makalah SISTIM REPRODUKSI PADA UNGGAS

BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Unggas merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari oleh manusia.Unggas mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian manusia untuk bisa memeliharanya. Selain itu ada juga yang berusaha untuk dijadikan sebagai hewan ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur unggas mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Pada unggas jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau

Read More »
Labels: Unggas
PENYAKIT AFLATOKSIKOSIS PADA UNGGAS
Posted by Rofi An , 22:23:00 Be the first to comment! 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
     Bahan makanan mudah terkontaminasi oleh kapang atau cendawan. Jenis bahan makanan utama yang dapat terkontaminasi oleh kapang adalah biji-bijian, padi-padian, dan kacan-kacangan, yang salah satunya adalah kacang tanah dan hasil olahannya.  
     Salah satu jenis racun yang dihasilkan oleh kapang pada makanan adalah aflatoksin. Aflatoksin adalah senyawa racun yang dihsilkan oleh metabolit sekunder kapang Aspergillus flavus dan 

Read More »
Labels: Makalah, Unggas
SISTEM RESPIRASI PADA UNGGAS
Posted by Rofi An , 00:36:00 Be the first to comment! 
1.                  PENDAHULUAN



1.1.            Latar Belakang
Sistem respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan oleh

Read More »
Labels: Makalah, Unggas
Tahapan Proses Pemotongan Unggas
Posted by Rofi An , 23:59:00 Be the first to comment! 
TAHAPAN PROSES PEMOTONGAN UNGGAS 
A.PROSES PENGECEKAN KESEHATAN UNGGAS
Unloading merupakan tempat penurunan unggas hidup. Sebelum masuk RPU, unggas harus melalui proses seleksi terlebih dahulu terutama kondisi fisiknya. Unggas sakit akan langsung ditolak pihak RPU. Pengambilan sampel sebanyak 40 ekor dari 1000 ekor ayam yang masuk. Pemeriksaan sampel meliputi penimbangan berat badan /ekor(harus memenuhi standar berat badan yang ditetapkan), uniformity(60%), dan
seleksi kondisi fisik yang meliputi patah sayap, keropeng paha, memar dada,kapalan dan kelainan lainnya. Ayam yang sudah ditimbang disiapkan kemudian dilakukan penggantunga 
Tahapan pertama sebelum pemotongan dilakukan pengecekan terhadap status kesehatan dan asal ayam kemudian diistirahatkan untuk mengurangi stress akibat transportasi, penimbangan, pemeriksaan ante mortem serta penggantungan ayam. Setelah penggantungan ayam, dilakukan pemingsanan dengan aliran listrik melalui air yang mengalir dengan tegangan 15-25 volt, dan daya 0,1-0,3 ampere selama 5-10 detik. Tujuan dilakukan pemingsanan adalah untuk mengurangi penderitaan, memudahkan dalam penyembelihan, meningkatkan pengeluaran darah (>45%). Kriteria ayam tersebut pingsan adalah leher dan sayap terkulai, mata terbuka lebar dan kaki kaku.

B. PROSES PENYEMBELIHAN UNGGAS




Penyembelihan ini dilakukan secara syariat Agama Islam (halal) dengan memotong trakhea, oesophagus, vena dan arteri. Penirisan darah dilakukan selama 3-5 menit. Jika pengeluaran darah ini tidak sempurna maka akan terlihat kemerahan di leher, bahu, sayap, kehitaman pada folikel bulu dan jantung berisi darah.
C. PROSES RIGORMORTIS
Kejadian sebelum dan sesudah unggas tersebut dipotong mempengaruhi kualitas daging. Faktor ante mortem yang berefek pada kualitas daging unggas dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1.Faktor efek yang diderita pada jangka panjang.
2.Faktor efek yang diderita pada jangka pendek.
Faktor jangka panjang itu seperti genetik, fisiologi, nutrisi, manajemen dan pengusaha. Faktor jangka pendek terjadi selama 24 jam terakhir sebelum unggas dipotong seperti saat panen (pakan dan air, penangkapan), transportasi, penanganan pabrik, penurunan dari truk pengangkut, penggantungan, immobilisasi, pemingsanan dan pemotongan.
Proses rigormortis adalah proses yang terjadi setelah penyembelihan  yang diawali dengan fase prarigor dan diakhiri dengan terjadinya kekakuan pada otot. Proses terjadinya yaitu sesaat setelah ternak mati maka sisa-sisa glikogen dan khususnya ATP yang terbentuk menjelang ternak mati akan tetap digunakan untuk kontraksi otot sampai ATP habis sama sekali dan pada saat itu akan terbentuk rigor mortis ditandai dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel lagi)
D. PROSES PENCELUPAN KEDALAM AIR PANAS
Scalding tank/pencelupan ke air dengan suhu 500C. Pencelupan ini dilakukan dengan air bersuhu 52-55 oC selama 2,5 menit.
Pada prinsipnya ada tiga cara perendaman dalam air hangat, tergantung pada umur dan kondisi unggas, ialah: (1) perendaman dalam air hangat 50-54oC, selama 30-45 menit, untuk ayam muda dan kalkun; (2) perendaman dalam air agak panas 55 – 60oC selama 45-90 detik, untuk ayam tua, dan (3) perendaman dalam air panas 65-80oC selama 5-30 detik.
E.PROSES PENCABUTAN BULU
Pencabutan bulu meliputi pencabutan bulu kasar sampe halus dengan menggunakan mesin. Untuk tahap selanjutnya proses pencabutan bulu dapat disempurnakan dengan proses berikutnya yaitu :
 a. Pining : Pencabutan bulu jarum/kecil/pin dengaan menggunakan pinset.
 b. Singeing : yaitu penghilangan bulu-bulu halus dengaan dilewatkan diatas api.
 c.  Wax picking : yaitu menghilangkan bulu halus dalam lilin cair yaang steril pada suhu 130oF, namun metode ini biasanya dilakukan untuk unggas air.Kalau masih ada bulu yang tersisa maka dilakukan pencabutan secara manual dengan tangan.
F. PROSES PENANGANAN  KARKAS DAN NON KARKAS
Pengeluaran jeroan dilakuakan dengan membuat irisan dari kloaka ke postal dada, yang dapat dilakukan secara mekanik dan manual, dengan catatan bahwa usus tidak terpotong. Kemudian dilakukan pemeriksaan post mortem yang meliputi pemeriksaan karkas dan jeroan. Setelah itu dilakukan penanganan terhadap jeroan. Jeroan yang sudah dikeluarkan dan karkas diproses di ruang terpisah dan tidak boleh disatukan kembali dengan karkas.
Penanganan karkas diawali dengan pencucian karkas, kemudian pendinginan karkas. Pendinginan pertama dilakukan pada suhu 10-15 oC dan pendinginan kedua pada suhu 0-4 oC, setelah itu dilakukan seleksi, yaitu memilih kualitas karkas Grade A atau Grade B, kemudian dilakukan penimbangan dan pengelompokan karkas berdasarkan berat karkas.
G. PROSES PEMOTONGAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS
Setelah itu dilakukan pemotongan bagian-bagian karkas (paha atas, paha bawah, dada, punggung, sayap, fillet). Setelah pengelompokan ukuran (penimbangan), karkas  dimasukkan ke ruang Cut Up atau parting untuk diolah menjadi produk parting, produk, karkas utuh. Selanjutnya digantung pada shackle untuk dilakukan boneless. Dari proses boneless didapatkan produk paha utuh, BLP, BNP, dada utuh, BLD, BND, Fillet, sayap utuh, kerongkong, kulit dan tunggir.
Produk turunan dari paha utuh adalah paha atas (drum stick), paha bawah,BLP, BNP, Chicken strip BNP. Produk turunan dari dada utuh adalah BLD,BND, Chicken Strip BND. Produk turunan dari sayap adalah sayap utuh, Wing Stick, middle wing, tulip, middle wing Stick.
Proses parting dilakukan dengan mesin parting. Parting yang dilakukan adalah parting 8 (2 sayap, 2 drum stick, 2 thigh dan 2 breast), parting 9 (2 sayap, 2 drum stick, 2 thigh, 2 breast atas dan 1 dada bawah), parting 16 (2 sayap, 2 drum sick, 6 thigh,6 breast).Proses packaging langsung dilakukan di ruang Cut Up. Untuk penyimpanan produk yang akan dibekukan dilakukan pembungkusan dengan plastik, sedangkan untuk produk yang dijual segar packing dengan steroform dan plastik.
H. PROSES PEMBEKUAN DAN PENYIMPANAN
Pembekuan dilakukan untuk produk yang akan disimpan dalam jangka waktu lama. Pembekuan dilakukan dengan Blast Freezer bersuhu -350C selama 4 jam. Produk disusun di dalam lori dorong dengan rak-rak yang bertingkat lalu dimasukkan ke dalam blast freezer. Setelah 4 jam dalam blast frezeer maka produk akan membeku. Selanjutnya dilakukan pengemasan sekunder, yaitu dimasukkan kedalam karung untuk dimasukkan kedalam Cold storage bersuhu -200C . Sistem penyimpanan di dalam Cold Storage ini menggunakan sistem FIFO (First in First Out). Hal ini dilakukan untuk mencegah penyimpanan yang terlalu lama.
Untuk produk yang tidak dilakukan proses pembekuan atau disimpan sementara sebelum didistribusikan, maka dilakukan di dalam Ruang pendingin (Chilling) yang bersuhu -40C.Jika produk yang sudah dibekukan akan dijual dalam bentuk segar maka dilakukan thawing. Proses thawing ini dilakukan di Ruang Cut Up yang bersuhu 100C selama 8-12 jam, dengan dibantu penyiraman air agar proses thawing lebih cepat.
Untuk menjaga kualitas produk maka dilakukan sanitasi personal dalam proses produksi. Proses sanitasi personal ini meliputi perlengkapan/pakaian maupun kebersihan tangan. Perlengkapan yang digunakan meliputi sepatu boot, penutup mulut, hair net (penutup kepala), baju, apron jas hujan (khusus penyembelih), helm penutup kepala (khusus penyemblih), apron dan masker penutup (di ruang Chilling). Pakaian tersebut dibedakan untuk personil yang akan masuk ke ruang bersih dan ke ruang kotor. Pakaian di ruang kotor berwarna biru sedangkan untuk di ruang bersih berwarna putih. Personil yang akan masuk sebelumnya menggunakan pakaian, hairnet, sepatu boot dan masker penutup mulut. Selanjutnya melewati ruang gelap dan mencelupkan sepatu boot kedalam air yang berkhlorin 100ppm. Setelah masuk ke ruang produksi, personil mencuci tangan dengan sabun, membilasnya dengan air, dan mencelupkan tangan kedalam air berkhlorin 50ppm selama 5 detik. Selama produksi personil akan membersihkan tangan setiap 30 menit sekali dengan alkohol 70%, air hangat dan air berkhlorin 50ppm.
Sanitasi peralatan dilakukan terhadap seluruh eralatan yang digunakan untuk produksi. Peralatan tersebut seperti mesin, pisau, keranjang, meja, conveyor. Pembersihan ini dilakukan menggunakan air panas 800C kemudian dibersihkan dengan air berkhlorin 100ppm.
Kontrol terhadap hama dilakukan secara rutin. Hama yang umum dan menganggu adalah lalat dan tikus. Pengendalian tikus dilakukan dengan pemasangan perangkap tikus dan racun tikus disekeliling bangunan RPU. Sedangkan untuk pengendalian lalat dilakukan pemasangan lem lalat pada setiap ruangan, baik di dalam ruang produksi maupun diluar bangunan. Selain itu juga dilakukan penyemprotan insektisida di setiap saluran air di luar gedung maupun ditempat- tempat yang diperkirakan menjadi tempat perkembangan larva lalat. Untuk mencegah masuknya serangga di ruang produksi, maka di dalam ruang gelap dipasang ”Insect trap” di dekat neon ultraviolet.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah TSUNAMI ACEH 2004

Makalah Tentang Permainan Tradisional "Bola Bekel"

MAKALAH KHALAF: AHLUSSUNNAH (AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI)