Sejarah Rasulullah SAW (Bagian 14)

Penyucian Mekah dari Syirik
 
      Setelah perang Tabuk, peristiwa penting berikutnya yang terjadi pada kehidupan Rasulullah adalah perintah untuk membersihkan Masjidil Haram dari adat-adat jahiliyah. Pada tahun kesembilan hijriyah, menjelang datangnya musim haji, Rasulullah SAW mendapat wahyu dari Allah yang berisi pernyataan berlepas tangan dari kaum kafir. Wahyu tersebut adalah sepuluh ayat pertama surah Baraah atau Taubah. Diantara wahyu tersebut adalah pernyataan yang menybut kaum kafir sebagai orang-orang najis yang tidak diperkenankan memasuki masjidil Haram.

        Sebagaimana yang diketahui, meski kota Mekah telah ditaklukkan dan seluruh berhala yang berada di dalam komplek masjidil haram telah dihancurkan, akan tetapi orang-orang kafir masih bebas melakukan tawaf dan umrah di sana dengan tata cara jahiliyah. Turunnya ayat-ayat pertama surah taubah adalah keputusan dari Allah ujntuk membersihkan Mekah dari segala hal yang berbau kemusyrikan.
Setelah ayat tersebut turun, Rasul memerintahkan Abu Bakar untuk membawa ayat itu dan membacakannya kepada semua yang berada di Mekah saat musim haji tiba. Sahabat Nabi itu dengan serta merta bertolak ke Mekah untuk menjalankan perintah terebut. Akan tetapi tak lama setelah Abu Bakar berangkat, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengutus Ali ke Mekah menggantikan Abu Bakar. Ali-pun bertolak ke Mekah mengejar Abu Bakar. Kepadanya, Ali menyampaikan pesan Rasul dan mengambil alih amanat ayat itu untuk dibacakan di hadapan semua orang di musim haji.

       Abu Bakar kembali ke Madinah dan mendatangi Rasul untuk menanyakan hal ini. Kepadanya Rasul bersabda, Allah telah mengutus Jibril kepadaku dan menyatakan bahwa hanya aku atau orang yang berasal dariku-lah yang berhak membacakan ayat baraah di Mekah. Dan orang itu adalah Ali.”
Dengan dibacakannya ayat-ayat suci tersebut di hadapan seluruh jemaah yang hadir pada musim haji saat itu, orang-orang kafir tidak lagi berhak memasuki komplek masjidil haram.

Hajjatul Wada’ atau Haji Perpisahan
      Tahun ke sepuluh hijriyah, Rasulullah SAW bersama sekitar seratus ribu sahabatnya yang berasal dari berbagai penjuru Jazirah Arabia melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini disebut dalam sejarah sebagai hajjatul wada’ atau hari perpisahan. Sebab, sepulangnya dari perjalanan haji, Rasulullah SAW jatuh sakit yang mengakhiri kehidupan beliau yang penuh berkah.

     Ibadah haji ini menjadi momen yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Karena, umat menyaksikan tata cara ibadah haji yang diajarkan dalam agama Islam secara langsung dari pembawa risalah kenabian. Umat Islam melihat sendiri bagaimana Nabi bertawaf, sa’i, wukuf di padang Arafat, tinggal di mina, menyembelih korban dan memotong rambutnya.

      Pada kesempatan itu, Nabi juga menyampaikan sebuah khotbah bersejarah yang menjelaskan segala permasalahan dalam Islam. Beliau mengingatkan kembali soal tauhid, ibadah, akhlak, sikap saling membantu antar sesama dan banyak hal lainnya.

       Setelah selesai melaksanakan ibadah haji, Rasulullah SAW dan para jemaah haji lainnya meninggalkan kota Mekah menuju kampung halaman masing-masing. Di tengah perjalanan, saat tiba di suatu tempat persimpangan, Nabi SAW mendapat wahyu yang berbunyi,
Ya ayyuhar rasul balligh ma unzila ilaika….
Artinya, Wahai Rasul sampaikanlah apa yang telah diturunkan dari Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau sampaikan, berarti engkau sama saja tidak pernah menyampaikan risalahNya. Allah melindungimu dari umat manusia.

      Nabi lantas memerintahkan rombongannya untuk berhenti di suatu tempat bernama Ghadir Khum. Mereka yang sudah lewat diperintahkan untuk kembali dan mereka yang belum sampai ditunggu kedatangannya. Ada satu hal penting yang ingin beliau sampaikan kepada umat. Hari itu adalah tanggal 18 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah.

       Ketika semua orang telah berkumpul, Nabi SAW berdiri di hadapan para sahabatnya yang menyemut memenuhi padang tandus Ghadir Khum. Beliau ingin menyampaikan sebuah pesan penting dari Tuhan. Setelah mengucapkan puji-pujian syukur kepada Allah swt dan menyampaikan beberapa hal, beliau bersabda, “Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya pula.”
Sabda Nabi SAW ini didengar langsung oeh sekitar seratus ribu muslimin di Ghadir Khum. Pesan penting ini, memiliki arti bahwa Ali-lah yang akan menggantikan posisi Nabi sebagai pemimpin umat sepeninggal beliau. Karenanya, setelah menyampaikan pesan ini, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk membaiat Ali. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai peristiwa Ghadir Khum.

       Pembersihan Jazirah Arabia dari kekuatan Yahudi dan penaklukan kota Mekah serta pembersihan Masjidil Haram dari sisa-sisa adat jahiliyah adalah hasil perjuangan Nabi SAW selama lebih dari 20 tahun menyebarkan agama Islam dan menyampaikan risalah kenabian terakhir ini. Sejak jatuhnya kota Mekah ke tangan umat Islam, kaum muslimin yang dahulu terusir dan terasing berubah menjadi sebuah kekuatan besar yang ditakuti oleh seluruh kabilah Arab. Bahkan Rumawi dan Persia yang merupakan dua kutub kekuatan saat itu sangat memperhitungkan kekuatan umat Islam.

        Sepulangnya dari Hajjatul Wada’, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya agar bersiap-siap untuk menyerang pasukan Rumawi di wilayah Syam. Sama seperti perang Tabuk, beliau tidak memperkenankan siapapun juga untuk tidak menyertai pasukan ini kecuali beberapa orang yang beliau tentukan. Panji perang diberikan Rasulullah kepada Usamah bin Zaid yang saat itu masih berusia 17 tahun. Pemilihan Usamah sebagai komandan pasukan ditentang oleh banyak orang yang meragukan kemampuan pemuda ini. Rasulullah yang saat itu sedang sakit keras dengan tegas menyatakan bahwa Usamah layak untuk memimpin pasukan besar kaum muslimin.

       Akibat penentangan itu, banyak orang yang terkesan lamban untuk menyertai pasukan besar ini, sampai akhirnya berita memburuknya kondisi kesehatan Nabi SAW sampai ke telinga para sahabatnya. Akhirnya, pada tanggal 28 Shafar tahun 11 hijriyah, Muhammad bin Abdillah, Rasul terakhir dan makhluk Allah yang paling mulia menerima kedatangan malaikat maut. Kepergian penghulu para nabi ini menjadi berita paling mengejutkan dan menyedihkan bagi umat Islam. Rasulullah pergi dari dunia yang fana ini menemui Sang Khalik, setelah menyempurnakan misi risalah kenabian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah TSUNAMI ACEH 2004

MAKALAH KHALAF: AHLUSSUNNAH (AL-ASY’ARI DAN AL-MATURIDI)

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN CABAI