarkan agama Islam di wilayah-wilayah yang dikunjunginya.
3. Kepemilikan tanah pada masa Abbasiyah umumnya terbagi ke dalam tanah milik kaum muslim tanah wakaf beberapa model praktek pengolahan tanah antara lain muzara’ah dan mugharasah.
4. Perindustrian terbagi ke dalam sektor industri yang ditangani dan yang oleh pihak negara dan pihak swasta
5. Pendapatan kas negara bersumber antara lain dari zakat jizyah, gharimah usy’r kharaj dan pajak perdagangan. Pendapatan antara lain dibelanjakan untuk haji pegawai negara, tentara, pembangunan pertanian dan industri perlengkapan senjata perang, ongkos para tahanan, dan hadiah-hadiah bagi orang yang dikehendaki para khalifah.
6. Pada masa dinasti Abbasiyah, suasana kehidupan bermasyarakat lebih berdasarkan persamaan
Komentar
Posting Komentar