Contoh proposal skripsi

          Pemikiran Dakwah K.H. Didin Hafidhuddin Proposal Skripsi IniDiajukan Kepada Jurusan Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Ibn Khaldun Bogor Disusun oleh: Bahrum Subagia Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam, Universitas Ibn Khaldun Bogor 2012-2013 M
                                                          
                                                             BAB 1
    1 PENDAHULUAN 

              A. Latar Belakang Masalah Problematika dan tantangan dakwah dari zaman ke zaman tidak pernah berakhir. Sejak zaman nabi Nuh, kesyirikan telah terjadi pertama kali dilakukan. Masyarakat kaum Nuh menyembah Wadd, Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr.1 Telah terjadi pula kasus homoseksual di jaman Nabi Lut. Hingga, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus Lut untuk mendakwahi kaumnya, namun mereka menolak seruan Nabi Lut. Lantas Allah mengazab mereka dengan hujan batu.2 Di jaman Nabi Muhammad, ada Musailamah bin Tsumamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengatakan bahwa dirinya adalah nabi. Semua itu adalah problematika dakwah dari zaman ke zaman yang terwariskan sampai saat ini. Di zaman sekarang, problematika dan tantangan dalam dakwah pun semakin kompleks. Masalah-masalah yang telah lalu di jaman para nabi, saat ini pun terulang kembali dengan wajah baru, namun hakikatnya sama. Kesyirikan, perzinaan, lesbian, homoseksual, dan kemaksiatan lainnya dibungkus semenarik dan seindah mungkin. Sampai-sampai, banyak orang yang terjerumus ke dalamnya tanpa disadari. Hampir di setiap negara, problematika dan tantangan dakwah itu tentunya berbeda- beda. Di Indonesia, problematika dan tantangan dakwah pun selalu ada. Misbach Malim dan Avid Solihin dalam bukunya Dinamika dan Strategi Dakwah menjelaskan ada dua problematika dakwah yang terjadi di Indonesia. Pertama, problematika itu bersifat klasik dan kedua, problematika itu bersifat kontemporer. Lebih mendalam, mereka menjelaskan bahwa problematika yang bersifat klasik ini telah dilukisan dalam Al-Quran dengan karakteristik manusia yang bersifat “jahiliyah”. Jahiliyah yang dalam konteks Al-Quran tidak identik dengan “kebodohan”, tanpa ilmu atau tidak berpendidikan. Kata “jahiliyah” memiliki arti lebih spesifik lagi ketika di-idhafahkan (dipadukan dengan kalimat lainnya). Ada empat arti lain yang lebih spesifik dari kata jahiliyah. 1. (Kerusakan aqidah/keimanan. [Ali Imran: 145]) 1 Lihat Surat Nuh (71), ayat 23. Ibnu Katsir mengatakan bahwa Wadd, Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr adalah nama patung-patung kaum Nuh yang disembah selain Allah. 2 Lihat Surat Al A‟raaf (7), ayat 80-84.

         (Supermasi hukum yang tidak jalan dan penguasa bertindak sewenang- wenang. [Al-Maidah: 50]) 3. (Kerusakan Akhlak. [Al-Ahzab: 33]) 4. (Sifat Arogan. [Al-Fath: 26]) Ada pun masalah klasik, mereka menjelaskan bahwa yang terjadi di kalangan umat secara internal dan eksternal sebagai faktor-faktor disintegrasi yaitu soal khilafiah, sifat fragmentasi kepartaian, kepemimpinan yang bersifat pribadi, pertentangan paham dan pemikiran antara kaum Nasionalis Muslim dengan kaum Nasionalis Sekuler, perpecahan di kalangan para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat, pertentangan kelompok tradisional dengan reformis.3 Adapun problematika yang bersifat kontemporer yaitu, berkembangnya sinkretisme dan kelompok sempalan dan berkembangnya kelompok rasionalis yang mendewakan akal. Kelompok rasionalis ini terdiri dari empat gerakan yaitu, sekularisme, pluralisme, liberalisme, feminisme. Tantangan lainnya ialah kristenisasi, di mana saat ini kristenisasi masuk dengan berbagai jalur, seperti pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, kekuasaan/kedudukan, komunikasi, meperbanyak gereja, perkawinan.4 Semua uraian di atas adalah problematika dan tantangan dakwah yang harus segera dicarikan solusinya. Hajat hidup manusia kepada dakwah Islam tidak akan berakhir hingga dunia ini kiamat. A Hasjmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut Al-Qur‟an mengutip surat ar- Rum (30), ayat ke-47, sebagai landasan nyatanya hajat manusia tersebut. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan- keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang- orang yang berdosa. Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” 3 Misbach Malim & Avid Solihin, Dinamika Dan Strategi Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, cetakan ke-2, 2012, hlm. 83. Penulis buku ini mengutip dari tulisan Ahmad Shalaby dalam bukunya Masyarakat Islam. 4 Ibid, hal. 92

         Lebih terperinci, Hasjmy menjelaskan bahwa sejak awal sejarahnya, hajat hidup manuisa kepada dakwah telah menjadi kenyataan, sehingga sebelum risalah Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, Allah telah mengutus rasul-rasul kepada kaum mereka masing- masing.5 Pada hakikatnya, hajat hidup manusia kepada wahyu Allah dan sunah-sunah Rasulullah tidak pernah dan tidak boleh putus untuk selamanya. Risalah Islam harus terus diwariskan dari generasi ke generasi. Dakwah manusia kepada Islam semakin sangat dibutuhkan, mengingat banyaknya manusia yang meninggalkan ajaran-ajaran Islam di dalam kehidupan mereka.6 Tentunya, dakwah manusia kepada Islam memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi zaman. Di zaman yang terus berkembang model-model informasi dan teknologi ini, dakwah Islam harus bisa mengiringinya. Hal ini untuk membendung dan menutup pintu-pintu kemaksiatan dan penyesatan melalui media-media informasi yang semakin banyak. Samsul Munir Amin dalam bukunya ilmu Dakwah memaparkan bahwa di era globalisai dan era informasi seperti sekarang ini, dakwah itu bersifat kompleks dan multidimensi maka diperlukan pengamatan yang jeli untuk menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi mad‟u. Aktualisasi dan elaborasi nilai-nilai Islam merupakan strategi dakwah yang akan menghasilkan dakwah yang tepat.7 Ahmad Arnas juga melihat pentingnya strategi penyampaian dakwah. Dalam bukunya Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi Teoritis dan Praktis Dakwah sebagai Solusi Problematika Kekinian, ia menjelaskan, strategi penyampaian dakwah bagi masyarakat modern menjadi hal yang sangat penting, di samping rekonstruksi strategi dakwah bagi masa depan. Demikian juga persoalan etnisitas, konteks psikologi, ekonomi, politik, dan budaya disorot sebagai aspek dakwah, yang sebenarnya menyimpan potensi memeperkaya dakwah, namun pada sisi lain, kalau kurang diperhatikan dalam proses dakwah, justru menjadi potensi yang akan mengeliminir proses dakwah yang sudah pernah dilakukan.8 5 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur‟an, Jakarta: Bulan Bintang, 1994, cetakan 3, hlm. 26. 6 Ibid., hlm. 28 7 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, cetakan 1, 2009, hlm. 110-111. 8 Ahmad Arnas, Paradigma Dakwah Kontemporer, aplikasi Teoritis dan Praktis Dakwah sebagai Solusi Problematika Kekinian, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cetakan 1, 2006, hlm. vii-viii.

          Dari pemaparan di atas, dapat diketahui betapa kompleksnya problematika dan tantangan dakwah di jaman ini serta perlunya strategi dalam berdakwah yang aktual, yang bisa menyesuaikan dengan kondisi zaman dan dapat diterima. Jelasnya, masyarakat membutuhkan hadirnya sosok da‟i yang memahami permasalahan umat dan mempunyai strategi-strategi dalam menuntaskan semua masalah dengan solusi-solusi yang tepat. Allah telah mengutus rasul-rasul-Nya di muka bumi untuk menyelamatkan manusia dari jurang kebinasaan. Dan Allah telah memilih Rasulullah Muhammad sebagai rasul terakhir sebagai utusannya. Akan tetapi, bukan berarti risalah Islam terputus. Risalah Islam tetap harus tersampaikan kepada setiap orang. Setelah Rasulullah wafat, risalah Islam tetap dilanjutkan oleh para sahabatnya. Ketika sahabat Rasulullah pun wafat, risalah Islam masih diteruskan oleh tabi‟in dan tabi‟ut tabi‟in. Sampai sekarang, risalah itu itu masih berlanjut walaupun generasi-generasi terdahulu telah tiada, maka dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Saat ini, risalah Islam disebarkan oleh para da‟i yang tersebar luas di atas bumi. Mereka berdakwah, mengajak manusia menuju jalan keselamatan. Da‟i adalah salah satu unsur terpenting dalam kegiatan dakwah yang harus terpenuhi. Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik dengan lisan tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.9 Kehadiran da‟i sangat menentukan keberhasilan dakwah. Salah satu sosok da‟i di Indonesia abad ini adalah Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin. Sebagai seorang da‟i dan penggerak dakwah, ia memiliki strategi-strategi baru berdakwah. Kiprahnya dalam dakwah sudah berlangsung lama dan tidak diragukan lagi. Dengan latar belakang pendidikan agamanya di berbagai pesantren lalu beberapa perguruan tinggi, menjadikan beliau tokoh yang memberikan pengaruh dalam dunia dakwah. Sepak terjangnya dalam dunia dakwah, yaitu beliau aktif sebagai anggota pimpinan pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Beliau juga mengembani beberapa jabatan, di antaranya sebagai Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Guru Besar di Institut Pertanian Bogor (IPB), Direktur Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pengasuh Pondok 9 Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009,hlm. 21-22

       Pesantren Ulil Albaab, dan Sekjen World Zakat Forum. Semua itu tidak dilewatkannya untuk menyeru (berdakwah) manusia kepada Islam yang kaffah. Pemikiran-pemikirannya dalam dakwah ditularkan melalui ceramah, khutbah, seminar, diskusi, juga ditunangkan dalam bukunya Dakwah Aktual dan Agar Layar Tetap Berkembang. Ia juga menulis buku-buku bertemakan keislaman, menyeru umat menuju Islam yang kaffah. Dalam kajian ceramah dan tulisannya di beberapa media, K.H. Didin Hafidhuddin selalu mengkaitkan nilai-nilai Islam yang ia ambil dari Al-Quran dan Sunnah dengan kondisi zaman saat itu. Beliau selalu memberikan solusi-solusi dari permasalahan umat di zaman ini dari Al-Quran maupun Sunah Rasulullah. Beliau adalah sosok yang dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dengan kondisi zaman. Atas dasar itu, penulis merasa tertarik dengan pemikiran dakwah K.H. Didin Hafidhuddin. Penulis memilih tema “Pemikiran Dakwah K.H. Didin Hafidhudin.” untuk mengetahui dan menggali lebih dalam tentang pemikiran dakwah beliau. Penulis merumuskan dan membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut: B. Perumusan dan pembatasan Masalah Untuk memudahkan penulis dalam pembahasan, maka perlu dirumuskan dan dibatasi permasalahan yang akan dikaji. Sesuai dengan judul tulisan ini yaitu “Pemikiran Dakwah K.H. Didin Hafidhudduin”, maka penulis membatasi penelitian dengan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemikiran dakwah K.H. Didin Hafidhudduin? 2. Bagaimana pengaruh pemikiran K.H.Didin Hafidhudduin terhadap dunia dakwah? C. Tujuan Penelitian Setelah penulis paparkan rumusan masalah di atas, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Untuk dapat memahami dan mengidentifikasi secara konsepsional pemikiran dakwah K.H. Didin Hafidhudduin.

         Untuk mengetahui pengaruh pemikiran K.H.Didin Hafidhudduin terhadap dunia dakwah? D. Metode Penelitian 1. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi riset kepustakaan (library research) yaitu dengan cara menelusuri sumber-sumber data dari berbagai bacaan, baik yang bersifat primer maupun sekunder. Lalu, dilanjutkan dengan menggunkan metode deskriftif analisia/metode deskriptif dari studi kepustakaan terhadap buku-buku rujukan dan sumber-sumber sekunder lainnya.10 Adapun data primer utama diambil dari buku karangan K.H. Didin Hafidhuddin yang bertemakan Islam dan dakwah, yaitu: Dakwah Aktual, Agar Layar Tetap Berkembang, dan Islam Aflikatif. Juga, penelitian ini dikuatkan dengan wawancara lapangan kepada nara sumbernya dan orang-orang yang dekat dengannya. Adapun data sekunder adalah semua data yang berhubungan dengan kajian dakwah, baik berupa buku, jurnal, artikel-artikel yang tersebar di situs internet, dan data lain yang relevan dengan kajian penelitian ini. Terutama buku-buku yang ditulis oleh K.H. Didin Hafidhuddin seperti Tafsir Al-Hijri, Pemikiran dan Gerakan Kyai Haji Ahmad Sanusi Dalam Kaderisasi Ulama di Jawa Barat, Pemimpin Ideal dalam Islam, dan lain-lain. 2. Jenis Penelitian Penelitian skripsi ini berkaitan dengan pemikiran seorang tokoh dakwah yaitu K.H. Didin Hafidhuddin. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Di mana, data-data yang berkaitan dengan penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi, yakni pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang berupa dokumen dalam bentuk buku-buku, artikel atau tulisan yang dimuat oleh media massa, buletin, dan dokumen lainnya.11 W. Lawrence Neuman mengungkapkan bahwa penelitian kulitatif mencakup tiga sifat: (a) Bentuk dan teks, kata-kata tertulis, ucapan, simbol-simbol yang 10 - Ibid, hlm. 115 11 - Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998, hlm. 196-160
.
         Menggambarkan orang. (b) peneliti tidak berusaha mengubah data kualitatif menjadi angka-angka. (c) dalam melihat data, peneliti memusatkan perhatian pada makna,definisi, metafora, simbol. Dan deskripsi dari aspek-aspek yang diteliti.12 3. Teknik Penelitian Mengenai teknik, penelitian ini menggunakan metode analisis isi (Content analysis, istimbathiyah) yaitu berupa pelukisan isi komunikasi yang nyata secara objektif, sistematik, dan kualitatif terhadap bahan-bahan yang didapat dari sumber data primer dan sekunder. Sebagaimana dikemukakan oleh Holsti (1969), bahwa content analysis adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sisitematis.13 E. Telaah Pustaka Setelah mengecek karya ilmiah di perpustakaan Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, penulis tidak mendapatkan penelitian dan pengkajian mengenai pemikiran dakwah K.H. Didin Hafidhudduin. Adapun skripsi yang mengkaji tentang pemikiran dakwah tokoh-tokoh ulama di antaranya yaitu: 1. Pemikiran Dakwah Islam Menurut Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar yang ditulis oleh Salim, 2003. Skripsi ini membahas pandangan, tujuan, landasan, dan unsur- unsur dakwah menurut Hamka. Ditambahkan juga bagaimana konsep da‟i dan juru dakwah (mubaligh) menurutnya. 2. Pemikiran Dakwah Islam Taqiyuddin An-Nabhani ditulis oleh Agung Sulaksana Hadiwiyata, 2007. Skripsi ini membahas tentang ide-ide Taqiyuddin An-Nabhani yang tertuang dalam kitab-kitabnya. Diungkapkan juga bagaimana karakteristik dan metode dakwahnya, yang tertuang dalam gerakan partai politik Islam ideologis yang bernama Hizbut Tahrir. 3. Pemikiran Dakwah Ibnu Katsir Dalam Tafsir Ibnu Katsir (Tentang: Qs Ali Imran: 104 dan An-Nahl 125) ditulis oleh Herman, 2010. Skripsi ini membahas metode 12 - Disertasi Akhmad Alim, Pendidikan Jiwa(Studi Komparatif Pemikiran Ibn Jauzi (510-597 H/1116/1200 M dan Kalangan Sufi), Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor 2011 M. /1432 H. hlm. 115. 13 - Ibid, hlm. 116

            Dakwah yang terdapat dalam surat An-Nahl, ayat 125. Dibahas juga mengenai subjek dakwah dan cara-cara dakwah bagi para da‟i dalam melakukan dakwahnya. F. Kerangka Pemikiran Dakwah, sebagaimana yang dikatakan oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al Munjid merupakan salah satu sarana yang dapat mendatangkan keteguhan dan melindungi seorang da‟i dari kemunduran.14 Dakwah menurut bahasa berarti panggilan, seruan, ajakan, dan undangan.15 Definisi itu seakan telah disepakati bersama oleh para ulama dan tokoh dakwah. Kesepakatan itu juga telah disepakati oleh para ahli bahasa. Ahmad Warson Munawwir dalam kamusnya Al-Munawwir, kamus Arab-Indonesia, menterjemahkan kata - (da‟a - da'wah) di antaranya yaitu memanggil, menyeru, dan mengundang.16 Syaikh Sholeh bin Fauzan mengatakan: -17 Dakwah kepada Allah ialah menuntun orang lain agar beriman kepada-Nya, beribadah semata-mata untuk-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan mengerjakan perintah-perintah-Nya, serta tidak bermaksiyat kepada-Nya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan hambanya untuk beribadah kepada Nya, seperti dalam firmanNya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.” (Adz-Dzaariyaat: 56-57) 14 Syeikh Muhammad bin Shalih al Munjid, Kiat Berpegang Teguh Dalam Agama, 1426 H, Riyad: Islamic propagation Office in Rabwah, hlm. 30. 15 Pengertian ini bisa kita lihat di buku Da‟wah dan teknik berkutbah karya Syamsuri Siddiq, Pengantar ilmu dakwah karya wahidin Saputra, mujahid dakwah karya Isa Anshary dll. 16 A.W. Munawwir, Kamus Almunawwir, Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif: Surabaya: 2002, hlm. 406 17
 -
          Prof. DR. Hamka dalm tafsir Al-Azhar-nya mengartikan dakwah ialah, “Menyampaikan ajakan kepada yang ma‟ruf dan menjauhi yang munkar itulah yang dinamai da‟wah.” Sedangkan, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dalam buku Khitah Dakwah mengartikan Dakwah pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengubah seseorang, sekelompok, atau suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik sesuai dengan perintah Allah dan tuntutan Rasul-Nya.18 Landasan Dakwah Islam adalah keterbukaan, dan dakwah juga memiliki watak keterbukaan.19 Islam adalah satu-satunya agama yang benar, diridhai dan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.20 Islam juga merupakan agama yang sempurna sebagaimana tertera dalam Al- Qur'an, surat Al-Ma‟idah, ayat ke-3. “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.”(Al-Ma’idah: 3) Kesempurnaan Islam mencakup berbagai aspeknya, termasuk dakwah. Islam telah mengajak umat ini untuk berdakwah. Dalam Al-Qur'an dan Hadis terdapat landasan dakwah yang sudah begitu jelas, berikuti ini: Al-Qur’an. Dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam Nawai rahimahullahpada bab ke-23, Al-Amru bil Ma‟ruf wa An-Nahyu „an Al-Munkar ada beberapa ayat Al-Qur'an yang bisa menjadi landasan dalam berdakwah, di antaranya adalah:21 18 Khittah Da‟wah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Jakarta: PT.Abadi, 2007, cet-3. Hlm. 1 19 - Muhammad Ahmad ar-Rasyid, Khitah Dakwah Garis perjuangan Gerakan Islam Kontemporer, Jakarta: Robbani Press, cetakan 1, 2005, hlm.424. 20 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam, menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang Shahih, Bogor: Pustaka At-Taqwa, cet ke-4, hlm. 193 21

        "Hendaklah ada di antara engkau semua itu suatu ummat -golongan - yang mengajak kepada kebaikan, memerintah dengan kebagusan serta melarang dari kemungkaran. Mereka itulah orang- orang yang berbahagia."(Ali-lmran: 104) "Adalah engkau sekalian itu sebaik-baik ummat yang dikeluarkan untuk seluruh manusia, karena engkau semua memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran." (Ali-lmran: 110) "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, "(at-Taubah: 71) "Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (Al-Maidah: 78-79) "Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik."(Al- A'raf: 165) Hadis Ada beberapa hadis yang mengisyaratkan perintah untuk berdakwah, di antaranya:

         Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa di antara engkau semua melihat sesuatu kemunkaran, maka hendaklah mengubahnya itu dengan tangannya, jikalau tidak dapat - dengan atau kekuasaannya, maka dengan lisannya -dengan jalan menasihati orang yang melakukan kemungkaran tadi –dan jikalau tidak dapat juga - dengan lisannya, maka dengan hatinya - maksudnya hatinya mengingkari serta tidak menyetujui perbuatan itu. Yang sedemikian itu - yakni dengan hati saja - adalah selemah-lemahnya keimanan." (HR. Muslim) Abdullah bin Amr radhiyallahu ta‟ala „anhu, bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) Tujuan Dakwah Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq dalam bukunya Strategi Dakwah Syar‟iyah, menuliskan tujuan dakwah ilallah yaitu:22 Pertama, mengarahkan manusia untuk mengabdi hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. Kedua, menegakkan keadilan di muka bumi serta mengupayakan kedamaian dan keamanan dunia. Ketiga, perbaikan jiwa manusia, penyebaran kasih sayang, persatuan, dan kecendrungan di antara saudara seakidah. Muhammad Natsir pun merumuskan tujuan dakwah menurut pendapatnya, yaitu: Pertama, memenggil kita kepada syariat, untuk memecahkan persoalan hidup baik persoalan hidup perseorangan atau persoalan berumah tangga, berjamaah bermasyarakat, berbangsa-bersuku bangsa, bernegara, berantarnegara. Kedua, memanggil kita kepada fungsi hidup kita sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang ini, berisikan manusia berbagai jenis, bermacam pola pendirian dan 22 Buku ini adalah karya terjemahan dari buku aslinya yang berjudul Fushul Minas-Siyasah Asy-Syar‟iyyah fid- Da‟wah ilallah, (Penterjemah: SalimBazemool), Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1997, hlm. 95-96.

        Kepercayaannya, yakni fungsi sebagai syuhada „ala an-nas, menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. Ketiga, memanggil kita kepada tujuan hidup kita yang hakiki, yakni menyembah Allah. Demikianlah, kita hidup mempunyai pungsi tujuan yang tertentu.23 Urgensi Dakwah Akhmad Alim dalam bukunya, Studi Islam 1, Akidah Akhlak, menuliskan sub bab Amar Ma‟ruf dan Nahi Munkar yaitu urgensi dakwah. Ia menuliskan urgensi dakwah dengan mengutipkan salah satu ayat dalam Al-Qur'an, surat At-taubah ayat 71. “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(at-Taubah[3]: 71) Konteks at-taqdim atau pengedepanan lafadz (Amar ma‟ruf dan nahi munkar) daripada (mendirikan shalat dan menunaikan zakat) ini menunjukan urgensi dakwah dalam kehidupan individual,masyarakat dan bangsa. Urgensi dakwah ini implementasi dan penegakkannya dapat membaikan umat, membawa kebaikan yang banyak, menekan tingkat kejahatan, dan meminimalisir kemungkaran.24 Metodologi Dakwah Metode yang benar dalam dakwah sangatlah menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri. Oleh karena itu, metode itu haruslah dari sumber yang benar, yang tidak 23 Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Gema Insani Press: Jakarta 1999), cet 1,hlm. 70 24 Abdul Malik Al-Qasim, Amar Ma‟ruf dan Nahi Munkar, Rabwah: Pustaka Islamhouse, 2009, hlm 4

        Menyimpang dari Syariat Islam. Dr. Abdul Karim Zaidan mengatakan bahwa sumber metode dakwah itu ada lima: Al-Qur'an, Sunnah Rasul, Sejarah Hidup Para Sahabat, Pendapat Para Fukoha, dan Pengalaman.25 Lebih lanjut, beliau menjelaskan sebagai berikut: Al-Qur'an Dalam Al-Qur'an abanyak ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah para rasul dalam menghadapi umatnya. Ayat-ayat tersebut menunjukan metode dan dakwah yang harus dipahami dan dipelajari oleh setiap muslim. Karena, Allah tidak akan menseritakan melainkan agar dijadikan suri-tauladan dan membantu dalam melaksanakan dakwah yang harus sesuai dengan metode yang telah direntangkan dalam Al-Qur'an. Sunnah Rasul Dalam sunnah rasul banyaklah ditemui hadis-hadis yang bertalian dengan dakwah serta metode dan medianya. Sejarah Rasulullah baik ketika berada di Mekkah maupun di Madinah dan cara-cara beliau menghadapi pelbagai macam peristiwa,semua itu memberikan contoh dalam metode dan media dakwahnya. Karena, Rasulullah telah melalui kondisi dan situasi yang mungkin sama dengan kondisi dan situasi yang dihadapi juru dakwah pada setiap masan tempat. Dari sunah dan perjalanan hidup Rasulullah diharapkan seorang da‟i memperoleh contoh dalam penyelesaian dalam penyelesaiannya yang lebih tepat dan dikap serta cara yang harus diperhatikan dan dipertahankan. Sejarah Hidup Para Sahabat Sejarah hidup para sahabat cukuplah memberikan contoh yang berguna bagi seorang dai. Karena, mereka adalah orang yang lebih tahu tentang ajaran agama dan ahli dalam berdakwah. Pendapat Para Fukaha Fukaha adalah orang yang berkecimpung dalam menggali hukum yang praktis dari sumber-sumber atau dalil-dalil agama. Dan di antaranya hukum yang berhubungan dengan penyampaian dakwah seperti hukum amar-ma‟ruf dan nahi munkar, jihad, hisbah dan 25 AbdulKarim Zaidan, Ushul Ad-Da‟wah (Dasar-dasar Ilmu Dakwah 2), Media Dakwah: 1980, hlm. 169-173

        Semua ini mereka susun dalam suatu bab tertentu di dalam kitab-kitab fikih. Oleh karena itu,seorang da‟i harus memperhatikan apa yang telah ditetapkan oleh para fukaha tersebut. Pengalaman Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman seorang da‟i merupakan kumpulan hasil pergaulannya dengan orang banyak, yang merupakan penerapan teori-teori yang dipahaminya dari sumber-sumber terdahulu. Maka di dalam praktek dapat diketahui kekeliruan dan tentunya kalau terdapat kekeliruan berusaha agar kesalahan itu jangan samapai terulang lagi. Pengalaan seseorang akan bertambah tinggi nilai apablia orang yang mempunyai pengalaman itu sendiri mengambil manfaat dari pengalamannya. KH. Syamsuri Siddiq dalam bukunya Da‟wah & Teknik Berkhutbah menuliskan lebih rinci berdasarkan pengamatan dan pengalamannya tentang metode dakwah itu ada tiga bagian. Pertama, hikmah bijaksanaan. Ia membaginya ke dalam enam bagian: Dakwah dengan uswatun hasanah atau keteladanan, percontohan, melalui paksaan sosial, melalui seni budaya Islam, melalui pembangunan, dan melalui bantuan sosial Islam dakwah melaui pelayanan kesehatan. Kedua, Mau‟idzah hasanah (nasehat) dibagi ke dalam tujuh bagian: Kunjungan keluarga, saresaehan (obrolan), dan penataran atau kursus-kursus, pengajian berkala di majelis-majelis ta‟lim, ceramah umum, tabligh dan penyuluhan. Ketiga, mujadalah billati hiya ahsam ( bertukar pikiran) diantaranya dengan dialog, debat, diskusi panel, seminar, lokakarya, dan polemik. Dari perpaduan kerangka berpikir di atas, penulis akan membahas bagaimana sesungguhnya pemikiran dakwah K.H. Didin Hafidhuddin yang dimulai dari dafinisi menurutnya, landasan yang digunakannya, tujuan yang ingin dicapainya, urgensi yang diharapkanya, dan metodologi yang dipakainya dalam berdakwah. Diharapkan, karya tulis ini dapat menghasilkan pembahasan yang kompleks dan dan esensial dalam menjawab persoalan dakwah di masa kini. Penulis berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar senantiasa dibimbing dan diarahkan kepada keridlaan dan hidayah-Nya.

         SistematikaPenulisan Penulis membatasi objek penelitian seputar sosok K.H.Didin Hafidhuddin konsep pemikiran dakwahnya, melalui buku-buku yang telah diterbitkannya yang bertemakan Islam dan dakwah dari karya-karyanya dan. Agar penulisan penelitian ini bisa mudah dipahami, maka penulis memaparkan secara sistematis bab-bab yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini. Penulis membaginya dalam lima bab. Bab pertama, penulis menempatkan pendahuluan yang di dalamnya terdapat;latar belakang masalah, perumusan dan pamebahasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode, jenis, dan teknik penelitian dan istematika pemabahasan. Bab kedua berisi: Landasan teori yang menjadi dasar pijakan penelitian ini. Mulai dari Pengertian dakwah secara bahasa dan istilah.lalu dilanjutkan dengan landasan, tujuan, urgensi,dan metodologi dakwah. Bab ketiga, penulis mulai dengan gambaran umum; biografi K.H. Didin Hafidhuddin. Insya Allah akan dijelaskan tentang riwayat hidup beliau, kiprah dakwahnya dan karya- karya tulisnya. Bab keempat, penulis uraikan analisa mengenai pemikiran dakwah K.H. Didin Hafidhuddin dan pengaruh pemikiran dakwahnya. Setelah memahami secara keseluruhan isi dalam penelitian ini, maka pada bab lima, penulis menempatkan penutup yang berisi kesimpulan secara umum dari uraian-uraian yang sudah disampaikan, kemudian dilanjutkan dengan saran-saran dari penulis. Daftar pustaka Al Munjid, Syeikh Muhammad bin Shalih, Kiat Berpegang Teguh Dalam Agama, 1426 H, Riyad: Islamic propagation Office in Rabwah, Al-Fauzan, Sholeh bin Fauzan bin Abdullah, Muhadarah Al-Aqidah wa Da‟wah, Kairo: Idarh Al-Buhust Al-Ilmiyah waa Al-Iqna‟, 2003.

         Alim, Akhmad, Disertasi Pendidikan Jiwa (Studi Komparatif Pemikiran Ibn Jauzi (510- 597 H/1116/1200 M dan Kalangan Sufi), Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor 2011 M. /1432 H. Al-Qasim, Abdul Malik, Amar Ma‟ruf dan Nahi Munkar, Rabwah: Pustaka Islamhouse, 2009, Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, cet: 1, 2009, An-Nawawi, Al-Imam Al-Hafidz Abi Zakariya Muhyiddin Yahya bin Ayarif, Riyadusholihin min Kalam Sayid Al-Mursalin, Kairo: Daar Ibnu Al-jauzy. Arnas, Ahmad, Paradigma Dakwah Kontemporer, aplikasi Teoritis dan Praktis Dakwah sebagai Solusi Problematika Kekinian, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cet: 1, 2006 Ar-Rasyid, Muhammad Ahmad, Khitah Dakwah Garis perjuangan Gerakan Islam Kontemporer, Jakarta: Robbani Press, cet: 1, 2005. Fushul Minas-Siyasah Asy-Syar‟iyyah fid- Da‟wah ilallah, (Penterjemah: SalimBazemool), Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1997, hlm. 95-96. Hasjmy,A. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur‟an, Jakarta: Bulan Bintang, 1994, cet: 3 Jawas, Yazid bin Abdul Qadir, Prinsip Dasar Islam, menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang Shahih, Bogor: Pustaka At-Taqwa, cet ke-4. Khittah Da‟wah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Jakarta: PT.Abadi, 2007, cet-3. Luth, Thohir, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Gema Insani Press: Jakarta 1999), cet 1. Malim, Misbach & Avid Solihin, Dinamika Dan Strategi Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, cetakan ke-2, 2012 Muda, Ahmad A.K. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Reality Publisher, cet-1, 2006. Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998. Munawwir, A.W. Kamus Almunawwir, Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif: Surabaya: 2002.

        Munir, Muhammad dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009 Zaidan, Abdul Karim, Ushul Ad-Da‟wah (Dasar-dasar Ilmu Dakwah 2), Media Dakwah: 1980.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah TSUNAMI ACEH 2004

MAKALAH KHALAF: AHLUSSUNNAH (AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI)

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN CABAI