HIJRAH NABI DAN PERKEMBANGAN DAKWAH

HIJRAH NABI DAN PERKEMBANGAN DAKWAH
Oleh: Muhammad Aminullah
Kosenterasi Ilmu Dakwah
Pembimbing: Prof. Drs. Yusny Saby, MA, Ph.D

Nabi Muhammad pada tahun pertama kenabian adalah menerima kewajiban sebagai seorang juru da’wah, pembawa risalah agama baru bagi manusia. Studi pendiri Islam dan peletak dasar da’wah Islam dapat memberi gambaran tentang hakikat dan watak dari pada da’wah Islam. Keberhasilan da’wah pertama adalah masuknya Islam Khadijah, melalui Khadijah Allah menenangkan hati beliau, menguatkan pendirian beliau dan memudahkan segala urusan yang selama dihadapi oleh Nabi dalam mengembangkan da’wah Islam. 
Kemudian masuk Islam Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Harisah serta sahabatnya Abu Bakar. Selama tiga tahun berda’wah hanya berhasil membentuk kelompok kecil. Tatkala berda’wah didepan umum masyarakat tertawa dan mengejek serta menghinanya. Umat yang mengikuti Nabi disiksa, diancam bahkan dibunuh.
Pada tahun keempat dari kenabian, Nabi tinggal dirumah al-Arqam yang berada ditengah-tengah kota Mekah. Banyak jamaah haji yang mengunjungi tempat ini, maka inilah kesempatan yang sangat baik bagi Nabi untuk berda’wahnya. Namun Abu Lahab sebagai penghalang besar dalam da’wahnya. Sehingga masyarakat Mekah membaikot Nabi. 
Pada tahun kelima kerasulan, Nabi tidak tahan lagi atas kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah, sehingga mendorong untuk mengungsikan Nabi dan sahabat-sahabat keluar kota Mekah. Mereka menetab di Habsyah (Ethiopia), karena Raja Negus (Najasyi) adalah seorang raja yang adil. Rombongan Nabi yang pertama sejumlah 10 orang pria dan 4 orang wanita. Kemudian menyusul rombongan kedua hampir 100 orang yang dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Kaum musyrikin Quraisy menempuh cara lain untuk menganianya Nabi yaitu membaikot hubungan dengan Bani Hasyim secara keseluruhan. Persetujuan tersebut dibuat dalam bentuk piagam yang ditanda tangani bersama, disimpan di dalam Ka’bah. Akibat baikot tersebut Bani Hasyim menderita kelaparan luar biasa. Kejadian ini terjadi pada tahun ketujuh kenabian, sehingga bertahan selama tiga tahun.
Pembeikotan itu terhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari perbuatan itu sangat keterlaluan. Maka baikot tersebut dicabut, sehingga umat Islam bisa menarik nafas yang lega. Mereka pulang ke Mekah pada tahun ke sepuluh kenabian. Namun pada saat itu Khadijah dan Abu Thalib menutup usianya, sangat besar kesedihan dan cobaan yang dilalui oleh Nabi.
Pada tahun itu pula kafir Quraisy tidak segan-segan melampiaskan marahnya terhadap Nabi. Nabi melihat penduduk Mekah demikian rupa, maka beliau hijrah ke Thaif sendirinya. Nabi hijrah ke Thaif untuk mencari pengikutnya. Nabi mengharapkan perlindungan dari musuh-musuh Mekah sambil berda’wah di Thaif. Tanggapan masyarakat Thaif menimbulkan tertawa dan cemoohan dan tanpa kenal kasih dan mengusir dengan melempari batu.
Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra` dan memi’rajkan beliau pada tahun tersebut. Setelah peristiwa Isra` dan Mi’raj kemajuan da’wah sangat berkembang. Penduduk Yatsrib hijrah ke Mekah yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj masuk Islam, kedatangannya dalam tiga golongan.
Golongan pertama pada tahun kesepuluh kenabian, mereka berkata “bangsa kami telah lama saling bermusuhan, kami sangat merindukan perdamaian. Hanyalah ajaran engkau yang dapat mempersatukan kami”. Kemudian mereka pulang serta menda’wahkan kepada masyarakatnya tentang agama Islam.
Golongan kedua datang pada tahun kedua belas kenabian. Meraka datang terdiri dari 10 orang suku Khazraj dan 2 orang dari suku ‘Aus serta seorang wanita. Mereka menemui Nabi disuatu tempat yang bernama Aqabah. Disinilah mereka berikrar setia untuk beriman kepada Allah dan Nabi serta menda’wahkan agamanya. Perjanjian ini disebut bai’ah aqabah pertama. Pada musim haji berikutnya mereka datang dengan jumlah 73 orang, meminta Nabi hijrah ke Yatsrib. Mereka berjanji membela atas segala ancaman, maka nabi menyetujuianya. Perjanjian ini disebut bai’ah aqabah kedua. 
Kaum musyrikin Quraisy sangat besar kemarahannya terhadap berita bahwa Nabi ada perjanjian dengan masyarakat Yatsrib. Hal ini Nabi segera memerintahkan semua kaum muslimin Mekah untuk hijrah ke Yatsrib. Menghabiskan waktu selama dua bulan, mereka berjumlah 150 orang telah meninggalkan kota Mekah. Hanya tinggal Nabi Ali bin Abu Thalib dan Abu Bakar di Mekah. Kemudian pada tahun ketiga belas kenabian, Abu Bakar bersama Nabi hijrah ke Yatsrib. 
Penduduk yatsrib sangat gembira dengan kedatangan Nabi. Sebagai penghormatan mereka menggantikan nama Yatsrib menjadi Madinatunnabi, atau sering disebut Madinatul Munawwarah. Setelah kedatangan Nabi di Madinah, Nabi resmi menjadi pemimpin penduduknya. Perkembengan Islam sangan berkembang, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan yaitu kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Keberhasilan da’wah sangat besar, dari Madinahlah berkembang Islam kedaerah-daerah lain. Nabi hidup di Madinah hanya sepuluh tahun, kemudian beliau wafat. Da’wahnya pun seterusnya dikembangkan oleh para khalifah-khalifah berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah TSUNAMI ACEH 2004

Makalah Tentang Permainan Tradisional "Bola Bekel"

MAKALAH KHALAF: AHLUSSUNNAH (AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI)