Makalah Dasar dan Tujuan Life long Education
BAB I. PENDAHULUAN
Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah
kepada Rasul-Nya Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wasallam dan merupakan
satu-satunya agama yang mengatur
berbagai hal dalam kehidupan manusia dari sejak awal dimulai kehidupan hingga
akhir bahkan sesudahnya. Dan Allah Subhanahu Wata’ala telah mengajarkan
berbagai hal penting kepada Rasul-Nya agar manusia dapat hidup di jalan yang
benar dan berada dalam petunjuk Allah dan Rasulnya.
Semua ajaran tentang kehidupan ini menjadi
topik penting dalam kehidupan manusia, mereka dituntut untuk memahami bagaimana makna
semua pelajaran tentang kehidupan tersebut
hingga kemudian mereka menamakannya dengan istilah “ Pendidikan”.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Pendidikan berasal
dari kata “didik” yang berarti yang berartimemeliharadanmemberilatihan(ajaran,tuntutan) mengenai akhlak dan
kecerdasan.
Pembahasan tentang pendidikan menjadi sorotan
penting dalam Islam, bahkan Allah telah mengajarkan berbagai ilmu dan
memberikan pendidikan kepada manusia
pertama ciptaan-Nya, Nabi Adam alaihis salam. Allah terus membina dan
mengajarkan berbagai ilmu kepada para utusannya hingga sampai kepada nabi
Muhammad Shallallahu “alaihi Wasallam, Utusan terakhirnya.Kemudian Rasulullah
mengajarkan para sahabatnya, lalu para sahabat mengajarkan generasi seterusnya
dari mutaqaddimin, hingga mutaakhkhirin hingga seterusnya sampai ke tahap kita
yang hidup di penghujung zaman.
Dalam ajaran Islam menuntut ilmu itu berlangsung
seumur hidup dan tidak ada batasan waktu dalam mencarinya, Islam juga
menganjurkan kita untuk menuntut ilmu
dari ayunan sampai ke liang lahat, sebagaimanaRasulullah pernah bersabda yang artinya :
“ Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat”.
Bahkan wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah merupakan uswah pertama dalam menuntut ilmu, wahyu pertama yang beliau terima adalah perintah untuk menjadi orang berilmu melalui membaca (iqro’) , hal ini benar-benar menunjukan bahwa Islam mengajak dan memerintahkan kita untuk menjadi orang yang berilmu, yang salah sau jalannya adalah dengan terus belajar, sabda Rasulullah: "Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (Agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." Dan beliau S.a.w juga bersabda: "Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar”.
Sehubungan dengan anjuran untuk terus menuntut ilmu ini terdapat beberapa hadist yang cukup populer dikalangan umat Islam, yang juga menjadi landasan teologis konsep “life long education”. Yang kajian selengkapnya akan dibahas dalam makalah ini.Semoga bermanfaat.
BAB
II. PEMBAHASAN
A. Dasar dan Tujuan Life long Education
Dunia semakin hari semakin mengalami perubahan, perubahan
itu terjadi secara alami dan karena campur tangan manusia. Perubahan itu pula
yang harus membuat manusia semakin peka akan kejadian-kejadian yang ada.
Hadirnya berbagai ilmu pengetahuan di dunia ini memudahkan manusia untuk
beraktivitas, teknologi yang canggih di dukung oleh komputerisasi membuat
manusia semakin terbantu melakukan aktivitasnya, semuanya terasa lebih
mudah.Alat komunikasi yang tak mengenal jarak dan waktu semakin memudahkan
manusia untuk terus melakukan interaksi dimanapun dan kapanpun.Begitu cepat
perubahan dan perkembangan itu terjadi, hal ini menuntut manusia harus terus
belajar dimanapun dan kapanpun.
Pada dasarnya manusia dilahirkan kealam dunia ini dalam
keadaan fitrah atau suci sesuai dengan hadist Rasululullah Saw:
حدثَناحاجِببنالولِيد. حدثَنامحمدبنحربعنِالزبيدي, عن
لزهري. اخبرنيسعِيْدبنالْمسيبعناَبِيهريرة :انهآانيقول : مامنمولودالايولَدعلىالْفطرةفأبواه :قال
رسولالله يهودانهوينصرانهويمجسانه )واهمسلم)
Artinya
: Dari Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda: Tiada seorang
anakpun yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi. (H.R.
Muslim).[1]
Sejak anak dilahirkan kealam dunia ini sesungguhnya adalah
awal manusia mulai belajar, karena di dalam Islam dikatakan bahwa manusia itu
belajar sejak ia dilahirkan sampai ia masuk kedalam liang lahat. Sungguh luar
biasa ajaran Islam mendidik umatnya untuk terus menuntut ilmu pengetahuan tanpa
mengenal usia, selama kita masih bisa menikmati hidup, selama kita masih bisa
menghirup udara, selama kita masih bisa bergerak itu artinya kita wajib
menuntut ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu ketika seorang anak mulai dilahirkan
kealam dunia ini orang tua sudah mulai mengajari anaknya dengan berbagai hal
tentunya dengan konsep dan metode yang sesuai dengan usianya.[2]
Seorang ulama
terkemuka dan juga tokoh pendidikan IslamIbnu
Qayyim al- Jauziyah berpendapat bahwa pendidikan pada anak itu harus
dimulai sejak mereka dalam kandungan (Prenatal)
karena pendidikan prenatal sangatlah penting dan membawa pengaruh besar dalam
kehidupan seseorang setelah ia dilahirkan.[3]
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar
terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian
sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia.Oleh
karena setiap fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui
dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu
dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua.Bertolak dari
fase-fase perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada
keharusan untuk belajar secara terus menerus.
Konsep belajar sepanjang hayat atau yang dikenal dengan
Life long education bisa dilakukan dimana saja, mulai dari lingkungan
keluarga dimulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, bahkan sampai dengan
usia tua, belajar sepanjang hayat juga bisa dilakukan dalam pendidikam formal,
dari mulai Taman kanak-kanak, Sekolah dasar, Sekolah menengah pertama, Sekolah
menegah atas atau kejuruan, perguruan tinggi. Lahirnya konsep belajar sepanjang
hayat adalah bagian dari keprihatinan pada dunia pedidikan yang ada, karena
masih banyak masyarakat yang tidak bisa menikmati pendidikan pada dunia
formal.Oleh sebab itu belajar sepanjang hayat bisa dilakukan pada kegiatan non
formal, misalnya kegiatan pelatihan, kelompok belajar dan lain sebagainya.
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu
usaha atau kegiatan selesai; artinya tujuan merupakan kehendak seseorang untuk
mendapatkan dan memiliki serta memanfaatkanya bagi kebutuhan dirinya sendiri
atau orang lain.[4]
Dalam Al-qur’an memang tidak ditemukan secara langsung yang
menjelaskan tujuan pendidikan.Namun dapat diinterpretasikan dari beberapa ayat
Al-qur’an, mulai ayat yang berbicara tentang kehendak Allah menjadikan manusia
sebagai khalifah dimuka bumi ini. Berangkat dari adanya kehendak-Nya terhadap
manusia itulah yang akan dirumuskan menjadi tujuan pendidikan islam.
Sebagaimana firman Allah dala surat al-baqarah ayat 30:
واذقال ربك للملئكة انى جاعل فى ا لارض
خليفة قالوا اتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمد ك ونقد س لك قال
اني اعلم ما لا تعلمون ( البقرة : ٣٠)
Artinya: “ Dan ingatlah ketika tuhanmu berfirman
kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah dimuka bumi” mereka berkata: apakah Engkah hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana. Sedangkan kami
bertasbih memujimu dan menyucikan nama-Mu?“Dia berfirman sungguh Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Banyak pendapat yang disampaikan oleh
para ahli
pendidikan tentang tujuan pendidikan Islam.Di antaranya yang pernah ditulis al-
Nahlawi bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
merealisasikan penghambaan kepada
Allah dalam kehidupan manusia baik
secara individual maupun secara sosial.[5]
Al-Qur’an diturunkan kepada ummat
manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti
memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhai Allah Swt. Demikian
pula dengan kedatangan Nabi Muhammad SAW adalah benar–benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar
saling memberi petunjuk, penyuluhan dengan pendidikan Islam. Sedangkan tujuan
pendidikan agama Islam pada umumnya adalah identik dengan tujuan hidup manusia
Muslim, yaitu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat Al- Baqarah 201:
ربناءاتنافي الدنياحسنة وفيالاخرة
حسنةوقناعذابالنار(البقرة :٢٠١)
Artinya: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikkan di dunia dan kebaikkan di akhirat dan peluharalah kami dari siksa
neraka. (Q.S. Al-Baqarah : 201).
Untuk mencapai tujuan akhir tersebut,
manusia harus mengabdikan dirinya kepada Allah Swt dengan cara melaksanakan
ibadah kepada-Nya agar menjadi orang yang bertaqwa. Karena tujuan diciptakan
manusia adalah untuk menyembah Allah Swt, berdasarkan surat Az-Zariyat 56:
وما خلقت
الجن والا نس الا ليعبدون (الذاريت :٥٦)
Artinya: Dan aku tidak menjadikan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
( QS. az-Zariyat : 56 )
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa tujuan pendidikan agama sesungguhnya adalah membina manusia untuk
beribadah dan bertakwa kepada Allah Swt, sehingga memperoleh kebahagiaan dunia
dan akhirat.
B.
Tahapan-Tahapan Life Long Education
a.
Pendidikan sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga.
Tempat belajar yang pertama bagi seorang manusia adalah
lingkungan keluaraga, pada tapa inilah tahap yang paling menentukan seorang
anak untuk memulai pembelajaran dalam keluarganya.[6]
Khususnya dalam ajaran Islam pembelajaran sudah dimulai ketika seorang bayi
masih berada dalam rahimnya, sebagaimana pendapat salah seorang ulama dan tokoh
pendidikan Islam Ibnu Qayyim Al- Jauziyah dalam kitab karangannya Tuhfatul Maudud bi ahkam al- Maulud,
beliau menjelaskan bahwa pendidikan bagi seorang anak itu tidaklah dimulai
sejak ia dilahirkan, akan tetapi jauh sebelum ia dilahirkan ( sejak dalam
kandungan) bahkan jauh sebelum orang tuanya menikah, mereka harus mencari pasangan
hidup yang terbaik untuk menciptakan sebuah keluarga yang baik. Hal ini menjadi
pembahasan penting dalam konsep pendidikan prenatal,
dalam konsep ini jelas bahwa Islam memang sangat memperhatikan umatnya untuk
senantiasa belajar. Kemudian dalam Islam dijelaskan berdasarkan hadits
Rasulullah Saw:
حدثَناحاجِببنالولِيد. حدثَنامحمدبنحربعنِالزبيدي, عن
لزهري. اخبرنيسعِيْدبنالْمسيبعناَبِيهريرة :انهآانيقول : مامنمولودالايولَدعلىالْفطرةفأبواه :قال
رسولالله يهودانهوينصرانهويمجسانه )واهمسلم)
Artinya
: Dari Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda: Tiada seorang
anakpun yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi. (H.R.
Muslim).[7]
Dalam hadits ini jelas bahwa peran orang tua dalam keluarga
sangatlah penting untuk mendidik putra-putrinya, orang tuanyalah yang akan
membentuk pribadi anaknya dalam lingkungan keluarga. Belajar sepanjang hayat
dalam lingkungan keluarga menurut penulis bisa dilakukan dalam beberapa tahap
sebagai berikut:
1. Pendidikan pada masa balita.
Materi
pendidikan aqidah telah terkemas dalam sebuah disiplin ilmu yang disebut
"Ilmu Tauhid". Sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana cara mentauhidkan (mengesakan Allah) dengan dalil-dalil yang
meyakinkan. Sedemikian mendasarkan pendidikan aqidah ini bagi anak
manusia.karena dengan pendidikan inilah anak akan mengenali siapa Tuhannya,
bagaimana cara bersikap terhadap Tuhannya dan apa saja yang harus diperbuat
dalam hidup ini sebagai hamba Tuhan. Orang yang belajar aqidah akan tumbuh
menjadi manusia yang beriman dan percaya akan Allah SWT dengan segala
sifat-sifatnya.
Dalam masa balita orang tua mulai bisa mengajarkan kepada
anaknya, sesuai dengan kemampuan serta fase perkembanganya.Misalnya dengan
mengajarkan atau melatih anak untuk bisa mengucapkan kalimat syahadat atau kata
sederhana serta belajar bicara sesuai dengan ajaran Islam. Orang yang telah memiliki
iman, akan tumbuh dalam dirinya karakter takwa, takwa merupakan perwujudan iman
dalam tindakan.
Islam menempatkan pendidikan aqidah ini pada posisi yang
paling mendasar.la terposisi dalam rukun yang pertama dari rukun Islam yang
lima, sekaligus sebagai kunci yang membedakan antara orang Islam dan non Islam.
Siapa yang mengikrarkan Dua kalimah Syahadat dan mempedomaninya dalam kehidupan
sehari-hari, maka dialah yang pantas menyandang predikat sebagai orang Islam.[8]
Setiap anak manusia dibekali Allah dengan fitrah Islamiah,
ia telah terbekali oleh benih ketauhidan dari sisi Allah SWT. Maka kewajiban
para orangtua muslim menyelamatkan benih tauhid itu dengan memberikannya
pendidikan akidah yang tepat. Benih akidah itu disiraminya dengan baik,
dipupuknya dengan baik dan dirawatnya dengan baik pula.Sehingga diharapkan
dapat tumbuh dengan subur bagaikan sebatang pohon yang rindang dan tampak
keindahannya.Akarnya menghunjam kuat ke dalam tanah, cabang-cabangnya menjulang
tinggi ke angkasa dan buahnyapun lebat serta dapat dinikmati oleh setiap
orang.Demikian ibarat aqidah yang sudah tertanam dalam sanubari manusia. Semua
orangtua tentu menginginkan agar anak-anaknya tumbuh dewasa menjadi insan-insan
yang berpribadi muslim sejati.[9]
Untuk merealisasi- kannya maka terlebih dahulu orangtua
harus menjadi figur yang benar-benar berpribadi muslim sejati. Jangan bertindak
munafik Mengharapkan anak-anak menjadi shaleh, sementara dirinya sendiri jauh
dari sifat-sifat shaleh. Anak bukanlah benda mati yang tidak bisa memberikan
penilaian, merekapun makhluk independen yang memiliki kelengkapan biologi yang
sama dengan orangtua. Mereka punya hati,akal, dan kehendak Mereka enggan
melihat kemunafikan sebagaimana orangtuapun enggan melihatnya.[10]
2.
Pendidikan pada masa kanak-kanak.
Dalam fase ini orang tua mempunyai peranan penting untuk
memberikan pembelajaran pada anak-anaknya, orang tua mulai memberikan
pembelajaran misalnya bagaimana mereka menggunakan pakaian atau melepaskannya,
mebiasakan anak untuk hidup disiplin dengan cara memberikan contoh misalnya
dengan berangkat dan pulang sekolah tepat waktu, belajar dan bermain sesuai
dengan waktu yang sudah ditentukan. Pada masa ini pembelajaran mengenai hidup
bersih juga bisa mulai diberikan misalnya dengan mandi, menggosok gigi, mencuci
tangan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya. Dalam fase ini
orang tua bukan hanya memberikan pembelajaran tetapi harus bisa memberikan
contoh karena cenderung seorang anak biasanya melakukan sesuatu dari apa yang
dilihatnya. Pada masa ini pembentukan karakter juga bisa diberikan misalnya
dengan mencium tangan orang tua ketika berangkat dan pulang sekolah disertai
mengucapkan salam, menghormati yang lebih tua, membiasakan shalat lima waktu
dan lain sebagainya.[11]
3.
Pendidikan pada masa remaja.
Masa remaja merupakan masa yang paling rentang, pada fase
ini seorang anak cenderung mempunyai sifat labil, oleh sebab itu peranan orang
tua dalam memberikan pembelajaran dalam lingkungan keluarga sangatlah
penting.Agar pada masa ini bisa berkembang dengan baik, tanpa terpengaruh oleh
lingkungan luar, terpengaruh oleh teman-teman bergaulnya. Pada masa ini konsep
pembelajaran sepanjang hayat mempunyai peranan penting karena dalam fase ini
pula seorang anak akan mulai mencari jati dirinya, mulai mengenal dunia
pergaulan, dan cenderung memiliki keinginan untuk punya kebebasan dalam
melakukan sesuatu.[12]
Pembelajaran disiplin dan pengwasan serta perhatian dari
orang tua sangatlah penting agar anak bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang
positif serta berkembang secara normal.
4.
Pendidikan pada masa dewasa
Konsep belajar sepanjang hayat pada masa dewasa merupakan
masa yang penting dilakukan dalam lingkungan keluarga.Pada fase ini seorang
anak remaja yang berkembang menjadi manusia dewasa mulai mengenal jati dirinya,
bahkan memilki karakter tersendiri.Pada masa ini pula biasanya kecenderungan
seseorang untuk menyudahi belajar sangat dominan khususnya perempuan.Diawali
selesai masa kuliah, kemudian menikah, punya anak dan memilki keluaraga.Pada
masa-masa ini seseorang cenderung lebih memetingkan keluarga, pekerjaan
dibadingkan dengan belajarnya.Padahal pada masa ini pembelajaran masih tetap
bisa dijalankan.Oleh sebab itu dalam lingkungan keluarga ini orang tua harus
bisa memberikan pemahan kepada anak-ankanya agar terus belajar sepanjang
hidupnya, baik belajar formal maupun non formal.
5.
Belajar pada masa tua atau usia lanjut dalam lingkungan keluarga.
Konsep pembelajaran dalam Islam bahwa belajar tidak mengenal
usia, sesuai dengan hadits yang ada pada landasan diatas. Maka sesunggunya pada
usia ini seseorang harus tetap belajar, yang tentunya dilakukan dalam keluarga.
Pada masa ini orang tua bisa belajar pada anak-anaknya atau pada masa ini orang
tua memberikan pembeljaran pada anak-anaknya.Karena sesunggunya belajar
sepanjang hayat bukan hanya belajar tapi juga memberikan pembelajaran. Orang
tua yang memilki banyak ilmu maka ia akan semakin bijak dalam mengambil
keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi dalam hidupnya.
b.
Pendidikan sepanjang hayat dalam pendidikan Formal.
Belajar sepanjang hayat sangatlah dibutuhkan setiap individu
yang membutuhkan ilmu pengetahuan, orang yang menyadari akan pentingnya arti
sebuah ilmu maka ia akan berusaha untuk terus melanjutkan pendidikannya sampai
dengan jenjang yang paling tinggi sesuai dengan kemampuan yang dimilkinya.
Didalam ajaran Islam sesunggunya mencari ilmu pengetahuan adalah
kewajiban.Sesuai dengan hadist Rasulullah Saw.
عن ابي هريرة
رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :طلب لعلم فريضة عل كل مسلم و
مسلمة( رواه النساء)
Artinya: Dari abu hurairah RA, nabi Saw, beliau
bersabda: Menuntut ilmu itu wajib bagi kaum laki-laki dan perempuan. (HR.
An-Nasai)[13]
Dalam hadits ini sangat tegas di sebutkan atas kewajiban
seorang muslim oleh sebab itu apabila kewajiban ini tidak dilakukan oleh
seorang muslim maka hukumnya adalah dosa. Dalam Islam juga dikatakan bahwa
“Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya
jalan ke syorga”. Sungguh luar biasa bagi orang yang menuntut ilmu pengetahuan
yaitu baginya akan dimudahkan jalan menuju surga, oleh sebab itu dengan ini
muda-mudahan kita akan semakin termotivasi, karena mendapat keridhaan Allah dan
masuk surga adalah dambaan bagi setiap manusia.
Pembelajaran sepanjang hayat (Life Long Education)
dalam pendidikan formal adalah pembelajaran yang sistematis dan terencana,
memiliki tujuan–tujuan khusus sesuai dengan bakat, kemampuan atau jurusan yang
diminati oleh pembelajar. Yang termasuk dalam pendidikan formal adalah dari
tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
menengah atas, sekolah menengah kejuruan, perguruan tinggi, D1, D2, D3, S1,S2,
dan S3.
Pada pendidikan formal setelah seseorang meyelesaikan
program sekolah menegah atas atau kejuruan, setiap orang diperbolehkan untuk
mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi, tak mengenal usia, jenis kelamin,
suku dan golongan. Oleh sebab itu hal ini berlaku sampai kapanpun selama
sesorang masih memilki keinginan untuk belajar maka selama itu pula banyak
kesempatan bagi setiap orang untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.Maka
tidak heran kita sering melihat atau mendengar orang yang sudah berusia tua ada
di antara sebagian mereka masih melanjutkan kuliahnya ada yang S1, S2 dan S3.itu
artinya pendidikan sepanjang hayat ini memang relevan bagi setiap orang, setiap
orang punya kesempatan yang sama, asalkan mempunyai keinginan dan kemampuan.[14]
c.
Pendidikan sepanjang hayat dalam pendidikan Non Formal.
Belajar tidak mengenal usia, waktu dan tempat, dimanapun
kapanpun kita bisa belajar dari kehidupan ini. Belajar tidak harus dibangku
sekolah atau pendidikan formal serta berizazah, tetapi belajar bisa dimana
saja, dari berbagai sumber yang berisi tentang pengetahuan.Banyak orang yang
belajar ototidak (belajar sendiri) namun mereka lebih berhasil dari orang-orang
yang berpendidikan formal, itu artinya belum tentu orang yang berpendidikan
formal bisa lebih sukses daripada orang yang tidak berpendidikan formal.
Sesungguhnya yang membuat orang menjadi sukses adalah kemampuannya beradaptasi
dengan orang lain, komunikatif, pandai begaul, punya kemauan keras dan tentunya
skil tidak kalah penting.
Pendidikan non formal tidak mengenal ruang dan waktu, setiap
orang bisa belajar kapanpun, orang bisa belajar dari apa yang dilihatnya, di
dengarnya, dirasakannya, dialaminya dan lain sebagainya. Konsep pendidikan
sepajang hayat pada pendidikan non formal lebih luas dari yang
lainnya.Pendidikan non formal ini bisa dilakukan seperti kelompok belajar,
organisasi, tempat kursus atau pelatihan, atau ditempat–tempat pengajian
ibu-ibu dan bapak-bapak.Oleh sebab itu sudah seharusnya setiap orang harus
terus belajar dari setiap perjalanan hidupnya sampai ajal menjemputnya.Karena
ilmu pengetahuan sangat berguna bagi setiap orang walaupun bagi orang yang
sudah berusia lanjut sekalipun. Dalam islam dikatakan Allah akan mengangkat
orang–orang yang berilmu dan beriman beberapa derajat, itu artinya betapa Allah
menghargai orang yang berilmu karena dengan ilmu pula orang akan lebih mampu
mengenal Allah dan lebih banyak mendekatkan diri padanya dengan ibadah.[15]
C.
Urgensi Life Long Education Dalam Pendidikan Islam
Hakikat manusia menurut al-Qur’an ialah bahwa manusia itu
terdiri dari unsur jasmani, unsur akal dan unsur ruhani. Ketiga unsur tersebut
sama pentingnya untuk di kembangkan. Sehingga konsekuensinya pendidikan harus
di desain untuk mengembangkan jasmani, akal dan ruhani manusia.
Unsur jasmani merupakan salah satu esensi (hakikat) manusia
sebagai mana dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 168 yang artinya
:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang
halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu”.( QS. Al-Baqarah: 168).
Akal adalah salah satu aspek terpenting dalam hakikat
manusia. Akal digunakan untuk berpikir, sehingga hakikat dari manusia itu
sendiri adalah ia mempunyai rasa ingin, mempunyai rasa mampu, dan mempunyai
daya pikir untuk mengetahui apa yang ada di dunia ini. Sedangkan aspek ruhani
manusia di jelaskan dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 29 yang artinya :
“Maka apabila aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud”. (QS. Al-hijr: 29).
Dalam hal ini Muhammad Quthub menyimpulkan bahwa eksistensi
manusia adalah jasmani, akal, dan ruh, yang mana ketiganya menyusun manusia
menjadi satu kesatuan.[16]
Manusia merupakan unsur terpenting dalam usaha pendidikan.
Tanpa tanggapan dan sikap yang jelas tentang manusia pendidikan akan merasa
raba. Bahkan pendidikan itu sendiri itu dalam artinya yang paling asas tidak
lain adalah usaha yang dicurahkan untuk menolong manusia menyingkap dan
menemukan rahasia alam memupuk bakat dan dan mengarahkan kecendrungannya demi
kebaikan diri dan masyarakat. Usaha itu berakhir dengan berlakunya perubahan
yang di kehendaki dari segi sosial dan psikologis serta sikap untuk menempuh
hidup yang lebih berbahagia dan berarti.
Manusia mengalami proses pendidikan terus berlangsung sampai
mendekati waktu ajalnya. Proses pendidikan adalah life long education
yang dilihat dari segi kehidupan masyarakat dapat dikatakan sebagai proses yang
tanpa akhir. Bila dipandang dari segi kemampuan dasar pedagogis, manusia
dipandang sebagai “homo edukadum” mahkluk yang harus dididik, atau bisa
disebut “animal educabil ” mahkluk sebangsa binatang yang bisa dididik,
maka jelaslah bahwa manusia itu sendiri tidak dapat terlepas dari potensi
psikologis yang dimiliknya secara individual berbeda dalam abilitas dan
kapabilitasnya, dari kemampuan individual lainnya. Dengan berbedanya kemampuan
untuk dididik itulah fungsi pendidikan pada hakikatnya adalah melakukan seleksi
melalui proses pendidikan atas pribadi manusia.[17]
Dari segi sosial psikologis manusia dalam proses pendidikan
juga dapat dipandang sebagai mahkluk yang sedang tumbuh dan berkembang dalam
proses komunikasi antara individualitasnya dengan orang lain atau lingkungan
sekitar dan proses membawanya kearah pengembangan sosialitas dan moralitasnya.
Sehingga dalam proses tersebut terjadilah suatu pertumbuhan atau perkembangan
secara dealiktis atau secara interaksional antara individualitas dan sosialitas
serta lingkungan sekitarnya sehingga terbentuklah suatu proses biologis,
sosiologis, dan psikologis.
Kemampuan belajar manusia sangat berkaitan dengan kemampuan
manusia untuk mengetahui dan mengenal terhadap obyek-obyek pengamatan melalui
panca indranya.Membahas kemampuan mengetahui dan mengenal tidak dapat terlepas
dari filsafat dalam bidang epistimologi.Karena filsfat ini menunjukkan kepada
kita betapa dan sejauh mana manusia dapat mengetahui dan mengenal obyek-obyek
pengamatan disekitarnya.Apa pengetahuan itu, cara mengetahui, dan memperoleh
pengetahuan serta berbagai jenis pengalaman indrawi.
Panca indera manusia adalah merupakan alat kelengkapan yang
dapat membuka kenyataan alam sebagai sumber pengetahuannya yang memunkinkan
dirinya untuk menemukan hakikat kebenaran yang diajarkan oleh agamanya atau
oleh Tuhannya.Panca indera manusia merupakan pintu gerbang dari pengetahuan
yang makin berkembang.Oleh karena itu Allah mewajibkan panca indera manusia
untuk digunakan menggali pengetahuan.
Dalam hal ini Islam lebih cenderung untuk menegaskan bahwa
perpaduan antara kemampuan jiwa dan kenyataan materi sebagai realita merupakan
sumber proses “mengetahui” manusia yang keduanya merupakan “kebenaran”menurut
ukuran proses hidup manusiawi bukan Ilahi. Kebenaran yang hakiki hanyalah Tuhan
sendiri dan kebenaran hakiki inilah yang menciptakan segala kenyataan alami dan
manusiawi dengan diberi mekanisme hukum-hukumnya sendiri. Bila Ia menghendaki
mekanisme itu bisa di rubah menurut kehendaknya.[18]
D.
Implementasi Life Long Education Dalam Kehidupan Manusia
Pendidikan berlangsung dari masa bayi sampai dengan
pendidikan diri sendiri pada masa manula.Seperti telah dijelaskan terdapat
ciri-ciri khas Pendidikan seumur hidup yang diharapkan menjiwai pendidikan masa
kini dan pada masa mendatang.
Ciri-ciri
yang dimaksud ialah:
1. Pendidikan
seumur hidup menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan
kehidupan nyata diluar sekolah.
2.
Pendidikan seumur hidup menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral
dari proses hidup yang berkesinambungan.
3. Pendidikan
seumur hidup lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi
pendidikan.
4. Pendidikan
seumur hidup menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku
utama didalam proses pendidikan, yang mengarah pada diri sendiri, autodidak
yang aktif kreatif, tekun, bebas, dan bertanggung jawab, tabah, dan tahan
bantingan, dan yang sejalan dengan penciptaan masyarakat gemar belajar.
Disamping ciri-ciri tersebut yang menjadi alasan mengapa
Pendidikan seumur hidup perlu digalakkan adalah:
a. Pada
hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hidup
b. Sekolah
tradisional tidak dapat memberikan bekal kerja yang coraknya semakin tidak
menentu dan cepat berubah
c. Pendidikan
masa balita punya peranan penting sebagai fondasi pembentukan kepribadian dan
bagi aktualisasi diri
d.Sekolah
tradisional mengganggu pemerataan keadilan untuk memperoleh kesempatan
pendidikan.
e. Biaya
penyelenggaraan sekolah sangat mahal
Kesimpulan dari ciri-ciri tersebut dapat dikemukakan bahwa:
Menurunnya posisi penting keluarga sebagai pendidikan, pergeseran peranan
remaja dan orang dewasa, hubungan sosial pekerja dengan pemimpin, meningkatnya
emansipasi wanita dan berubahnya konsepsi pria sebagai pencari nafkan, semuanya
membawa kepada keharusan akan perlunya penyesuaian dari kedua belah pihak dalam
menghadapi kemajuan.
Untuk itu perlu adanya model baru pelayanan yang dapat
membekali semua pihak untuk secara terus menerus menggalang diri guna mengatasi
tantangan zaman. Model pelayanan yang dimaksud adalah Pendidikan seumur hidup,
yaitu sebagaimana yang akan di jelaskan berikut ini:
a.
Kemandirian dalam Belajar
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar
yang berlangsungnya lebih-lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri,
dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Konsep kemandirian dalam belajar
bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai pada
perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan penalaran,
pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami
sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.
b.
Alasan yang Menopang
Serempak dengan perkembangan iptek ada beberapa alasan yang
memperkuat konsep kemandirian dalam belajar sebagai berikut:
1.
Perkembangan iptek semakin pesat.
2.
Penemuan iptek tidak mutlak benar 100 % sifatnya relative.
3.
Para ahli psikologi umumnya sependapat peserta didik mudah memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak.
4.
Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogianya tidak
dilepaskan dari sikap dan penanaman nilai-nilai kedalam peserta didik.[19]
c.
Unsur-Unsur Dalam Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu:
1.
Subyek yang dibimbing.
2.
Orang yang membimbing.
3.
Interaksi antara peserta didik dengan pendidik.
4.
Kearah mana bimbingan ditujukan.
5.
Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan.
6.
Cara yang digunkan dalam bimbingan.
7.
Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung.
d.
Peserta Didik
Ciri khas didik yang perlu difahami oleh pendidik ialah:
1.
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan
insan yang unik
2.
Individu yang sedang berkembang
3.
Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
4.
Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
e.
Pendidik
Yang dimaksud dengan pendidik ialah orang yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik.[20] Peserta
didik mengalami pendidikanya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan ialah Orang tua, guru pemimpin program pembelajaran,
latihan, dan masyarakat.
f.
Interaksi Edukatif antara Peserta Didik dengan Pendidik
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal
balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujian pendidikan.
Pencapai tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi
intensif dengan manipulasikan isi, metode, serta alat-alat pendidikan.
g.
Isi Pendidikan
Didalam sistem pendidikan persekolahan, materi dalam
kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapai tujuan. Materi ini
meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi ni bersifat nasional yang
mengandung misi penendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal
misinya adalah mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi
lingkungan.Dengan demikian dan semangat Bhineka Tunggal Ika dapt ditumbuh
kembangkan.
h.
Konteks yang Mempengaruhi Pendidikan
1. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang
dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujian pendidikan.
Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif dan kuratif:
a.
Yang bersifat preventif yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang
tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga
hukuman.
b.
Yang bersifat kuratif yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya ajakan,
contoh, nasehat, dorongan, pemberian, kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan
juga hukuman.[21]
Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a.
Kesesuaiannnya dengan tujuan yang ingin dicapai
b.
Kesesuaiannya dengan peserta didik
c.
Kesesuaiannya dengan pendidik sebagai sipemakai
d.
Kesesuaiannya dengan situasi dan kondisi saat digunakan dengan alat tersebut
BAB III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian diatas kita dapat menarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
pendidikan.
2. Dalam ajaran Islam kita dianjurkan
untuk menuntut ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat dan tidak mengenal batas
waktu dan usia.
3. Dasar konsep pendidikan seumur hidup
( Life long Education) adalah
manifestasi dari ajaran islam tentang anjuran menuntut ilmu dari ayunan sampai
ke liang lahat.
4. Salah satu tujuan pendidikan islam
yang paling penting adalah beribadah kepada Allah demi mendapat kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
5. Pendidikan seumur hidup ( Life Long Education) dapat berlangsung
kapan saja dan dimana saja tanpa mengenal ruang dan waktu.
B.
Saran
Setelah mengkaji tentang konsep pendidikan seumur hidup ( Life Long Education) penulis ingin
menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hendaknya kita memahami lebih luas
makna dari pendidikan seumur hidup.
2. Hendaknya kita dapat mengaplikasikan
makna dari life long education dalam kehidupan kita sehari- hari.
3. Kita
tidak boleh menganggap orang- orang yang tidak menuntut ilmu di lembaga
formal sebagai orang yang tidak berpendidikan karena sebenarnya mereka juga
belajar dari lingkungan disekitarnya.
4. Semoga kita dapat memahami dan
memberikan pemahaman tentang makna pendidikan seumur hidup kepada orang- orang
disekitar kita.
Demikianlah
pembahasan tentang Life long Education,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif dari berbagai
pihak, karena tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.Wallahu A’lam Bisshawab.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Karim Akyawi, At-Tarbiyah wa At-Ta’lim Fi Madrasatil Muhammadiyah, Metode
Nabi dalam Mendidik dan Mengajar, Terj. Muhyiddin Mas rida, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2009)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Tuhfatul
Maudud Bi Akmamil Maulud: Bingkisan Kasih Untuk si Buah Hati, terjemahan Abu Umar Basyir
al-Maedani,(Solo:
Pustaka Arafah, 2006)
M.
Nasir Budiman, Pendidikan Dalam Perfektif Al-qur’an, (Jakarta: Madani
Press, 2001)
Abdul
Rahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat,
Cet VI, (Jakarta: GIP, 2001)
Uyoh
Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008)
Imam
Abi al Husain Muslim bin al Hajjaaj al Qusairy al Naisabury, Shahih Muslim.
Hasyim
Umar, Cara Mendidik Anak Dalam Islam, (Surabaya: Bina Ilmu. 2003)
Said
Muhammad maulawy, Mendidik Generasi Islami, (Jogyakarta: Izzan Press,
2002)
M.Nipan
Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2001)
Abdul
Karim bakkar, 75 Langkah Cemerlang Melahirkan Anak Unggul, (Jakarta:
Robbani Press, 2004).
Muhammad
Syarif Ash-Shawwaf, Tarbiyyah Al-Abna’ Wa Al-Murahiqin Min Manzhar
Asy-Syariah Al-Islamiyyah, Kiat-Kiat efektif Mendidik Anak dan Remaja,
Terj. Ujang Tatang Wahyuddin, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2003).
Imam
An-Nasai, Sunan An-Nasai, Juz IV, ( Mesir:Darul Wahaby Asy-Sya’bi,t.t ).
Hasbullah,
Dasar-Dasar ilmu Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009).
Muhammad
Ali Murshafi, Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti, (Solo: Ziyad Visi
Media, 2009).
Muhammad
Quthub, Sistem Pendidik Islam, (Bandung: Al-Maarif, 2004).
Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung: Ramaja Rosdakarya,
2008).
Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu pendidikan. (Jakarta: Rineka cipta,
2001).
hjjj
Hasil refleksi
makalah
Life long education dapat juga disebut bahwa life long
learning yaitu belajar terus menerus, pendidikan manusia seutuhnya, belajar
yang sering tanpa disadari artinya tidak mengenal batas waktu, tidak memandang
batas usia, tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Pendidikan
sepanjang hayat bukan suatu sistem pendidikan yang berstruktur, melainkan suatu
prinsip yang menjadi dasar yang menjiwai seluruh organisasi sistem pendidikan
yang ada. Pendidikan sepanjang hayat bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan
itu tidak identik dengan persekolahan, pendidikan sepanjang hayat merupakan
suatu proses bersinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan
pendidikan adalah untuk membuat persiapan yang berguna di akhirat nanti.
Sepanjang hidup manusia merupakan proses penyiapan diri untuk kehidupan
di akhirat. Dunia ini adalah buku yang paling besar dan paling lengkap
yang tidak akan habis dikaji untuk dipahami dan diambil manfaatnya sepanjang
hayat.
Karakteristik Islam dalam Memperdalam Ilmu diantaranya: Pertama,
Lengkap artinya dalam surat Ibrahim ayat 24-25 “Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Ayat tersebut menjelaskan perumpamaan kepribadia manusia yang akan dibentuk. Diharapkan
memiliki kepribadian yang kokoh, tahan banting dan berguna bagi orang lain.
Fisik, hati, dan akal tumbuh secara seimbang dan berkembang baik. Kedua,
Step by step artinya belajar memerlukan proses setahap demi setahap seperti
yang termasuk dalam surat Az-zumar ayat 6 “Dia menjadikan kamu dalam
perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat)
demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada
Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”. Ketiga, Continue
(Istimrarriyah). Keempat, Penuh kesungguhan (Jiddiyah) Dalam mencari
ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan jangan setengah-setengah agar mendapatkan
berkah dari Allah SWT. Kelima, Adanya dukungan baik dari orang tua,
masyarakat serta lingkungan. Keenam, Biaya yang mencukupi. Dan ketujuh,
memiliki waktu yang panjang.
[1]. Imam
Abi al Husain Muslim bin al Hajjaaj al Qusairy al Naisabury, Shahih Muslim,
Juz II, (Bairut: Dar al Kutub al Ilmiyyah, t.t.), hal. 458.
[2]. Abdul
Karim Akyawi, At-Tarbiyah wa At-Ta’lim Fi Madrasatil Muhammadiyah, Metode
Nabi dalam Mendidik dan Mengajar, Terj. Muhyiddin Mas rida, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2009), hal. 44.
[3]. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Tuhfatul Maudud Bi Akmamil
Maulud: Bingkisan Kasih Untuk si Buah Hati, terjemahan Abu Umar Basyir
al-Maedani,(Solo:
Pustaka Arafah, 2006).
[4]. M.
Nasir Budiman, Pendidikan Dalam Perfektif Al-qur’an, (Jakarta: Madani
Press, 2001), hal. 11.
[5].Abdul
Rahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat,
Cet VI, (Jakarta: GIP, 2001), hal 117.
[8]Said Muhammad maulawy, Mendidik Generasi Islami,
(Jogyakarta: Izzan Press, 2002), hal. 122.
[9]Sudirman, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2004), hal. 144.
[11]. Abdul Karim bakkar, 75 Langkah
Cemerlang Melahirkan Anak Unggul, (Jakarta: Robbani Press, 2004), hal. 50.
[12]. Muhammad
Syarif Ash-Shawwaf, Tarbiyyah Al-Abna’ Wa Al-Murahiqin Min Manzhar
Asy-Syariah Al-Islamiyyah, Kiat-Kiat efektif Mendidik Anak dan Remaja,
Terj. Ujang Tatang Wahyuddin, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2003), hal. 76.
[15]. Muhammad Ali Murshafi, Mendidik
Anak Agar Cerdas dan Berbakti, (Solo: Ziyad Visi Media, 2009), hal. 133.
[17]. Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hal. 27.
[20]Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu
pendidikan. (Jakarta: Rineka cipta, 2001), hal. 96.
Komentar
Posting Komentar