PENGEMBANGAN ISLAM KE AFRIKA
Oleh: Muhammad Aminullah
Kosenterasi Ilmu Dakwah
Pembimbing: Prof. Drs. Yusny Saby, MA, Ph.D
Pengembangan Islam ke Afrika terjadi pada tahun 640 M, dibawah komando `Amr bin `Ash. Para pasukan tentara Arab menyerbu Mesir yang didominasi pasukan Byzantium. Selama tiga tahun terjadi peperangan sehingga pasukan Byzantium berkependudukan di wilayah Kristen jatuh ketangan kaum Muslim. Pada dasarnya pasukan muslimin menerima respon dari penduduk Kristen Mesir untuk menyerbu pasukan Byzantium, karena penduduk Kristen sangat benci atas pemerintahan Byzantium. Historis permusuhan mereka disebabkan ada komplik theologis antara Kristen dengan penganut Gereja Orthodoks. Sangat berat penyiksaan terhadap kaum Kristen oleh penganut Gereja Orthodoks dibawah pimpinan pasukan Byzantium. Penduduk Kristen menyepakati untuk meminta suaka politik terhadap masyarakat muslim. Pasukan muslim pun siap membantunya sehingga mereka kalah.
Pada awal masa pemerintahan Islam di daerah tersebut, orang-orang Copti telah menikmati perlakuan bijak dan toleransi yang baik dengan masyarakat Islam, bahkan `Amr bin `Ash memberi jaminan hak kepada mereka secara otonom. Perlakuan baik yang dibangun oleh orang Islam, sangat banyak penduduk Kristen yang masuk Islam. Sementara di ibukota Alexandria masih ditangan musuh, namun banyak masyarakat yang lari ke wilayah Mesir yang telah dikuasai masyarakat muslim untuk masuk Islam.
Penduduk Kristen yang tinggal di wilayah Islam harus membayar jizyah, pada awalnya jumlah yang membayar sangat banyak namun lama kelamaan merosot, disebabkan banyak yang masuk Islam. Dari pasukan Islam sendiri ada yang mengusulkan “walaupun telah masuk Islam, tetap pajaknya diambil”. Tetapi kekhalifahan Umar II (717-720) menolak saran tersebut. Beliau beralasan bahwa Allah mengutuskan Nabi Muhammad untuk mengajak manusia kepada kebenaran bukan sebagai pemungut pajak.
Pada masa khalifah-khalifah berikutnya ada juga yang menetapkan wajib bayar pajak walaupun telah masuk Islam. Kendati demikian tidak berjalan lancar karena menyesuaikan dengan keuangan Negara. Ketika masa kekhalifahan Hafs bin Al-Walid dan Al-Saffah, mereka menjanjikan semua yang masuk Islam tidak dikenakan lagi jizyah. Sebaliknya pada masa awal kekhalifahan dinasti Abbasiyah mengaluarkan peraturan bahwa yang tidak masuk Islam dan shalat sebagaimana yang telah dilakukan wajib bayar jizyah.
Peraturan tersebut sangat banyak orang Kristen yang tertekan hidupnya sehingga sebahagiannya dengan keterpaksaan harus masuk Islam. Dapat dinilai bahwa penyebaran Islam ke Mesir bukan secara da’wah, namun cukup dengan membuat peraturan kenegaraan saja. Ada juga faktor lain menyebabkan kurang mampunya agama Kristen bertahan sehingga masuk Islam, hal ini bukan dengan usaha da’wahnya orang muslim, tetapi keinginan sendiri. Bahkan di dalam Gereja pun banyak gerakan-gerakan yang dekat pemikirannya kepada Islam. Gerakan inipun juga salah satu faktor dalam mempercepat masuk Islam, sebagaimana yang terjadi pada abad ke 12 M.
Pada tahun 1169-1193 M, umat Kristen di Mesir sangat menikmati kebebasan dan toleransi beragama, bahkan pajaknyapun dihapuskan, mereka juga dibolehkan bekerja di kantor-kantor orang Islam selama dibawah kepemimpinan Salahuddin. Pada abad ke 15 M, kerajaan Kristen Nubia runtuh, diduga ada beberapa faktor yaitu perpecahan intern, adanya serangan-serangan bangsa Arab dan Negro di perbatasan dan berdirinya kerajaan Funj yang sangat kuat. Tetapi kemajuan Islam di Negara itu dipercepat oleh adanya faktor peranan para pedagang muslim. Peralihan bangsa Nubia masuk Islam sangat lambat dan bertahab, karena tidak ada suatu gerakan pembaharuan dan putusnya kontak mereka dengan dunia Kristen di luar negri, maka wajarlah bila mereka berusaha mencari penyaluran aspirasi spiritual mereka didalam agama Islam.
Pada tahun 1300 M, pasukan muslim memasuki wilayah pantai Abyssinia yang dipimpin oleh seorang mubaliq bernama Abu Abdullah Muhammad. Mengajak penduduk di daerah tersebut untuk masuk Islam. Mereka berhasil mengislamkan sekitar 200.000 orang lebih. Namun sebagian masyarakat Kristen yang masih dibawah kekuasaan Raja Saifa Ar’ad mempertegaskan siapapun yang masuk Islam akan dibunuh atau dibuang kelaut. Tidak lama kemudian masyarakat Kristen terjadi perang saudara dan banyak yang meminta bantuan pada masyarakat muslim. Pada waktu tersebut banyak orang Kristen lebih senang berdamai dengan penduduk Islam walaupun harus membayar upeti.
Pengembangan Islam ke Afrika sebenarnya permohonan dari pihak Kristen sendiri yang menginginkan hidup lebih damai dan tentram. Keberhasilan penyebaran pun sangat sedikit dilakukan dengan da’wahnya, namun mereka lebih banyak sadar untuk beriman dengan keiklasan sendiri.
Komentar
Posting Komentar