IMPELEMENTASI MODEL PAIKEM PADA MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI SEKOLAH DASAR
MATERI DIKLAT IMPELEMENTASI KURIKULUM 2013
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (GPAI)
TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD)
DI ASRAMA HAJI PALEMBANG
OLEH :
AGUS SUSANTO, M.Pd.I
(KETUA KKG PAI SD KABUPATEN BANYUASIN)
KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN BANYUASIN
2015
KATA PENGANTAR
الحمد لله الذي أرسل المرسلين كافة للناس مبشرين ومنذرين ، أشهد أن لااله الا لله ولا نعبد الا اياه مخلصين له الدين، واشهد ان محمد رسول لله لا نبي بعده، اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه ومن تبعه باحسان الى يوم الدين، اما بعد.
Al-Hamdulillah (segala fuji bagi Allah), dengan kalimat hamdalah tersebutlah sepantasnya Penulis lafalkan sebagai wujud rasa tasyakur atas selesainya makalah ini. Sholawat dan salam semoga selalu kita ucapkan dan hadiyahkan kepada Nabi Akhiruz zaman yaitu Saidinah Muhammad SAW yang berupakan suri tauladan bagi umatnya.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan makalah Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) untuk Program Pendidikan dan Latihan Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar inijauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Penulis, sehingga terselesaikannya buku ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini Penyusun menyampaikan terima kasih banyak kepada :
1. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuasin.
2. Pengawas Guru PAI Kab. Banyuasin yang telah memberikan motivasi dan pengarahan.
3. Istriku tercinta Hanif Yuliana Purbasari,S.Pd.I serta Ananda Agif Azhrof Al-Ghifary, Riyadhurrizqi Al-Fatih dan Aqilah Raudha Nizhama yang telah mendampingi dengan setia.
4. Panitia Diklat dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu secara keseluruhan.
Atas semua budi baik mereka Penulis banyak panjatkan doa semoga Allah SWT memberikan imbalan dan balasan dengan pahala yang berlipat ganda.
Akhirnya Penulis berharap kritik dan saran para peserta diklat, meskipun penulis seorang praktisi pendidik, tetapi tetap saja makalah ini belum sempurna.
Banyuasin, 1 Oktober 2015
Penyusun
Agus Susanto, M.Pd.I
NIP. 198208192005011001
PENDAHULUAN
D
|
asar pelaksanaan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan tertuang pada Undang-Undang RI. Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN). Pasal 1, ayat 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Adapun pasal 40 ayat 2 menyatakan bahwa “Pendidik dan tenaga pendidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis”. Selain itu pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisfasi aktif, serta member ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan spikologis pessertadidik.” Dan di dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 yang diperbaharui Permendikbud N0. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah secara tegas menekankan bahwa proses pembelajaran harus menggunakan metode-metode pembelajaran PAIKEM dengan pendekatan scientific.
Dalam kenyataan di sekolah-sekolah sering kali dijumpai guru sendiri yang aktif (Teacher Centered)sedangkan siswa tidak didorong atau tidak diberi kesempatan untuk beraktifitas. Guru masih cendrung menggunakan metode konvensional walaupun terkadang guru tersebut sudah mengetahui motode-metode baru, namun dengan berbagai alasan guru masih tetap melaksanakan tugas hanya sekedar menunaikan kewajiban.
Seharusnya guru dapat mendorong siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, guru sepatutnya menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi yang membuat siswa melakukan berbagai kegiatan seperti membaca, melihat gambar (ilustrasi), menulis, berdiskusi, menyampaikan pikiran, beradu argumentasi, mempraktekan suatu ketrampilan, dan tidak memposisikan siswa sebagai pihak yang pasif, yang hanya dimita untuk mendengarkan ceramah gurunya.
Makalah ini diharapkan dapat membantu para guru Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan model PAIKEM sebagai desain kegiatan pembelajaran yang efektif, melalui pemilihan pendekatan yang tepat, penerapan metode yang aktif sesuai dengan materi pelajaran dan tehnik yang membuat siswa bergairah.
PEMBAHASAN
M
|
akalah Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) ini mengenalkan kepada guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum tentang konsep dasar pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred) dan bagaimana menerapkan metode-metode pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran dengan cara praktek langsung.
Makalah ini berisi: Pertama, pengertian PAIKEM, Kedua membahas metode pembelajaran aktif information search, card sort, the power of two, snow balling, dan poster comment, kegiatan belajar kedua membahas metode pembelajaran aktif snow balling, team quiz, index card match, every one is a teacher here, dan role play kegiatan belajar tiga membahas metode pembelajaran aktif, jigsaw learning, poster session, billboard ranking, critical incident, debat aktif. Ketiga : Implementasi Model PAIKEM pada pembelajaran PAI SD.
PENGERTIAN MODEL PAIKEM
Namun sebelum menjelaskan pengertian Model PAIKEM, terlebih dahulu dijelaskan perbedaan model,pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik pembelajaran, Secara visualisasi perbedaannya dapat dimengerti sebagai berikut :

Berdasarkan gambar di atas, maka perbedaan pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik pembelajaran dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Model Pembelajaran
|
Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan tehnik pembelajaran.
|
Pendekatan Pembelajaran
|
Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
|
Metode Pembelajaran
|
Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
|
Tehnik Pembelajaran
|
Cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
|
Taktik Pembelajaran
|
Gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
|
Maka model PAIKEM, temasuk model pembelajaran aktif :
Berdasarkan Peta Konsep tersebut, maka di makalah ini hanya dibatas pada pembahasan model PAIKEM. Pengertian PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (Saminanto, 2014, hlm. 2-3). Penjelasannya sebagai berikut:
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru PAI harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk mengamati, menanyakan, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan (pendekatanscientific). Siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru PAI tentang pengetahuan dan informasi.
Kreatif yang dimaksud bahwa dalam proses pembelajaran GPAI harus mampu menciptakan kegiatan yang beragam serta mampu membuat alat bantu/media belajar yang sederhana yang dapat memudahkan pemahaman siswa.
Efektif yang dimkasud selama pembelajaran berlangsung mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran yang tertuang pada KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4 sehingga aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dapat tercapai dengan efektif.
Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan nyaman, sehingga siswa selaku subjek belajar tidak merasa takut dan tertekan serta berani mencoba.
Berdasarkan penjelasan tersebut diharapkan Guru PAI memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakannya dengan menggunakan model PAIKEM. Oleh sebab itu, guru GPAI harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Penerapkan model PAIKEM menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar. Guru PAI berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sehingga me-mungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru PAI dituntut mampu mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu:
a. Melibatkan Siswa Secara Aktif
b. Menarik Minat dan Perhatian Siswa
c. Membangkitkan Motivasi Siswa
d. Memperhatikan Perbedaan Individualitas
e. Menggunakan Alat Peraga dalam Pengajaran
Mengingat keragaman budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik siswa, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dituntut harus fleksibel, menggunakan metode yang bervariasi, dan memenuhi standar mutu pendidikan. Dengan demikian, proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Untuk itu dibawah ini dijelaskan konsep pembelajaran aktif dan metode pembelajaran aktif.
Apa Itu Pembelajaran Aktif?
Belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh siswa dengan jelas mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep-konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki. Jadi belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman oleh si pembelajar terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran, (pengetahuan yang dimiliki), dan perasaan.
Mengajar adalah berperan serta dengan si pembelajar dalam membangun makna dengan cara mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, dan melakukan pembenaran atau justifikasi.
Aktif berarti “mampu beraksi dan bereaksi.” Dalam hal ini aktif diartikan bahwa para siswa aktif secara mental (berpikir dan belajar untuk dirinya sendiri), secara fisik (dengan menggunakan tangan, indera, serta material belajar lainnya), dan juga aktif berinteraksi satu sama lainnya dalam kelompok dan pasangan.
Belajar Aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran.
Pembelajaran aktif berlaku bagi siapa saja, baik yang berpengalaman maupun pemula, yang mengajarkan informasi, konsep, dan keterampilan teknis maupun non teknis.
Melalui belajar aktif, siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial dan fenomena alam di sekitarnya dengan lebih bermakna (meaningfull). Hal ini memungkinkan mereka untuk merefleksikan, merekayasa ulang dalam upaya mengembangkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya untuk menghasilkan hal yang baru.
Oleh karena itu, belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosofis kenamaan dari Cina, Konfusius yang mengatakan bahwa:
Apa yang saya dengar, saya lupa,
Apa yang saya lihat, saya ingat, dan
Apa yang saya lakukan, saya paham.
|

Pembelajaran aktif menjadi salah satu alternatif yang dapat membantu siswa untuk mendengar, melihat, dan mendiskusikan, melakukan pemecahan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, bahkan sampai melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mata pelajaran PAI sehingga pada akhirnya siswa mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung pada mata pelajaran tersebut.
Prinsip Pembelajaran Aktif
Prinsip Pembelajaran Aktif
|
Ciri-ciri Pokok
|
Interaktif
|
· Dialog antarsiswa
· Dialog antar siswa dengan pendidik
· Penggunaan aneka media dan sumber belajar
|
Inspiratif
|
· Memancing rasa ingin tahu siswa
· Menimbulkan banyak pertanyaan siswa
· Memancing munculnya ide siswa yang baru
|
Menyenangkan
|
· Suasana hangat dalam kelas
· Betah belajar
· Suasana yang lebih informal
|
Menantang
|
· Mendorong kompetensi antar siswa
· Mengundang siswa untuk terlibat penuh
· Membangkitkan gairah belajar siswa
|
Memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
|
· Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif memberi pendapat
· Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif berbuat
· Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif mencari sumber
|
Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa
|
· Terbuka peluang mencari sendiri
· Terbuka peluang melakukan sendiri
· Terbuka peluang membangun kerjasama dengan siswa lain
|
Memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas
|
· Terbuka peluang mencari model baru yang dibuat sendiri
· Terbuka peluang melakukan kegiatan dengan cara sendiri
· Terbuka peluang membangun kerjasama baru dengan siswa lain
|
Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan bakat
|
· Terbuka peluang mencari sesuai bakat sendiri
· Terbuka peluang melakukan sesuai bakat sendiri
· Terbuka peluang membangun kerjasama dengan siswa lain yang memiliki kesamaan bakat
|
Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan minat
|
· Terbuka peluang mencari sesuai dengan minat sendiri
· Terbuka peluang melakukan kegiatan sesuai dengan minat sendiri
· Terbuka peluang membangun kerjasama dengan siswa lain yang memiliki kesamaan minat
|
Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan perkembangan fisik
|
· Terbuka peluang untuk mandiri sesuai dengan kemampuan fisik sendiri
· Terbuka peluang melakukan kegiatan dengan kemampuan fisik sendiri
· Terbuka peluang membangun kerjasama dengan siswa lain yang memiliki kesamaan fisik
|
Memberikan ruang yang cukup bagi kemandirian sesuai dengan perkembangan psikologis
|
· Terbuka peluang untuk mandiri sesuai dengan cara berpikir sendiri
· Terbuka peluang melakukan kegiatan dengan kemampuan berpikir sendiri
· Terbuka peluang membangun kerjasama dengan siswa lain yang memiliki kesamaan cara berpikir
|
Pendidik yang memberikan keteladanan
|
· Datang tepat waktu
· Berpenampilan rapi
· Berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
· Demokatis
· Peduli orang lain
· Peduli kualitas
|
Sekurang-kurangnya ada empat prinsip atau komponen pembelajaran Aktif, yaitu:
a. Mengalami: dalam hal ini peserta didik mengalami secara langsung dengan memanfaatkan banyak indera. Bentuk konkretnya adalah peserta didik melakukan: pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara. Jadi, peserta didik belajar banyak melalui berbuat.
b. Interaksi: dalam hal ini interaksi antara peserta didik itu sendiri maupun dengan guru baik melalui diskusi/tanya jawab maupun melalui metode lain (misalnya, bermain peran) harus selalu ada dan terjaga karena dengan interaksi inilah pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik.
c. Komunikasi: dalam hal ini komunikasi perlu diupayakan. Komunikasi adalah cara kita menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi tidak cukup jika tidak terjadi komunikasi. Bahkan interaksi menjadi lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif.
d. Refleksi: merupakan hal penting lainnya agar pembelajaran itu bermakna. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya refleksi dari si peserta didik ketika mereka mempelajari sesuatu. Refleksi di sini maksudnya adalah memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan atau yang sudah dipelajarinya. Dengan refleksi kita bisa menilai efektif atau tidaknya pembelajaran. Jangan-jangan setelah direfleksi ternyata pembelajaran kita yang menyenangkan, namun tingkat penguasaan substansi atau materi masih rendah atau belum tercapai sesuai yang kita harapkan.
Karakteristik Pembelajaran Aktif
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah,
c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi kuliah,
d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,
e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap mahasiswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.
Kelebihan pembelajaran aktif
Beberapa kelebihan dari pembelajaran aktif, adalah:
a. Proses belajar mengajar menjadi proses yang menyenangkan (learning is fun). Karena siswa terlibat dan berperan aktif di dalam proses itu.
Pengetahuan yang mereka peroleh, mereka konstruksi sendiri melalui pengalaman belajar bukan melalui transfer dari guru kepada siswa. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna (meaningfull).
b. Model pembelajaran aktif (partisipatoris) sangat sesuai dengan berbagai gaya belajar. Pada umumnya gayabelajar yang dimiliki siswa tiga macam yaitu Visual, Auditorial dan Kinestetik.
1. Visual, gaya belajar ini sangat mengandalkan indera penglihatan. Mereka sangat mudah mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Seseorang yang sangat visual mempunyai ciri-ciri:
a) Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan;
b) Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan;
c) Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail: mengingat apa yang dilihat
2. Auditorial adalah gaya belajar ini sangat mengandalkan indera pendengaran. Mereka sangat mudah mengakses segala jenis bunyi dan kata, seperti musik, nada dan irama. Ciri-ciri seseorang yang Auditorial adalah:
a) Perhatiannya mudah terpecah;
b) Berbicara dengan pola berirama;
c) Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/ berbicara saat membaca;
d) Berdialog secara internal dan eksternal.
3. Kinestetik, adalah gaya belajar ini mampu mengakses segala jenis gerak dan emosi-diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi irama, tanggapan emosional dan kenyamanan fisik sangat menonjol di sini. Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik adalah sebagai berikut:
a) Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak;
b) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik
c) Mengingat sambil berjalan dan melihat
Aspek Sosial Belajar. Di dalam proses pembelajaran, siswa terlibat dan berpartisipasi aktif seperti berdiskusi dalam kelompok kecil, mempresentasikan hasil diskusi, menanggapi pertanyaan teman, membuat rangkuman baik secara individu maupun kelompok. Hal ini akan dapat membuat siswa merasa senang dan merasa memiliki dan dimiliki sesama anggota kelompok. Secara berproses hal ini akan memupuk rasa percaya diri siswa. Di samping itu adanya interaksi siswa di dalam diskusi atau kerja kelompok, akan menjadikannya memiliki keterampilan sosial dan keterampilan berkomunikasi (CTLD:2008)
Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas (1972) menunjukkan bahwa setelah 10 menit dalam proses pembelajaran, siswa cenderung akan kehilangan konsentrasinya untuk mendengar kuliah yang diberikan oleh pengajar secara pasif. Hal ini tentu saja akan makin membuat pembelajaran tidak efektif jika kuliah terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya untuk memperbaikinya. Dengan menggunakan cara-cara pembelajaran aktif hal tersebut dapat dihindari. Pemindahan peran pada siswa untuk aktif belajar dapat mengurangi kebosanan ini bahkan bisa menimbulkan minat belajar yang besar pada mahasiswa. Pada akhirnya hal ini akan membuat proses pembelajaran mencapai learning outcomes yang diinginkan.
PENERAPAN METODE-METODE AKTIF DALAM MATA PELAJARAN PAI SD
Penerapan Pembelajaran PAI
Pendidikan sering dipraktekkan sebagai pengajaran yang bersifat verbalistik. Maka yang terjadi dalam sistem persekolahan formal hanyalah dikte, diktat, dan hafalan. Pengembangan dara kreasi, inovasi, pembentukan kepribadian, penanaman nilai, dan cara berfikir kritis hampir tidak ditemukan dalam sistem pendidikan kita. Kalau kenyataanya demikian, berarti siswa hanya mampu menjadi penerima informasi, belum menunjukkan bukti telah menghayati nilai-nilai Islam yang diajarkan. Pendidikan Agama Islam seharusnya bukanlah hanya menghafal dalil-dalil naqli atau beberapa syarat rukun ibadah syar’iyah, namun merupakan upaya, proses dan usaha mendidik siswa untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Islam. Bahkan seharusnya lebih dari itu yaitu kepekaan akan amaliah ajaran amar ma;ruf nahi munkar. Untuk mencapai hal tersebut Model PAIKEM sangat tepat digunakan guru PAI dalam proses belajar mengajar di kelas. Adapun metode-metode aktif yang bisa dikombinasikan dengan metode konvensioal sebagai berikut:
Information Search (Metode Mencari Informasi)
Metode ini dapat diterapkan pada materi-materi PAI yang padat, monoton dan membosankan. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti koran, majalah dan sebagainya, misal materi zakat kelas VI dll. Metode ini memiliki prosedur penerapan sebagai berikut:
1. Fasilitator/Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok kecil (bisa juga tidak membagi kelompok)
2. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam teks
3. Fasilitator/Guru membagikan handout atau bahan bacaan yang telah ditentukan
4. Berikan pertanyaan yang telah dibuat kepada peserta/siswa
5. Mintalah peserta/siswa untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang anda buat di dalam handoutyang dibagikan atau bahan bacaan yang ditentukan
6. Ulang kembali semua jawaban dari peserta/siswa dan mengembangkan jawaban tersebut untuk menambah informasi peserta/siswa, sehingga jawaban yang didapat semakin jelas.
Ada beberapa perlengkapan yanng harus disiapkan guru PAI sebelum pelaksanaan pembelajaran, di antaranya adalah :
a. Bahan-bahan sumber informasi, seperti handout, buku teks, dokumen, koran, majalah dan lain-lain.
b. Sejumlah pertanyaan yang terkait dengan materi.
Card Sort (Mensortir Kartu)
Metode ini mendorong kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif (kerjasama). Metode ini bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, dan fakta tentang objek atau mereview materi yang telah dibahas pada pembelajaran sebelumnya. Dominasi gerakan fisik dalam penerapan metode ini dapat membantu menghidupkan suasana kelas. Langkah-langkah penerapan metode ini adalah:
1. Bagi kelas ke dalam beberapa kelompok
2. Bagikan kertas plano yang telah diberi tulisan kata kunci atau informasi tertentu atau kategori tertentu secara acak kepada setiap kelompok Pada tempat yang terpisah, letakkan kartu warna-warni yang berisi jawaban/informasi yang tepat untuk masing-masing kata kunci. buatlah kartu-kartu itu tercampur aduk.
3. Mintalah setiap kelompok mencari kartu yang cocok dengan kata kunci tersebut. Jelaskan kepada setiap kelompok bahwa kegiatan ini merupakan latihan pencocokan.
4. Setelah mereka menemukan kartu yang cocok, mintalah mereka menempelkan ke lembar kata kunci sehingga menjadi sebuah informasi.
Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru GPAI sebelum pelaksanaan pembelajaran, di antaranya adalah :
a. Potongan kertas karton berbentuk kartu berukuran + 10 cm x 15 sebanyak jumlah siswa di kelas.
b. Alat rekat (solasi/lakban kertas).
The Power of Two (Kekuatan Berdua)
Metode ini digunakan untuk mendorong siswa memiliki kepekaan terhadap pentingnya bekerja sama. Filosofi metode ini adalah “Berfikir berdua lebih baik dari pada berfikir sendiri”.
Metode ini memiliki prosedur penerapan sebagai berikut:
1. Ajukan satu atau lebih pertanyaan
2. Mintalah siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual;
3. Setelah semua menjawab, mintalah kembali kepada siswa untuk berpasangan dan saling bertukar jawaban dan membahas secara bersama-sama dengan pasangannya
4. Mintalah setiap pasangan tersebut untuk membuat jawaban baru hasil pembahasan dan diskusi dengan pasangannya
5. Ketika semua pasangan telah merumuskan jawaban baru, maka bandingkan jawaban tersebut dengan jawaban pasangan lain di kelas tersebut.
6. Di akhir metode ini penting bagi guru untuk menyimpulkan seluruh proses.
Pelaksanaan metode ini tidak banyak perlengkapan yang harus disediakan, cukup pena dan buku tulis yang siswa miliki.
Snowballing (Bola Salju 1-2-4-8-16- dst)
Metode ini diawali dengan melakukan aktivitas baik itu kegiatan mengamati maupun membaca yang dilakukan secara individu. Kegiatan perorangan ini kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok kecil yang terdiri dari dua orang berkembang menjadi empat orang, delapan orang, enam belas orang, dan seterusnya hingga berakhir pada pembagian dua kelompok besar dalam satu kelas. Metode ini memiliki prosedur penerapan sebagai berikut:
1. Kemukakan sebuah masalah
2. Mintalah setiap siswa untuk berpendapat
3. Setelah semua menjawab, minta kembali kepada siswa untuk berpasangan (setiap pasangan terdiri atas 2 orang). Satu sama lain saling bertukar jawaban dan membahasnya.
4. Apabila setiap pasangan selesai membahas, mintalah tiap-tiap pasangan itu untuk mendiskusikannya dengan pasangan yang lain. Demikian seterusnya sampai terbentuk 2 kelompok besar dalam satu kelas
5. Setelah terbentuk 2 kelompok besar, mintalah kepada kedua kelompok itu untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru diantaranya adalah :
a. Kertas plano minimal 2 lembar, yakni untuk 2 kelompok besar
b. Spidol besar buah
c. Alat rekat (solasi/lakban kertas)
Poster Comment
Metode ini bertujuan untuk menstumulasi dan meningkatkan kreatifitas dan mendorong penghayatan siswa terhadap suatu permasalahan. Dalam metode ini siswa didorong untuk bisa mengungkapkan pendapatnya secara lisan tentang gambar atau poster. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut :
1. Pilihlah sebuah gambar atau poster yang ada kaitannya dengan topik bahasan yang akan dibahas.
2. Mintalah siswa untuk mengamati terlebih dahulu gambar atau poster tersebut.
3. Mintalah mereka untuk berdiskusi secara berkelompok, kemudian mereka diminta memberikan komentar atau pendapat tentang gambar atau poster tersebut.
4. Siswa diminta untuk memberikan solusi atau rekomendasi berkaitan dengan gambar atau poster tersebut.
Gambar yang dipilih hendaknya juga memiliki prinsip kesederhanaan, keterpaduan, dan yang paling penting terkait dengan materi yang dipelajari. Adapun Perlengkapan yang harus disiapkan :
a. Sebuah poster atau sejumlah kelompok.
b. Poster-poster tersebut sesuai dengan topik yang akan dibahas.
c. Solasi/lakban plastik
Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)
Metode ini dimaksudkan untuk membangun kerja sama individu dalam kelompok, kemampuan analitis dan kepekaan sosial serta tanggung jawab individu dalam kelompok. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:
1. Bagilah peserta pelatihan ke dalam kelompok-kelompok kecil.
2. Berikanlah bacaan untuk masing-masing kelompok
3. Minta mereka untuk mendiskusikan bacaan
4. Dari tiap kelompok, mintalah mereka untuk menunjuk juru bicara
5. Minta para juru bicara kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
6. Mintalah kelompok lain untuk bertanya atau menanggapi.
7. Pelatih memberikan rangkuman atau penguatan-penguatan materi.
Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru sebelum metode ini dimulai, diantaranya adalah :
a. Kertas plano minimal sebanyak kelompok yang akan dibentuk
b. Spidol besar 1 – 2 buah (dianjurkan berwarna) untuk masing-masing kelompok.
c. Alat rekat (solasi/lakban kertas)
Team Quiz
Metode ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanggung jawab siswa terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:
1. Pilihlah topik yangn dapat dipresentasikan dalam tiga bagian.
2. Bagilah siswa menjadi 3 kelompok
3. Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah presentasi. Batasi presentasi sampai 10 menit atau kurang.
4. Minta kelompok A menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini tidak membutuhkan waktu lebih dari 5 menit untuk persiapan. Kelompok B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka.
5. Kelompok A bertanya anggota kelompok B, jika kelompok B tidak bisa menjawab, kelompok C diberi kesempatan untuk menjawabnya.
6. Kelompok A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada kelompok C, dan ulangi prosesnya.
7. Ketika kuis selesai, lanjutkan dengan bagian kedua pelajaran anda, dan tunjuklah kelompok B sebagai pemimpin kuis.
8. Setelah kelompok B menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan bagian ketiga dan tentukan kelompok C sebagai pemimpin kuis.
Pada metode ini tidak banyak perlengkapan yang harus disediakan, cukup pena dan buku tulis yang siswa miliki.
Index Card Match
Metode ini merupakan cara yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa saat ingin meninjau ulang materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:
1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas.
2. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada pertengahan bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
4. Pada separoh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
5. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
6. Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yanng dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan mendapatkan soal dan separohnya yang lain akan mendapatkan jawaban.
7. Mintalah siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, mintalah mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8. Setelah siswa menentukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
9. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Adapun Perlengkapan yang harus disiapkan :
a. Potongan kertas sebanyak jumlah siswa.
b. Potongan-potongan kertas di atas di bagi 2, bagian pertama tertulis pertanyaan, dan bagian yang lain tertulis jawaban.
Every One is a Teacher Here
Metode ini bertujuan untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggungjawaban individu. Metode ini memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi “siswa lain”. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:
1. Bagikan kartu/ selembar kertas kepada setiap siswa. Mintalah mereka untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi belajar yang tengah dipelajari di kelas (misalnya, tugas membaca) atau topik khusus yang ingin mereka diskusikan di kelas
2. Setelah mereka selesai menuliskan pertanyaan, kumpulkan kartu atau kertas tadi, kemudian kocoklah, dan bagikan satu-satu kepada siswa. Perintahkan siswa untuk membaca dalam hati pertanyaan atau topic pada kartu/kertas yang mereka terima dan pikirkan jawabannya.
3. Tunjuklah beberapa siswa untuk membacakan pertanyaan atau topic yang ada di kartu/kertas yang mereka terima dan memberikan jawabannya
4. Setelah memberikan jawaban, mintalah siswa lain untuk member tambahan jawaban atas apa yang telah dikemukakan oleh siswa yang membacakan kartunya itu.
5. Lanjutkan prosedur ini jika waktu memungkinkan.
Pada metode ini tidak banyak perlengkapan yang harus disediakan, cukup pena dan kertas ukuran kartu + 7 x 10 cm sebanyak siswa.
Role Play (Bermain Peran)
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:
1. Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM;
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang;
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan;
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan;
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas;
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum;
10. Evaluasi.
Jigsaw Learning
Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik "pertukaran dari kelompok" (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi pelajaran yang banyak dapat dipelajari dengan disingkat atau "dipotong" dengan ketentuan tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap kali peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian. Prosedur Jigsaw Learning
1. Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Satu bagian dapat disingkat menjadi beberapa alenia atau beberapa halaman. Contoh di antaranya :
a. Materi tentang rukun sholat, syarat sah sholat, syarat wajib sholat dll,
b. Artikel panjang yang dimuat di suatu majalah atau jenis bacaan lain.
2. Hitunglah jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda. Contoh : bayangkan sebuah kelas terdiri atas 12 orang peserta. Anggaplah anda dapat membagi materi pelajaran dalam tiga bagian, kemudian anda dapat membentuk tiga kwartet atau kelompok belajar yang terdiri dari empat orang dengan tugas membaca, berdiskusi, dan mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka.
3. Setelah selesai, bentuklah kelompok "Jigsaw Learning". Setiap kelompok mempunyai seseorang wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas. Setiap anggota masing-masing kwartet menghitung 1,2,3, dan 4. kemudian bentuklah kelompok peserta didik "Jigsaw Learning" dengan jumlah sama. Hasilnya akan terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang (trio). Dalam setiap trio akan ada orang peserta yang mempelajari bagian 1, seorang untuk bagian 2, dan seorang lagi bagian 3
4. Mintalah anggota kelompok "Jigsaw" untuk mengajarkan materi yang telah dipelajari kepada yang lain.
5. Kumpulkan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memberi ulasan dan sisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat.
Variasi
1. Berikan tugas baru, seperti menjawab pertanyaan kelompok tergantung akumulasi pengetahuan anggota kelompok jigsaw.
2. Berikan tanggung jawab kepada peserta didik yang lain guna mempelajari kecakapan daripada informasi kognitif. Mintalah peserta didik mengajari peserta lain kecakapan yang telah mereka pelajari.
Poster Session
Metode presentasi alternatif ini merupakan sebuah cara yang tepat untuk menginformasikan kepada peserta didik secara cepat, menangkap imajinasi mereka, dan mengundang pertukaran ide di antara mereka. Teknik ini juga merupakan sebuah cara cerita dan grafik yang memungkinkan peserta didik mengekspresikan persepsi dan perasaan mereka tentang topik yang sekarang sedang didiskusikan dalam sebuah lingkungan yang tidak menakutkan.
Prosedurnya:
1. Mintalah setiap peserta didik menyeleksi sebuah topik yang dikaitkan dengan topik umum atau yang sedang didiskusikan atau dipelajari.
2. Mintalah peserta didik mempersiapkan gambaran visual konsep mereka pada sebuah poster atau papan pengumuman (Anda tentukan ukurannya). Isi poster tersebut harus jelas, agar pengamat dapat dengan mudah memahami tanpa penjelasan tertulis atau lisan. Akan tetapi, peserta didik boleh saja memilih mempersiapkan satu halaman hand-out untuk mendampingi poster yang menerangkan lebih detil dan menayangkan bacaan lanjut.
3. Selama sesi kelas berlangsung, mintalah peserta didik memasang gambaran presentasi, dan dengan bebas berkeliling di ruangan memandang serta mendiskusikan poster yang lain. Pada mata pelajaran fiqih contohnya, sedang mempelajari makanan dan minuman yang diharamkan. Topik yang diberi mencakup :
a. Jenis-jenis makanan/minuman haram
b. Akibat mengkonsumsi makanan/minuman haram terhadap diri semdiri
c. Akibat mengkonsumsi makanan/minuman haram terhadap orang lain
d. Cara-cara menghindari makanan/minuman haram
Salah satu peserta menggambarkan akibat mengkonsumsi makanan/minuman haram dengan membuat poster yang menunjukkan gambaran berikut:
a. Seseorang yang memiliki badan dengan perut buncit
b. Seseorang sedang meminum minuman beralkohol terlibat pertengkaran
c. Seseorang yang sakit kepala
Di bawah masing-masing gambar di atas ada satu paragraf singkat yang menjelaskan bagaimana dan mengapa seseorang yang mengkonsumsi makanan/minuman haram bisa menunjukkan gejala atau terlibat dalam perkara yang digambarkan dalam poster.
4. Lima belas menit sebelum kelas selesai, berundinglah dengan seluruh kelas dan diskusikan keuntungan ара yang mereka peroleh dari kegiatan ini.
Adapun variasi yang bisa dilakukan:
1. Anda boleh memilih untuk membentuk tim ke dalam 2 atau 3 bentuk daripada membuat tugas individual, terutama jika topiknya terbatas.
2. Lanjutkan sesi gambar dengan diskusi panel dengan menggunakan beberapa peraga sebagai panelis.
Billboard Ranking
Banyak materi belajar tidak mencakup isi yang berupa pernyataan yang benar atau salah. Misalnya pembahasan tentang hikmah-hikmah iman kepada hari kiamat, qodho dan qodar. Uraian tentang hal itu sangat terbuka bagi siapapun untuk menambah atau menguranginya dengan memberikan argumentasi yang tepat. Ketika nilai, opini, ide, dan preferensi menyinggung topik yang sedang Anda ajarkan, aktivitas ini dapat digunakan untuk menstimulasi refleksi dan diskusi.
1. Kelompokkan peserta didik menjadi beberapa grup yang terdiri empat sampai enam peserta.
2. Berilah peserta didik daftar yang sama, misalnya:
· Hikmah-hikmah Iman hari kiamat
· Hikmah-hikmah Iman kepada qodho dan qodar
· Hikmah-hikmah Rasul-Rasul Allah
3. Berilah setiap grup kertas Post-it. Mintalah mereka menulis setiap item di atas daftar di lembaran terpisah.
4. Berikutnya minta setiap grup untuk memilah-milah lembaran-lembaran sehingga point-pont terpenting yang mereka pilih ada di puncak dan sisanya berada urutan pada berikutnya secara berranking.
5. Buatlah "papan pengumuman" di mana setiap grup dapat memamerkan pilihan urutan rangkingnya. (catatan Post-it dapat dipindahkan ke papan tulis, flip chart, atau lembaran kertas yang lebar).
6. Bandingkan dan kontraskan dengan ranking lintas grup yang sekarang dipamerkan secara visual.
Aktivitas ini dapat digunakan untuk menstimulasi refleksi dan diskusi.
Variasi:
1. Usahakan mencapai konsensus seluruh kelas.
2. Perintahkan peserta didik untuk menginterview anggota kelompok yang mempunyai ranking berbeda dari miliknya.
Critical Incident
Metode ini digunakan untuk memulai pembelajaran, dengan tujuan untuk melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Critical incident dapat diartikan sebagai kejadian penting, pengalaman yang membekas dalam ingatan. Belajar dengan menggunakan metode ini bertujuan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan merefleksikan pengalaman mereka.
Langkah-langkahnya:
1. Sampaikan kepada siswa, topic atau materi yang akan dipelajari dalam kegiatan pembelajaran.
2. Beri mereka waktu beberapa menit untuk mengingat-ingat pengalaman penting mereka yang tidak terlupakan yang terkait dengan materi yang akan dipelajari.
3. Tanyakan pengalaman penting apa yang mereka alami baik yang menyenangkan, mengharukan, menyedihkan, dsb.
4. Selanjutnya sampaikan materi pelajaran dengan cara mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa dengan materi tersebut.
Metode ini tepat digunakan untuk materi-materi dalam Pendidikan Agama Islam, baik yang terkait dengan akhlak, akidah, maupun ibadah. Misalnya dalam materi akhlak kepada sesama, guru bisa menyakan pengalaman para siswa yang berkesan dalam pergaulan mereka dengan orang tua, dengan tetangga, atau dengan teman-temannya. Dari pengalaman yang disampaikan oleh siswa guru bisa menjelaskan mana akhlak yang terpuji, dan mana akhlak yang tercela.
Variasi yang bisa dilakukan adalah: Untuk lebih efektif dan memberi kesan kepada siswa, guru merubah posisi duduk menjadi sebuah lingkaran, sehingga terjdi komunikasi interarktif antarasiswa dengan guru dan dengan sesama siswa.
Debat Aktif
Debat dapat menjadi metode yang tepat untuk mendorong pemikiran dan perenungan, terutama kalau siswa diharapkan mampu membela pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Metode ini diharapkan bisa menumbuhkan sikap apresiasi (menghargai) pendapat orang lain yang berbeda. Dengan demikian, dalam realita kehidupan siswa tidak cenderung untuk menjadikan perbedaan-perbedaan sebagai sumber konflik.
Metode ini dapat mengaktifkan seluruh kelas karena siswa dibagi kedalam dua kelompok pro dan kontra, dan setiap anggota kelompok diminta untuk menyiapkan argument untuk membela dan mempertahankan pendapat kelompok.
Langkah-langkahnya
1. Kembangkan sebuah pernyataan yang controversial yang berkaitan dengan pembelajaran (contohnya: bolehkah perempuan boleh menjadi kepala negara? Atau apakah pemerintahan yang berbentuk kerajaan sesuai dengan ajaran Islam?)
2. Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu tim menjadi kelompok yang “pro”, dan tim lain menjadi kelompok yang “kontra”.
3. Untuk menjamin keterlibatan semua anggota kelompok, masing-masing kelompok dibagi kedalam dua atau tiga atau empat sub kelompok d tugas untuk menyiapkan argument-argumen (misalnya menyiapkan dalil, menyiapkan bantahan terhadap argument lawan dsb.). Kemudian setiap sub kelompok menunjuk juru bicara.
4. Siapkan dua sampai empat kursi (tergantung jumlah sub kelompok) bagi bagi para juru bicara dari kedua kelompok. Siswa yang lain duduk di belakang para juru bicara.
5. Mulailah debat dengan mempersilakan para juru bicara dari kedua kelompok untuk mempresentasikan pandangan mereka sebagai argument pembuka.
6. Kemudian lanjutkan debat dengan memberi kesempatan kepada kelompok lawan untuk mengcounter argumen pembuka dari kelompok lawan. Pada saat debat berlangsung, para siswa yang lain diminta untuk membuat catatan berupa usulan argument atau bantahan.
7. Pada saat yang tepat, guru mengakhiri perdebatan. Guru tidak perlu menentukan kelompok mana yang memenangkan debat, karena diharapkan dari metode ini tumbuh rasa saling menghormati pendapat orang lain sekalipun berbeda.
CONTOH IMPLEMENTASI MODEL PAIKEM (METODE INDECH CARD MATCH) MATA MATERI ASMAUL HUSNA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
Metode yang digunakan adalah Indech Card Match (mencari kartu pasangan) yaitu metode pembelajaran yang membantu siswa dalam mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif serta menjadikan pembelajaran yang tidak terlupakan (Silberman, 2004, hlm. 179).
Maka sebelum mengajar GPAI harus menyiapkan papan temple/karton, tayangan/tulisan kata Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik dan As-Shomad beserta arti.
Pada kegiatan proses belajar mengajar GPAI harus menggunakan metode Indech Card Matchdengan pendekatan Scientific, Penjelasannya sebagai berikut :
1. Mengamati
Siswa mengamati dan mencermati slide gambar Tulisan Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik dan As-Shomad beserta arti, desain tulisan atau gambar bisa menimbulkan pertanyaan siswa, seperti mewarnai, atau mengilangan tulisan sebagian dll.
2. Menanya
Guru PAI memotivasi siswa untuk bertanya, misalnya membuat tulisan asmaul husna tebal, atau dihilangkan atau menanya gambar apa yang ditampilkan, sehingga siswa tidak takut untuk bertanya.
3. Mencoba
Siswa mencoba menghafal Tulisan Ar-Rohman, Ar-Rohim, Al-Malik dan As-Shomad beserta arti dengan bernyanyi:
Ar-Rohman artinya Allah Maha Pengasih
Ar-Rohim artinya Allah maha Penayayang
Al-Malik artinya Allah Maha Raja
As-Shomad artinya Allah maha meminta
Selanjutnya GPAI melakuka langkah-langkah, sebagai berikut:
a. guru PAI membagi potongan-potongan kartu sebanyak jumlah siswa yang ada dalam kelas, potongan-potongan tersebut dibagi menjadi 2 bagian separuh tulisan asmaul husna, dan separuhnya lagi artinya, tentunya sebelum dibagikan kartu tersebut di kocok hingga tercampur antara tulisan asmaul husna dngan artinya.
b. Masing-masing siswa disuruh mencari untuk menemukan pasangannya, jika sudah ada yang menemukan minta duduk berdekatan. Setiap pasangan membacakan kata asamaul husna dan artinya.
c. Kelompokkan pasangan yang benar dan pasangan yang salah, dan kelompok yang salah disuruh mencermati kelompok pasangan yang benar. Dan melakuan perbaikan atau mencari pasangan ulang antar pasangan yang salah.
4. Menalar
Siswa secara berpasangan membuat kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan
5. Mengkomunikasikan
Setelah berpasangan, dilanjutkan individu, setiap siswa disuruh maju ke depan kelas untuk mencari pasang antar kata dengan arti. Dan guru mengklarifikasinya.
Demikianlah salah satu contoh menerapan metode-metode aktif dalam pembelajaran PAI dengan pendekatan scientific. Maka diharapkan dengan contoh ini GPAI pada sekolah dasar bisa mengembangkannya disekolah masing-masing. Semuanya akan bisa jika kita berani mencoba dan berusaha.
KESIMPULAN
P
|
AIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan tersirat dan tertuang serta diamanatkan pada Undang-Undang RI. Nomor 20 tahun 2003, Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, dan Permendiknas No. 41 tahun 2007 yang diperbaharui Permendikbud N0. 65 tahun 2013. Dengan demikian GPAI harus menerapkan dalam pembelajarn di kelas dengan memilih dan memilah metode-metode yang bisa mengaktifkan siswa dalam pembelajaran PAI yang disesuaikan dengan materi PAI. Metode-metode tersebut harus mengunakan pendekatan scientific sehingga dalam penyusunan RPP tergambar secara jelas secara urut, serta yang terpenting menjadi acuan GPAI dalam melaksanakan pembelajaran di kelas bukan sebagai dokumen belaka.
REFERENSI
Saminanto (2013) Mengembangkan RPP PAIKEM Scientific Kurikulum 2013, Semarang. RaSAIL Media Group.
Yan Vita (2014) Metode-Metode Pembelajaran PAI & Budi Pekerti Pendekatan Scientific, Semarang. RaSAIL Media Group.
Ismail (2009) Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang. RaSAIL Media Group.
Lie, Anita 2007 cooperative Learning Memperaktekkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Grasindo Jakarta
Sanjaya Wina (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, jakarta Kencana Prenada Media.
Winataputra, Udin, S. (1997), materi Pokok: Strategi Belajar Mengajar, jakarta Depdikbud. UT
Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Bandung: Kifa, 2007
Hisyam Zaini, dkk., Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Jogjakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, 2002
M. Aguston dan Dewi Suliantini, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Pasca Sarjana UNJ, 2006
Nurhadi dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang: UNM, 2004
Syaiful Bahri Djamrah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

Komentar
Posting Komentar