Makalah Latar Belakang Nabi Musa
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Nabi Musa A.S. adalah
seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il yang pada ketika itu
dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron
bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub adalah beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa
Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam
perjalanan hidup Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang
telah diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang nabi
diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi Khidhir. Di
sini juga diceritakan tentang perlibatan beberapa orang nabi yang lain di
antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud.
Catatan :
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mertua Nabi Musa. Sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab.
B.
Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Menyajikan
riwayat-riyawat penting seputar perjalanan hidup Nabi Musa AS.
2. Menjelaskan arti penting
penyampaian kebenaran yang ditujukan kepada sang Penguasa yang menyimpang dari
kebenaran.
3. Memberikan pemahaman
kepada pembaca akan pentingnya juhud (hidup sederhana).
4. Mengajarkan kepada kita
perjuangan hidup dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
C.
Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini, disajikan beberapa gambaran umum tentang
kisah Nabi Musa AS, antara lain :
1. Kelahiran Nabi Musa AS
dan Pengasuhnya
2. Nabi Musa AS keluar dari
Mesir
3. Nabi Musa AS Bertemu
Jodoh di Kota Madyan
4. Nabi Musa AS Pulang ke
Mesir dan Menerima Wahyu
5.
Musa diperintahkan berdakwah kepada
Fir’aun
6. Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
7. Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada Fir'aun
8. Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
9. Bani Isra'il keluar dari Mesir
10. Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
11. Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
12. Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang
memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah seorang raja yang
zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia memerintah negaranya dengan
kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya.
Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta
benda mereka, terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan
bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka merasa tidak
tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam rumah mereka
sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang
hamba raja dan berdebar hati mereka karena ketakutan bila kedengaran suara
pegawai-pegawai kerajaan lalu di sekitar rumah mereka, apalagi bunyi kasut mereka
sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang
mabuk kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan dalam kenikmatan dan
kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan
yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau telah terkejut oleh
ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap
raja dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki
akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh
kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera
mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam
lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang teliti
sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari
tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan
tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil
menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi
tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan kerajaannya setelah mendengar
para anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan
tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia tidak mengetahui
bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah
difirman "Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan
"Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan
kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali
tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya
yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan
ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam
istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi,
dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga
mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul
menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron
bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut
rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang akan memberi pertolongan kepadanya
melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah
bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar
dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar
biasa dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui
oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia
merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh
orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi
itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan
bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi
yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan
kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai
tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan cemas
dan khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi ilham kepadanya agar
menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian
membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad
tidak boleh bersedih dan cemas ke atas keselamatan bayinya karena Allah
menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya
sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal
kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi, mak dilepaskannya
peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat dan dicat dengan warna hitam,
terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk
mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan
ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi
perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati
kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh
puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa
dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya,
isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang
nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir
saja membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan
menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika
diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di dalam
peti yang terapung di atas permukaan sungai Nil, segera memerintahkan membunuh
bayi itu seraya berkata kepada isterinya: "Aku khuatir bahwa inilah bayi
yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan
membinasakan kerajaan kami y besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang
sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis
itu, berkata kepada suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini
dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak,
kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik
kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu". Demikianlah
jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya
takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh
Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat wahyu-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah
diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti air dan pohon {Mu=air
, Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah
kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi
setiap inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan
menyedut dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri
Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian
banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan
seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga
Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa:
"Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin
menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau
bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga itu".
Anjuran kakak Musa
diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa
sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah
air susu ibu kandungnya itu dengan sgt lahapnya. Kemudian diserahkan Musa
kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah
yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa
ia akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa
meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di mana ia di asuh,
dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain. Ia mengenderai
kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian
sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun.
B.
Musa keluar dari Mesir
Sejak ia dikembali ke
istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai slah seorang drp
keluarga kerajaan hingga mencapai usia dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan
dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana. Allah mengurniakannya hikmah dan
pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan
kepadanya. Di samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah
kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan
sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah
Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani
Isra'il tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun.
Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang
tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran
kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa
setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu
peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari
Mesir.
Peristiwa itu terjadi
ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengahari di mana
keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua
berkelahi seorang dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi
dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun. Musa yang mendengar teriakan Samiri
mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih
besar itu, segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang
seketika itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat
Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang tidak disengajakan dn
tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia merasa berdoa dan beristighfar kepada
Allah memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang
nyawa salah seorang drp hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun
menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa
pasti orang-orang Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut
agar pelakunya diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan
keamanan negara di hantarkan ke seluruh pelusuk kota mencari jejak orang yang
telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa shj.
akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa
merasa cemas dan takut dan berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat
perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib
Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahsia
pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebat lagi tanpa disengajakan dalam
suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang
dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun,
juga dalam keadaan berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum
Fir'aun. Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa
menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: "
Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa
Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri berkata:
"Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seorang
kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri
ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera
tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para
penguasa yang memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar
dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan
membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum
Fir'aun.
Selagi orang-orang
Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang lelaki slah satu daripada
sahabatnya datang dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan
agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan
untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru
meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat
pintu-pintu gerbangnya.
C.
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan berdoa kepada
Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang
yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada
pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain cahaya Allah dan tiada bekal
kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya
yang sedih karena meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan
oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani
perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam {tidak berkasut}
sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan yaitu
kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di
selatan Palestina.
Nabi Musa beristirehat
di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya karena
perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah
seorang bekas anggota istana kerajaan yang menjadi seorang pelarian dan buruan.
Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di
tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang, tiada sahabat dan saudara.
Dalam keadaan demikian terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala
berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing,
sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang
menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika para
penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan
melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu dihampirinya dan
ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu
menjawab: "Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami namun
kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami
menunggu sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus
lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak
dapat berdiri, jangan lagi datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah
kata dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus
kemudian dikembalikannya kepada mereka setelah terisi air penuh sedang
sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis
itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mereka tentang pengalamannya
dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu mereka dapat
lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib
itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang
yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua
puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah
seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke
rumah.
Dengan malu-malu
pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang
masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa: "Ya Tuhanku aku
sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit brg makanan
yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah gadis itu
kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke
rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekadar upah atas
jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."
Musa sebagai perantau
yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali orang tanpa
berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang hati. Ia lalu
mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia
menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan mengucapkan terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang
dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya
itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pd dirinya di Mesri
sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan tanah airnya bagi
mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun
terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah
mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas dari pengejaran dari
orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat rahmat Tuhan dan
pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman di rumah
kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan tenang dan tenteram selama
engkau suka."
Dalam pergaulan
sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan
disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum
akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan jasmaninya, perilakunya yang lemah
lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah
menimbulkan idea di dalam hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk
mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada
ayahnya: "wahai ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan
rumahtangga dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur
budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis itu
disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi
pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul
yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta tangan yang ringan suka
bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding
oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik oleh sikapmu yang
manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang
luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang
makin hari makin lanjut, maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu,
mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau
dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta
engkau bekerja sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan
kami dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat
berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua tahun
di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan
yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di negeri orang sebagai
perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima tawaran Syu'aib iut
sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan hidupnya selaku
seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban
penghidupan dengan segala duka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang
berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan
menerimaku sebagai menantu, semuga aku tidak menghampakan harapan pakcik yang
telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat dan
ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak
puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai maskahwin, aku setujui
dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati."
Setelah masa lapan tahun
bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa,
dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah
perkahwinan diberinyalah pasangan penganti baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor
kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai
suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda
terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya,
penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil
serta keuntungan yang berlipat ganda.
D.
Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa
meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri dari buruan kaum
Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama bagi seseorang dpt bertahan menyimpan rasa
rindunya kepada tanah air, tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah
merasakan kebahagiaan hidup di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang
seperti Musa yang mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama
ia berada di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang
megah dan mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya
dan ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa
berserta isterinya mengemaskan barang dan menyediakan kenderaan lalu meminta
diri dari orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum
supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur
Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah yang harus
ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang
nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu lari ke jurusan api
itu seraya berkata kepada isterinya: "Tinggallah kamu disini menantiku.
Aku pergi melihat api yang menyala di atas bukit itu dan segera aku kembali.
Mudah-mudahan aku dapat membawa satu berita kepadamu dari tempat api itu atau
setidak-tidaknya membawa sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang sedang
menggigil kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke
tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan kepadanya datang dari sebatang
pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi
Allah. Suara seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku
ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu
berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah
apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada
Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat akan
Aku."
Itulah wahyu yang
pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda kenabiannya, di
mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan nabi-Nya yang dipilih
Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung dengan allah di atas bukit Thur
Sina itu telah diberi bekal oleh Allah yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat
sebagai persiapan untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada
Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!"
Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih dalam dari apa yang sepintas
lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang sederhana. "Ini
adalah tongkatku, aku bertelekan pdnya dan aku pukul daun dengannya untuk
makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk
keperluan-keperluan lain yang penting bagiku."
Maksud dan erti dari
pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu baru dimegertikan dan diselami oleh
Musa setelah Allah memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas
tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat
sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya:
"Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada
keadaan asal."
Maka begitu ular yang
sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi
tongkat yang ia terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang
kedua, Allah memerintahkan kepada Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya
yang nyata setelah dilakukannya perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang
tanpa cacat atau penyakit.
E.
Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah
berkuasa di Mesir telah lama menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam dan
ganas. Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk
peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam
suasana penindasan, tidak merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang
dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan kepada Bani Isra'il yang
tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja
paksa dan diharuskan membayar berbagai pungutan yang tidak dikenakan terhadap
penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman,
kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun atas
rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang
harus disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya
ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah
mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan
bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu diperintahkanlah Musa oleh Allah
untuk pergi ke Fir'aun sebagai Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah,
menyedarkan dirinya bahwa ia adalah makhluk Allah sebagaimana lain-lain
rakyatnya, yang tidak sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan
bahawa Tuhan yang wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan
Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam
perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan, selalu dibayang
oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh
tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan masih belum hilang dari ingatan para
pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak mengabaikan kemungkinan bahwa mereka akan
melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan
hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka.
Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya
dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang
mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak
dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan
rasa takut akan pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah yang berfirman
maksudnya.
"Pergilah engkau ke
Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala bayangan itu dilempar
jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah
menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenterankan
hatinya berucaplah Musa kepada Allah: "Aku telah membunuh seorang drp
mereka , maka aku khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang
pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam
melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi
orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya
dan lebih cekap daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah."
Allah berkenan
mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang ketika itu
masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama
pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan diiringi firman Allah: "Janganlah
kamu berdua takut dan khuatir akan disiksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kamu
berdua dan Aku mendengar serta melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi
antara kamu dan Fir'aun. Berdakwahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan
bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan
sikap yang lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan
dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
F.
Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Diperolehi kesempatan
oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan
itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang
ingin bertemu dengan raja pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun
dihadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada
mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua ini?"
Musa menjawab:
"Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar engkau
membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan menyerahkan meeka
kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari
seksaanmu."
Fir'aun yang segera
mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah engkau adalah Musa yang telah
kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana sampai
mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang menjadikan
engkau pandai? Dan bukankah engkau yang melakukan pembunuhan terhadap
diriseorang drp golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak
ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada kamu?"
Musa menjawab:
"Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa bayiku, itu bukanlah
suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena jatuhnya aku ke dalam tangan mu
adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah agar
orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu
terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti
yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang
engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu
adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya
merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku.
Sebab dalam perantauanku
setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan aku dengan hikmah
dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka
tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak
engkau dan kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap
Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya:
"Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di
atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya,
yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun:
"Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa menjawab:
"Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan
bumi."
Berkata Fir'aun kepada
para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang berada disekitarnya. Sesungguhnya
Rasul yang diutuskan kepada kamu ini adalah seorang yang gila kemudia ia balik
bertanya kepada Musa dan Harun: "Siapakah Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab:
"Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk
sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya."
Fir'aun bertanya:
"Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak mempercayai
apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan
patung-patung?"
Musa menjawab:
"Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan
azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah karena kecongkakan dan
kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia
menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendak-Nya
yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami
bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak
berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara tegas dan berani
merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya
lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa secara mengancam: "Hai
Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan
ke dalam penjara."
Musa menjawab:
"Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan
kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan
berkata: "Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat
membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tiak berdusta."
G.
Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab tentangan
Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta
meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular
besar yang melata menghala ke Fir'aun. Karena ketakutan melompat lari dari
singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada Musa: " Hai Musa demi
asuhanku kepadamu selama delapan belas tahun panggillah kembali ularmu
itu." Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat
biasa.
Berkata Fir'aun kepada
Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya: "Adakah bukti yang dapat
engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya,
lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya.
Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa
itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada
disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja
yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah begitu saja
menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah
diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia khuatir
akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu semuanya adalah
perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang mahir yang
datang dengan maksud menguasai Mesir dan para penduduknya akan kekuatan dengan
sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh
penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu
dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan
untuk bertanding melawan Musa dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun
yang merasa itu adalah fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk
melumpuhkan kedua mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir.
Anjuran itu lalu
ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima
tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa
berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah ia akan keluar sebagai pemenang
dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuatan sihir yang diilham oleh
syaitan melawan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya
kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan hari pertandingan sihir maka
berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk
menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama kalinya diadakan
di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli sihhir yang terpandai yang
telah dikumpulkan dari seluruh wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat,
tali dan lain-lain alat sihirnya.
Mereka cukup bersemangat
dan akan berusaha sepenuh kepandaian mereka untuk memenangi pertandingan. Mereka
telah memperolhi janji dari Fir'aun akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah
yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu
selesai disiapkan dan masing-masing pembesar negeri sudah mengambil tempatnya
mengelilingi raja Fir'aun yang telah duduk di atas kursi singgahsananya maka
dinyatakanlah pertandingan dimulai. Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan
para lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli
sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mereka ke
tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya bahwa
tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang merayap cepat.
Namun Allah tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya
orang-orang kafir itu. Allah berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu:
"Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang
lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada
ditanganmu segera."
Para ahli-ahli sihir
yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar yang
menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang
terbayangsebagai hasil tipu sihir mereka. Mereka segera menyerah kalah
bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan Musa seraya berkata: "Itu
bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi
sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata
Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah
mereka dn beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan
dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang
congkak dan sombong yang menuntut persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan
segera membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya
begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan beriman kepada
Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi pengikut-pengikutnya. Tindakan
mereka itu dianggapnya sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan
terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta
prestasinya. Ia berkata kepada mereka: "Adakah kamu berani beriman kepada
Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?"
Bukankah ini suatu persekongkolan drp kamu terhadapku?
Musa dpt mengalah kamu
sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu
dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu sandiwarakan di
depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan khianatmu
ini. Akanku potong tangan-tangan dan kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu
semua pada pangkal pohon kurma sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan
khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu
disambut mereka dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena Allah telah
membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh
dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang
menakutkan. Mereka sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dpt
membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mereka
diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya
tidaklah keyakinan itu akan dpt digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka
kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang
nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak
dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan
Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan
apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya
berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah di akhirat yang
kekal dan abadi."
H.
Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
Nabi Musa yang telah
mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya makin meluas pengaruhnya,
sedan Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan
kehormatannya menurun. ia khuatir jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan
akan mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para
penasihat dan pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa
kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar dadanya
dan makin menakutu-nakutinya. Mereka berkata kepadanya: "Apakah engkau
akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni
rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari
apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah engkau sedar bahwa
rakyat kita makin lama makin terpengaruh oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga
lama-kelamaan nescaya kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat
kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah
ini."
Fir'aun menjawab:
"Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku sejak dikalahkannya
ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita membiarkan Musa terus
melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di kalangan pengikut-pengikutnya
yang makin lama makin bertambah jumlahnya, pasti pada akhirnya akan merusakkan
adab hidup masyarakat negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi
kerajaan kita yang megah ini. karenanya aku telah merancang akan bertindak
terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita
sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun
diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan
macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang menurut
anggapan masyarakat, mereka itu adalah rakyat kelas kambing dalam kerajaan
Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin meningkatnya kezaliman dan penindasan yang
mereka terima dari alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada
Nabi Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt
berbuat byk pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia
hanya menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mereka
akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mereka alami.
Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal seraya memohon
kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya karena
Allah telah menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
soleh, sabar dan bertakwa!
Fir'aun bertujuan
melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il
yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak
dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu.
Demikian pula tidak seorang pun drp pengikut-pengikutnya yang terpengaruh
dengan tindakan Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mereka
yang sudah bulat terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang
dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak
tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang
dilhatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka
Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi
pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para
penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk bermesyuarat dan merancang
pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di undang itu terdapat seorang mukmin
dari Keluarga Fir'aun yang merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah
perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh
Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri
mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta
tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu akan membunuh
seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah Tuhannya?
Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil
dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata untuk
menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta,
maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia
adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana
azab yang telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah
yang akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato
orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku harus terlaksana dan Musa
harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang
baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar, jalan yang
akan menyelamatkan kerajaan dan negara."
Berucap orang mukmin
dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya aku khuatir, jika
kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa
oleh para nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan ,
sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat
yang datang sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah
akibat kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki berbuat
kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan
nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir kamu akan menerima
seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan berpaling
kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu itu dari seksa
Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin kebaikan bagimu dan
mengajak kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini
hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang
kekal adalah di akhirat kelak."
Orang mukmin dari
keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan pengikut-pemgikutnya,
walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan kecekapan berpidatonya dan
susunan kata-katanya yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh dari sejarah
umat-umat yang terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena perbuatan dan
pembangkangan mereka sendiri.
Fir'aun dan
pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu, agar
meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka.
Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri
dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan
dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa
secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu
menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt aneh sekali sikap dan
pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu
berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa
yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman kepada Allah,
Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak
dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan
menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia mahupun di akhirat.
Dan sesungguhnya kamu
sekalian akan kembali kepada Allah yang akan memberi pahala syurga bagi
orang-orang yang soleh, bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang
telah melampaui batas akan diberi ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku
perhatikanlah nasihat dan peringatanku ini. Kamu akan menyedari kebenaran
kata-kataku ini kelak bila sudah tidak berguna lagi orang menyesal atau merasa
susah karena perbuatan yang telah dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku
dan nasibku kepada Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat
perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya."
I.
Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani Isra'il yang cukup
menderita akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan
hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu,
pada akhirnya sedar bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk
membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah
mereka datang kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka
dari Mesir.
Kemudian bertolaklah
rombongan kaum Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir
menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki dengan cepat karena takut tertangkap
oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang akhirnya
tibalah mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah setelah selama semalam
suntuk dapat melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut
makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il ketika melihat
laut terbentang di depan mereka sedang dari belakang mereka dikejar oleh
Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir.
Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mereka tertangkap, maka hukuman matilah
yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang
dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami
harus pergi?" Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut berada
di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami
perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab:
"Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami telah diperintahkan
oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan keluar serta
menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim itu."
Pada saat yang kritis
itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan, seraya menanti
tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada
Nabi-Nya dengan perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka
dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung
yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang
sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum
Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mereka sudah
berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat terlihatlah oleh mereka
Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara dua
belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka
seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia
lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar
bertenang menanti Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena
takdir Allah tela mendahului bahwa mereka akan menjadi bala tentera yang
tenggelam.
Berkatalah Fir'aun
kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah
gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi
jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mereka
mengira bahwa mereka akan dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mereka
tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh
manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang
harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya
turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering itu
melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang sudah berada
di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang telah ditakdirkan
terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah
Fir'aun dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan yang membelah itu,
jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang
menggunung itu menutupi jalur jalan yang terbuka di mana Fir'aun dengan
sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il.
Terpendamlah mereka hidup-hidup di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat
hidup Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi
generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir
hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada
di depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku percaya bahwa tiada tuhan
selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah
diri kepada-Nya sebagai salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah
kepada Fir'aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah
engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah
kekuasaan ketuhananmu dpt menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah
engkau sedar dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan
penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang,
merusak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu.
Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi orang-orang
yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi
peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il
pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian Fir'aun. Mereka masih
terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa
sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drp yang lain dan bahwa
dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih
melekat pd fikiran mereka menjadikan mereka tidak mahu percaya bahwa dengan
tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mereka menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun
mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha
menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mereka tentang Fir'aun adalah
suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati
tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang kekuasaan Allah
mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani Isra'il. Dan
setelah melihat dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan
orang-orangnya terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mereka
tentang Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah,
bahwa mayat Fir'aun yang terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang
Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai sekarang, sebagai mana dpt dilihat di
muzium Mesir.
J.
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Dalam perjalanan menuju
Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian utara dari Laut Merah dan
setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang
dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat sekelompok orang-orang yang sedang
menyembah berhala dengan tekunnya. Berkatalah mereka kepada Nabi Musa:
"Wahai Musa, buatlah untuk kamu sebuah tuhan berhala sebagaimana mereka
mempunyai berhala-berhala yang disembah sebagai tuhan." Musa menjawab:
"Sesungguhnya kamu ini adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran
sihat. Persembahan mereka itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan
bathil serta pasti akan dihancurkan oleh Allah.
Patutkah aku mencari
tuhan untuk kamu selain Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan
menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari perhambaannya dan
penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di atas umat-umat yang
lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kamu akan mencari
tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu, Allah pencipta
langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja kamu saksikan
kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala tenteranya untuk
keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan
Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas matahari sgt teriknya dan
sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana orang dpt berteduh di bawahnya.
Atas permohonan Nabi Musa yang didesak oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan
oleh Allah di atas mereka awan yang tebal untuk mereka bernaung dan berteduh di
bawahnya dari panas teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan makanan
dan minuman mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah
menurunkan hidangan makanan "manna" - sejenis makanan yang manis
sebagai madu dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi
firman-Nya: "Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah
turunkan bagimu."
Demikian pula tatkala
pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air untuk minum dan mandi di
tempat yang tandus dan kering itu, Allah mewahyukan kepada Musa agar memukul
batu dengan tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas mata
air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa,
masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil
keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada mereka yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada mereka yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka
yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa: "Mahukah kamu memperoleh sesuatu
yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih baik yang
telah Allah kurniakan kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti
kamu akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan kamu minta."
K.
Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi Musa berjanji
kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia
tidak akan meninggalkan mereka lebih lama dari tiga puluh hari, dalam
perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat dengan Tuhan. Akan tetapi berhubung
dengan adanya perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya
menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan
kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari
lebih lama drp yang telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa
kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mereka.
Mereka menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa
seolah-olah ia telah meninggalkan mereka dalam kegelapan dan dalam keadaan yang
tidak menentu. Mereka merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang
biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mereka.
Keadaan yang tidak puas
dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il itu, digunakan oleh
seprg munafiq, bernama Samiri yang telah berhasil menyusup ke tengah-tengah mereka,
sebagai kesempatan yang baik untuk menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan
akidah para pengikut Nabi Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman
kepada Allah. Samiri yang munafiq itu menghasut mereka dengan kata-kata bahwa
Musa telah tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia
tidak dapat diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar mereka
mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa
hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan akidah pengikut-pengikut Musa yang
memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya segera membuat patung bagi mereka
untuk disembah sebagai tuhan pengganti Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk
anak lembu yang dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan
para wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa sehingga
dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati yang hidup. Maka
diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang
masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh
Nabi Harun yang berkata: "Alangkah bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu
melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu
dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar. Kamu telah menganiaya
diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain Allah."
Teguran Nabi Harun itu
dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu dengan kata-kata:
"Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini sebagai tuhan persembahan
kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami."
Nabi Harun tidak dapat
berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah berbalik menjadi murtad itu,
karena ia khuatir kalau mereka dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi
perpecahan di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat
sehingga dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang
untuk mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia
hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti kedatangan
Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi
Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke
tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat tentang apa yang
telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya. Nabi Musa sgt
marah dan sedih hati tatkala ia tiba di tempat dan melihat kaumnya sedang
berpesta mengelilingi anak patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya.
Dan karena sgt marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya,
kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan. Harun saudaranya dipegang
rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang
engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan
fitnahan Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku
menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau berdaya
melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka dan
mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar
begini?"
Harun berkata menanggapi
teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan rambut
kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha memberi nasihat dan teguran
kepada mereka, namun mereka tidak mengindahkan kata-kataku. Mereka
menganggapkan aku lemah dan mengancam akan membunuhku. Aku khawatir jika aku menggunakan
sikap dan tindakan yang keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara
sesama kita, hal mana akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah
aku dan janganlah membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu
terhadap diriku. Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah mereda rasa
jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya, berkatalah Nabi Musa
kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi biang keladi dari kekacauan dan
kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah yang mendorongmu menghasut dan
menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung
yang engkau buatkan dari emas itu?"
Samiri menjawab:
"Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku telah melihat
kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya
itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang mencair di atas api dan
terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak, mengeluarkan suara sebagaimana
anak lembu biasa.Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada
Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan manusia sebab karena
perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang
terlarang} jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan menderita sakit demam
panas. Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat nerakalah akan menjadi
tempatmu. Dan tuhanmu yang engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan
campakkannya ke dalam laut."
Kemudian berpalinglah
Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah buruknya perbuatan
yang kamu telah kerjakan setelah kepergianku! Apakah engkau hendak mendahului
janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang baik,
berupa kitab suci? Ataukah engkau menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas
dirimu, karena perbuatanmu yang buruk itu dan perlanggaranmu terhadap
perintah-perintah dan ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab:
"Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri,
akan tetapi kami disuruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan
orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang
menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu menjelma menjadi
patung anak lembu yang bersuara, sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami
dan menggoyahkan iman yang sudah tertanam di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mereka:
"Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu
sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka
bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan
mohonlah ampun drpnya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang
benar."
Akhirnya kaum Musa itu
sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah disesatkan oleh syaitan
dan memohon ampun dan rahmat Allah agar selanjutnya melindungi mereka dari
godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat.
Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun
saudaranya setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil
Musa dalam menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada
Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami
berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang."
Setelah suasana yang
meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan mereka berdua
dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan Taurat
yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana asalnya, maka Allah
memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari kaumnya menghadap untuk
meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang
dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk diajak pergi bersama ke Thur
Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas dosa kaumnya. Mereka
diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa, mensucikan diri, pakaian
mereka dan pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama
tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur
Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi
Musa diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka
bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu
percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka
keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar
percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan
Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak akan beriman kepadamu
sebelum kami melihat Allah dengan terang." Dan sebagai jawapan atas
keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah
seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa
mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih
melihat nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan
orang-orang yang terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah
agar diampuni dosa mereka seraya berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah pergi
ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian
aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku. Ampunilah
dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka nikmat hidup yang
Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas keinginan dan permintaan mereka yang
durhaka itu."
Alah memperkenankan doa
Musa dan permohonannya dengan dihidupkan kembali kelompok tujuh puluh orang
itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru sedar dari pengsannya.
Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil janji dari mereka bahwa mereka
akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka
melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.
L.
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak kurang-kurang
kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan
dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah menindas dan memperhambakan mereka
berabad-abad lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah
membinasakan Fir'aun , musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka
berada di tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah
memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna
dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah
mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri untuk
memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat
Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah
sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu
membangkang terhadap perintah Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala
Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke
Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim
untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan
melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah karena mereka harus
menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah
orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan
aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa, bahwa dengan
pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha untuk
dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa
malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan
memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya
menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah terkenal sebagai orang-orang
yang kuat dan perkasa. Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir
orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menanti
hasil perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa
melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak mau berjuang dan memeras
keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya secara
hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak
peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang
menandakan bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik
kepada Allah.
Dalam keadaan marah
setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya yang akan mendampinginya
melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai Musa kepada Allah: "Ya
Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka
pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari nikmat dan
kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi
Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah memasuki Palestin, Allah
mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu
mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai tempat
mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka
semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci
itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lebih dan kurang
begitulah rangkaian singkat kisah Nabi Musa AS. Nabi Musa A.S.
adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Israil yang pada ketika itu
dikuasai oleh Raja Firaun yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron
bin Qahat bin Lawi bin Yaqub adalah beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa
Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri Nabi Syuaib yaitu Shafura.
Sampai
hari ini, kesaksian kaum bani israil bahwa mereka tidak akan pernah hidup dan
menempati suatu ruang di bumi ini adalah suatu kutukan yang Allah SWT timpakan
kepada mereka.
B.
Saran dan Kritik
Semoga kehadiran makalah
ini, dapat memberikan khasanah ilmu bagi para pembaca, khususnya kepada diri
penyusun sendiri. Sekelumit kisah-kisah para nabi lainnya dapat memberikan
pencerahan sebagai modal hidup bagi kita semua.
Komentar
Posting Komentar